WANITA PANGGILAN 48 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Sang ibu menatap bayang anaknya yang tidak terlihat lagi dengan perasaan entah. Ia berharap bisa melihat Lian menemukan wanita yang selalu menghuni di peraduan terakhir.
"Ibu janji akan merestui hubungan kalian jika nanti tahu keberadaan Mayasha. Ibu tidak tega melihat hidupmu yang tidak melirik cinta satu pun setelah kabar kepergiannya," janjinya dalam hati.
Memikirkan dua orang sekaligus dalam satu waktu membuat kepalanya terasa ditusuk puluhan jarum. Sakit dan berdenyut. Karena itulah ia memutuskan untuk melihat perkembangan swalayan sekaligus ingin menikmati area taman terbarunya.
Wanita yang mulai bangga akan sikap Lian—anaknya langsung bersiap untuk berangkat ke swalayan. Namun, ibunya Lian memilih sarapan lebih dulu sebelum berangkat.
~
&n
WANITA PANGGILAN 48 COleh: Kenong Auliya ZhafiraNamun, semua itu menguap berjalannya waktu. Sayang seribu sayang, Mayasha tidak bisa melihat ketulusan mereka karena kini memilih bersembunyi entah di mana."Terima kasih semuanya. Aku baru sadar kalau persahabatan yang kalian jalin dulu pasti sangat erat, hingga bisa saling merendah dan memohon pada kesalahan di masa lalu. Aku tahu kalau Mayasha juga tidak sepenuhnya membenci kalian. Nyatanya dia tidak pernah menyumpahi atau memaki kalian saat jiwanya terpasung lara. Ya udah, aku balik duluan. Sekali lagi terima kasih semuanya." Elena berpamitan dengan meninggalkan kata-kata yang membuat semua orang terdiam tanpa kata.Ingatan Lian bahkan kembali terbuka lebar saat wanitanya hanya bisa menangis saat dulu bertemu dengan Keya dan Marvin di pelaminan. Bibirnya memang tidak pernah
WANITA PANGGILAN 49 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTakdir memang sebuah rahasia Tuhan yang selalu hadir tanpa kita minta. Di saat raga lelah mencari mati-matian, waktu justru mempersiapkan keajabaian yang tidak terduga. Meskipun penantian panjang menjerat sunyi dalam kepedihan.Memang benar kalau waktu adalah obat segalanya untuk berbagai macam perasaan di atas penyesalan. Ya, Elsa—ibunya Lian menyadari hal itu sekarang. Bahkan keraguan dan ketakutan hatinya pada hubungan asmara anaknya perlahan lenyap dan memudar dengan melihat keajabaian di depan mata. Ia percaya, selama apa pun penantian itu, apabila hati meyakini, maka semua akan indah pada waktunya."Maya ... kamu, beneran Maya?" Wanita yang masih tidak percaya itu bertanya kedua kali. Bahkan jemarinya berkali-kali mengusap pipi yang basah karena air mata. Setelah sekian lama berlalu,
WANITA PANGGILAN 49 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Maya menatap punggung kecil yang selalu ada untuknya penuh haru. Ia tidak menyangka kalau sikapnya tidak berubah sama sekali. Selalu peduli dan perhatian. Hal inilah yang membuatnya kadang terlalu malu untuk bertemu. Ia malu karena selama berteman hanya seperti telinga, selalu mendengarkan tanpa bisa memberikan sesuatu."Terima kasih, Sa ... kamu sampai sekarang tidak pernah membedakan aku orang berpunya atau tidak. Kamu selalu baik dan tidak pernah bertanya banyak hal," lirihnya sembari mengusap pipi yang basah karena air mata.Bertemu dengan wanita seperti Elsa adalah berkah tersendiri hingga sekarang. Meski kasta berbeda tapi tidak memutuskan ikatan yang ada. Bahkan setelah menghilang tanpa kabar, hanya ada khawatir di matanya.Mengenang semua itu membuat dadanya n
WANITA PANGGILAN 49 COleh: Kenong Auliya ZhafiraMaya sekali lagi memeluk wanita yang selalu ada untuknya sejak dulu. Andai saat itu ada, mungkin dirinya tidak akan nekat meninggalkan keluarganya demi hidup lebih baik."Makasih, Sa ... aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain itu," katanya di sela pelukan. Air mata pun kembali menerobos tanpa henti."Aku bisa melihatmu baik-baik saja itu sudah cukup. Masalah Esha pasti nanti ada jalan keluarnya," jawab Elsa sembari mengusap punggung rapuh itu berkali-kali.Setelah semua rasa terucapkan, keduanya saling mengurai pelukan dan menghabiskan waktu berdua hingga malam tiba. Keduanya tidak berhenti bercanda dan tertawa setiap kali mengisi kegiatan hari ini dengan banyak kegiatan; seperti membuat kue, menyiram bunga, menata pakaian, nonton drama kesukaan, dan memasak makan malam.
WANITA PANGGILAN 50 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan memang selalu datang di bagian paling akhir. Hal itu pastilah untuk mengingatkan semua kesalahan agar diri menjadi lebih perasa dan mau berkaca. Selain itu, sesal juga mampu meruntuhkan segala keegoisan dalam hati yang dulu pernah sombong bagaikan menara menjulang tinggi.Akan tetapi, semua itu seketika runtuh ketika apa yang dulu kita lakukan ternyata menyakiti orang terdekat. Hanya lewat satu kenyataan tidak terduga mampu membuka lebar pintu hati tanpa ada penghakiman sama sekali. Justru yang tertinggal adalah perasaan bersalah. Seandainya tahu sejak awal, maka ia akan melebarkan kedua tangan dan merengkuhnya ke jalan yang seharusnya.Namun, sekarang ... sudah terlambat."Li ... a--apa benar yang kamu katakan? Kalau Mayasha adalah Yesha Sasmaya?" Sang
WANITA PANGGILAN 50 BOleh; Kenong Auliya ZhafiraLian menatap dua wanita di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kehebatan mereka bertahan dari ejekan dunia ternyata mampu menguatkan rasa persahabatan yang ada. Seperti dirinya dan juga Marvin, yang rela baku hantam demi menuruti perasaan. Namun, masa itu kini telah terlewati sejak wanitanya memilih pergi. Meski membuat hatinya kesakitan, tetapi kepergiannya juga membuat keadaan saling merangkul satu sama lain dalam berbagai masalah."Ibu sama Tante Maya lebih baik istirahat. Biar urusan Esha, nanti Lian bicarakan sama Marvin dan yang lain saat bertemu." Lian menyuruh dua wanita itu untuk segera beristirahat.Keduanya melangkah ke kamar tamu dengan saling memapah. Setelah memastikan dua punggung kuat itu menghilang, ia menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Kepalanya terus berpikir
WANITA PANGGILAN 50 COleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Maya mengambil uang untuk ikut memberikan senyum pada anak-anak itu, kedua anak ibu itu menikmati sarapan pagi dengan suasana yang lebih baik dari beberapa bulan terakhir. Mereka mulai melibatkan obrolan ringan di sela sarapan."Ibu mau kasih berapa? Lian sebentar lagi berangkat. Awas, kalau sedikit! Lian malu sebagai anak dari Elsa Erza." Lian sengaja menggoda untuk mencarikan suasana yang memang mulai menghangat.Sang ibu berdecak mendengar penuturan anaknya yang terkesan memancing isi dompetnya. Sejak kehadiran Maya di rumah dan mengetahui siapa Esha, keadaan hati wanita yang sempat sempit dan hitam kini kembali mendapat ruang serta mau melihat Mayasha dari sisi lain. Bahkan dengan bangga dan tanpa ragu, tangannya mengeluarkan dompet dari saku bajunya, lalu menyodorkan ke hadapan Lian—
WANITA PANGGILAN 50 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPikiran yang berkelana jauh membuat Lian tidak menyadari saat roda duanya telah membawa dirinya ke halaman rumah penuh kenangan. Di teras rumah yang masih terlihat sama, ia dapat melihat ketiga orang yang selama ini menemani masa sendirinya. Ya, Marvin, Keya dan Elena telah berkumpul sambil bercanda ria.Marvin menatap pemilik ide yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangannya untuk meminta janji yang akan menambah uang donasi."Kenapa baru dateng, Li? Kita nungguin buat yang dimasukin amplop. Malah orang yang ngasih belum dateng," ujar Marvin sengaja menggoda pria masih meninggikan janji setia untuk seorang Yesha Sasmaya.Pria yang ingin membuat keinginan wanitanya menjadi nyata hanya tersenyum menanggapi ucapan ketiga orang di depannya. Tanpa