WANITA PANGGILAN 36 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Sang ibu menarik napasnya dalam sebelum memberikan keputusan yang masih akan sama. Jemarinya menyentuh pundak yang masih diguncang isak tangis, sesekali meremasnya.
"Ibu tidak masalah jika Mayasha itu terlahir dari wanita seperti apa dan dari keluarga seperti apa. Ibu akan menerima dengan tangan terbuka apa pun keadaannya. Bahkan jika dia wanita miskin dan tidak berpendidikan pun, Ibu akan memeluknya. Tapi, dia wanita panggilan, Li ... hanya itu yang tidak bisa Ibu terima. Ibu harap kamu nanti akan mengerti. Awalnya memang sulit, lama kelamaan nanti kamu akan terbiasa. Ibu tidak mau kamu menceburkan diri pada lumpur yang jelas berbau," terang sang ibu panjang kali lebar. Ada rasa ingin ikut menangis melihat Lian serapuh ini dengan keputusannya.
Lian hanya menatap nanar wanita yang menjadi malaikatnya.
WANITA PANGGILAN 36 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Tangannya gesit mencari nomor Mayasha dalam kontak, lalu mengirimnya ke ponsel sendiri. Urutan pesan-pesan sebelumnya membuat hati wanita yang ingin anaknya bahagia dengan wanita baik-baik langsung tersentil tepat di jantungnya. Ia tidak menyangka kalau Lian memiliki pikiran yang begitu tenang dan mau menerima apa adanya seorang Mayasha. "Jadi, Lian mengajak berjuang bersama?" Wanita bergelar ibu itu tertawa. "Apa sedalam itu kah rasa yang mereka miliki? Hingga mata hatinya menjadi buta?" ucapnya lagi lalu menghapus kiriman pesan terakhir. Setidaknya Lian tidak tahu kalau dirinya mengirimkan kontak Mayasha. Setelah mendapat apa yang diinginkan, wanita itu melirik wajah anaknya. Terlihat jelas sekali guratan di bawah matanya. Mungkin semalam
WANITA PANGGILAN 37 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Dengan mengendarai roda dua yang sama persis seperti kepunyaan anaknya, wanita itu melaju dengan kecepatan sedang. Bisikin angin serupa nyanyian menerpa pori-pori. Kesejukan angin pagi mampu mengindari perdebatan antar hati dan juga keadaan. Sementara di rumah, Mayasha yang hendak membersihkan diri menjadi tertahan langkahnya untuk menuju kamar mandi. Ponsel di meja seakan menarik perhatiannya. Jemarinya pun lincah membuka kotak pesan. Mendapati ada beberapa pesan, dirinya kembali terduduk di tepi ranjang dan membacanya. Satu pesan ucapan selamat pagi dan tanda cinta melengkungkan bibirnya menjadi senyuman manis. "Dasar pria aneh. Kalau ada maunya saja bisa menulis pesan semanis ini. Bikin jadi diabetes," ujarnya lirih. Akan te
WANITA PANGGILAN 37 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Helaan napas terus terasa ketika dirinya mempersiapkan diri bertemu Tante Elsa dengan dandanan sederhana. Gaun model terusan hingga rok dengan bahan satin melekat sempurna di tubuh rampingnya. Warna yang menyerupai kulit membuat Mayasha tampil cantik dan elegan. Rambut sengaja dibiarkan tergerai, juga bibir tipisnya hanya diolesi pelembab bibir. Cantik. Tepat setelah selesai berdandan, satu pesan menghiasi ponsel yang tergeletak di meja. Jemari halus dan mulus itu bergegas mengambil dan membukanya. Satu pesan dari wanita yang akan segera menemuinya menghiasi layar ponsel. Tante Elsa [Maaf, saya sudah berada di rumah yang disebutkan sama kamu. Rumahmu yang catnya warna apa?] Mayasha bergegas keluar kamar untuk menemui wanita yang mengingatkan sosok seorang i
WANITA PANGGILAN 38 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ibunya lian tampak berpikir. Namun, tidak ada pilihan lain untuk meringankan luka keduanya. Tidak ada salahnya memberikan mereka kesempatan untuk menikmati waktu yang tersisa. "Em, boleh ... kamu boleh menikmati waktu yang ada untuk bersama. Tentang saya tahu kabar ini itu dari pria seusia Lian yang datang ke rumah memberi tahu tentangmu. Namanya Nevan. Ya sudah, karena urusan sudah selesai, saya pamit pulang. Saya berharap kamu bisa bertemu cinta yang satu profesi," ucapnya lalu pergi. Mayasha menatap ibunya Lian yang mulai menjauh dari pandangan dengan hati nyeri. Setelah memastikan tidak terlihat, ia kembali ke rumah. Setelah pintu tertutup, tubuhnya langsung meluruh ke lantai. Seketika tangisnya pecah karena hatinya yang sangat terluka. Dada yang kian memanas membuat napasnya
WANITA PANGGILAN 38 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di tempat lain, wanita yang ingin melupakan sejenak keadaan hatinya tengah membersihkan diri untuk menghilangkan sedikit kegelisahannya. Pertemuannya dengan Tante Elsa membuat Mayasha berada di kamar seharian. Bahkan nafsu makannya berkurang drastis. Meski begitu, ia tidak bisa berbohong kalau perutnya terasa perih. Lapar. "Aku baru ingat kalau hari ini hanya sarapan roti aja tadi pagi. Pantes perutku rasanya perih," ucapnya pada diri sendiri. Dengan kepala yang masih terlilit handuk, Mayasha melangkah menuju dapur. Ia memilih membuat susu lebih dulu untuk menghangatkan tubuh dan hatinya. Sedangkan kepalanya sudah sedikit lebih baik setelah membersihkan diri. Ketika tangannya baru meletakkan gelas di meja, tiba-tiba telinganya mendengar suara ketukan
WANITA PANGGILAN 39 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lelehan air mata yang sejak tadi tertahan kini menetes tipis membasahi pipi. Lian segera mendongak untuk membendung agar tidak jatuh semakin deras. Lalu merenggangkan dekapan dan terus mencoba kuat. Cinta membuat keduanya rela menahan semua lara hanya untuk terlihat baik-baik saja. "May ... apa pun yang aku lakukan padamu, percayalah tidak akan mengubah atau mengurangi kadar cinta ini. Selamanya hanya kamu yang ada di sini, di hatiku. Tidak akan pernah ada yang lain selain dirimu. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia. I Love you ...," ujar sang pria sembari mengusap lembut pipi wanita di depannya yang menatap penuh cinta. Mayasha tidak tahu harus berkata apa. Memang beginilah rasa sakitnya ketika harus melepas dalam diam orang yang kita cintai. Sakit tapi tidak bisa memaki. Meski terdiam menaha
WANITA PANGGILAN 39 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian tidak pernah melepaskan kecupan sedetik pun, meski tangannya berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi dua gundukan paling indah di dunia. Setelah terlepas, Lian merebahkan pelan tubuh Mayasha di ranjang kamar yang mungkin akan menjadi saksi bisu sakitnya patah hati. "Kamu cantik, Sayang ... aku bahagia bisa melihat apa yang menjadi kebangganmu selama ini," puji Lian saat menatap haru setengah tubuh yang tanpa penghalang. Kulit putih dan mulusnya sepadan dengan wajah wanitanya yang mempesona. Wanita yang tengah menatap dada bidang sang pria pun memuji bentuk tubuh yang terlihat menggoda. Mayasha baru tahu kalau tubuh Lian begitu indah, apalagi area perutnya yang terlihat seperti binaragawan. Ia berpikir kalau prianya sering melakukan olah raga. "Tubu
WANITA PANGGILAN 40 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang pria hanya tertunduk. Dalam hati ia merutuki sikap gilanya sekarang. Meski tinggal selangkah lagi bisa memiliki Mayasha seutuhnya, tetapi nuraninya menolak mengambil dengan cara seperti ini. "Maaf, Sayang ... aku tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengambil sesuatu itu dengan cara yang seharusnya. Maafkan aku ...," jawab sang pria, suaranya terdengar begitu menyesal. Mayasha yang tahu hal ini akan terjadi kemudian bangkit dari tidurnya. Lalu mengusap lembut wajah pria yang akan membuatnya mati perlahan karena terlalu mencintainya. "Hei ... kamu nggak perlu minta maaf. Harusnya aku yang sadar diri. Kamu berani membuatku begini saja, itu sudah cukup. Aku bahagia kamu bisa menyentuh dan menikmati satu per satu yang ada pada