WANITA PANGGILAN 49 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Takdir memang sebuah rahasia Tuhan yang selalu hadir tanpa kita minta. Di saat raga lelah mencari mati-matian, waktu justru mempersiapkan keajabaian yang tidak terduga. Meskipun penantian panjang menjerat sunyi dalam kepedihan.
Memang benar kalau waktu adalah obat segalanya untuk berbagai macam perasaan di atas penyesalan. Ya, Elsa—ibunya Lian menyadari hal itu sekarang. Bahkan keraguan dan ketakutan hatinya pada hubungan asmara anaknya perlahan lenyap dan memudar dengan melihat keajabaian di depan mata. Ia percaya, selama apa pun penantian itu, apabila hati meyakini, maka semua akan indah pada waktunya.
"Maya ... kamu, beneran Maya?" Wanita yang masih tidak percaya itu bertanya kedua kali. Bahkan jemarinya berkali-kali mengusap pipi yang basah karena air mata. Setelah sekian lama berlalu,
WANITA PANGGILAN 49 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Maya menatap punggung kecil yang selalu ada untuknya penuh haru. Ia tidak menyangka kalau sikapnya tidak berubah sama sekali. Selalu peduli dan perhatian. Hal inilah yang membuatnya kadang terlalu malu untuk bertemu. Ia malu karena selama berteman hanya seperti telinga, selalu mendengarkan tanpa bisa memberikan sesuatu."Terima kasih, Sa ... kamu sampai sekarang tidak pernah membedakan aku orang berpunya atau tidak. Kamu selalu baik dan tidak pernah bertanya banyak hal," lirihnya sembari mengusap pipi yang basah karena air mata.Bertemu dengan wanita seperti Elsa adalah berkah tersendiri hingga sekarang. Meski kasta berbeda tapi tidak memutuskan ikatan yang ada. Bahkan setelah menghilang tanpa kabar, hanya ada khawatir di matanya.Mengenang semua itu membuat dadanya n
WANITA PANGGILAN 49 COleh: Kenong Auliya ZhafiraMaya sekali lagi memeluk wanita yang selalu ada untuknya sejak dulu. Andai saat itu ada, mungkin dirinya tidak akan nekat meninggalkan keluarganya demi hidup lebih baik."Makasih, Sa ... aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain itu," katanya di sela pelukan. Air mata pun kembali menerobos tanpa henti."Aku bisa melihatmu baik-baik saja itu sudah cukup. Masalah Esha pasti nanti ada jalan keluarnya," jawab Elsa sembari mengusap punggung rapuh itu berkali-kali.Setelah semua rasa terucapkan, keduanya saling mengurai pelukan dan menghabiskan waktu berdua hingga malam tiba. Keduanya tidak berhenti bercanda dan tertawa setiap kali mengisi kegiatan hari ini dengan banyak kegiatan; seperti membuat kue, menyiram bunga, menata pakaian, nonton drama kesukaan, dan memasak makan malam.
WANITA PANGGILAN 50 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan memang selalu datang di bagian paling akhir. Hal itu pastilah untuk mengingatkan semua kesalahan agar diri menjadi lebih perasa dan mau berkaca. Selain itu, sesal juga mampu meruntuhkan segala keegoisan dalam hati yang dulu pernah sombong bagaikan menara menjulang tinggi.Akan tetapi, semua itu seketika runtuh ketika apa yang dulu kita lakukan ternyata menyakiti orang terdekat. Hanya lewat satu kenyataan tidak terduga mampu membuka lebar pintu hati tanpa ada penghakiman sama sekali. Justru yang tertinggal adalah perasaan bersalah. Seandainya tahu sejak awal, maka ia akan melebarkan kedua tangan dan merengkuhnya ke jalan yang seharusnya.Namun, sekarang ... sudah terlambat."Li ... a--apa benar yang kamu katakan? Kalau Mayasha adalah Yesha Sasmaya?" Sang
WANITA PANGGILAN 50 BOleh; Kenong Auliya ZhafiraLian menatap dua wanita di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kehebatan mereka bertahan dari ejekan dunia ternyata mampu menguatkan rasa persahabatan yang ada. Seperti dirinya dan juga Marvin, yang rela baku hantam demi menuruti perasaan. Namun, masa itu kini telah terlewati sejak wanitanya memilih pergi. Meski membuat hatinya kesakitan, tetapi kepergiannya juga membuat keadaan saling merangkul satu sama lain dalam berbagai masalah."Ibu sama Tante Maya lebih baik istirahat. Biar urusan Esha, nanti Lian bicarakan sama Marvin dan yang lain saat bertemu." Lian menyuruh dua wanita itu untuk segera beristirahat.Keduanya melangkah ke kamar tamu dengan saling memapah. Setelah memastikan dua punggung kuat itu menghilang, ia menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Kepalanya terus berpikir
WANITA PANGGILAN 50 COleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Maya mengambil uang untuk ikut memberikan senyum pada anak-anak itu, kedua anak ibu itu menikmati sarapan pagi dengan suasana yang lebih baik dari beberapa bulan terakhir. Mereka mulai melibatkan obrolan ringan di sela sarapan."Ibu mau kasih berapa? Lian sebentar lagi berangkat. Awas, kalau sedikit! Lian malu sebagai anak dari Elsa Erza." Lian sengaja menggoda untuk mencarikan suasana yang memang mulai menghangat.Sang ibu berdecak mendengar penuturan anaknya yang terkesan memancing isi dompetnya. Sejak kehadiran Maya di rumah dan mengetahui siapa Esha, keadaan hati wanita yang sempat sempit dan hitam kini kembali mendapat ruang serta mau melihat Mayasha dari sisi lain. Bahkan dengan bangga dan tanpa ragu, tangannya mengeluarkan dompet dari saku bajunya, lalu menyodorkan ke hadapan Lian—
WANITA PANGGILAN 50 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPikiran yang berkelana jauh membuat Lian tidak menyadari saat roda duanya telah membawa dirinya ke halaman rumah penuh kenangan. Di teras rumah yang masih terlihat sama, ia dapat melihat ketiga orang yang selama ini menemani masa sendirinya. Ya, Marvin, Keya dan Elena telah berkumpul sambil bercanda ria.Marvin menatap pemilik ide yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangannya untuk meminta janji yang akan menambah uang donasi."Kenapa baru dateng, Li? Kita nungguin buat yang dimasukin amplop. Malah orang yang ngasih belum dateng," ujar Marvin sengaja menggoda pria masih meninggikan janji setia untuk seorang Yesha Sasmaya.Pria yang ingin membuat keinginan wanitanya menjadi nyata hanya tersenyum menanggapi ucapan ketiga orang di depannya. Tanpa
WANITA PANGGILAN 51 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar satu nama yang baru saja membangkitkan kenangan lalu pasti membuat pikiran mengacau. Berbagai macam kesimpulan menarik sisi keyakinan untuk menilai sesusi kemauan hati. Bukan sekedar halusinasi, melainkan sebuah intuisi tentang wanita yang sangat dicintai.Lian sejenak terbawa angin yang melambungkan asanya setinggi awan. Ada getar dalam hati ingin menanyakan lebih jauh orang yang tengah dibicarakan bocah di depannya."Maaf, Dek ... tadi siapa nama yang masak semua ini?" Lian bertanya sembari menahan dadanya yang hampir meledak sekuat tenaga. Ada debar berhiaskan tumpukan rindu yang tidak pernah runtuh dan tetap utuh untuk sang wanita.Bocah berseragam merah putih itu menoleh, tersenyum ceria seperti tidak ada beban. "Namanya Kak Esha, Kak ... dia cantik
WANITA PANGGILAN 51 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKedua pria itu saling pandang memberi kode untuk mencari jalan terbaik. Dalam hati, Lian tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini."Gimana, Vin? Kalau mindahin bingkisan itu terlalu lama," ucap Lian sambil menyisir rambut pendeknya.Entah kebetulan atau kesengajaan, pria yang dulu menebar puluhan duri tajam mendadak berada di belakang mereka. Ya, Nevan yang baru saja akan mengantar Sasmita pulang tertarik keramaian di rumah wanita peraih kewarasannya dulu. Perlahan, ia mendekat, ingin membaur dan menyapa orang-orang yang telah menyadarkan dirinya lewat beberapa hantaman."Maaf ... lancang ... apa ada yang bisa aku bantu? Aku perhatikan dari jauh sepertinya wajah kalian terlihat gelisah." Nevan—pria yang tidak tahu malu menawarkan bantuan secara tiba-tiba.