WANITA PANGGILAN 8 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Alunan musik tiba-tiba terdengar di warung. Menambah suasana hati mulai membaik setelah syok melihat wanita yang mirip Yesha. Meskipun hati kecilnya meyakini kalau itu memang benar, tetapi kenyataannya bukan dia.
Daripada memikirkan orang yang salah, Keya memilih menarikan ibu jarinya membalas pesan dari Marvin. Senyum terus menghiasi kedua sudut bibirnya.
Keya
[Siang juga ... ini lagi nunggu Tante Elsa buat makan siang. Mumpung ketemu, nanti sekalian mau bilang tentang kita.]
Ponsel kembali diletakkan di meja, lalu jemarinya gesit mengaduk es jeruk yang berada di hadapan. Meminumnya sekali hingga cukup membasahi tenggorokannya yang kering.
Dari balik kaca pintu masuk, Tante Elsa terlihat sedang berjalan menuju war
WANITA PANGGILAN 9AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengetahui satu alasan yang membuat hati orang tercinta terluka pasti rasanya menyakitkan. Ibarat kata sudah tahu hujan, tetapi memaksa menerjangnya demi menuju tempat yang terlihat buram. Bukan hanya raga yang sakit, tetapi hati juga ikut merasa dingin dan beku.Namun, sebagai seseorang yang pernah mengenal Keya dalam jangka waktu lama membuat hati bisa menerima keputusan anaknya. Hanya satu yang ia sesalkan, yakni kenapa harus Marvin yang menggeser anaknya.Hati anaknya pasti hancur mengetahui semuanya. Persahabatan dengan Marvin pasti kemungkinan merenggang."Maaf, Tante ... aku salah tidak bercerita tentang Marvin sebelumnya. Mungkin Lian sekarang sudah tahu semuanya. Aku juga minta maaf karena menyerah dengan janji sendiri yang tidak bisa me
WANITA PANGGILAN 9 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu yang tidak suka pengkhianatan memilih berpisah. Selama proses perpisahan, sang ayah ternyata hanya dijadikan boneka oleh wanita keduanya. Sejak saat itu, Ayah sering lari dari kenyataan bersama alko-hol. Hingga akhirnya belum sampai keputusan sidang, Ayah berpulang terlebih dulu karena terjadi kerusakan pada salah satu organ tubuh. Hidup berteman alko-hol membuat sang ayah harus membayar hidupnya dengan kematian.Tangis sang ibu kala itu memenuhi kamar saat Ayah mencoba minta maaf di sela napasnya yang mulai tersendat. Banyak kata andai memutari isi kepala saat itu. Namun, semua sudah terjadi karena memang begitu garis Tuhan yang harus dijalani.Lian hanya bisa menemani sang ibu melewati harinya yang penuh rasa sakit dan penyesalan. Hingga akhirnya usaha yang ditinggalkan Ay
WANITA PANGGILAN 10 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraHati yang pernah terluka karena satu ikatan akan selalu meninggalkan bekas luka. Rasa perih dari keringnya luka bisa saja masih terasa, hingga membuat kebimbangan saat kehadiran rasa baru.Menyadari hatinya bukan matahari, yang selalu berusaha menepati janji untuk bersinar meski cuaca dalam keadaan buruk sekali pun. Hati Mayasha belum sehebat dan sekuat itu. Menerobos awan hitam seakan melawan kekuatannya sendiri yang jelas masih rapuh. Pasti rasanya akan sakit sebelum maju berperang.Mayasha terus mencari alasan untuk menjawab pertanyaan dari Elena. Memastikan hatinya bergetar kembali masih membutuhkan waktu lebih banyak. Karena yang memberi getaran itu belum tentu mempunyai rasa yang sama."Kalau kamu tidak bisa jawab, aku anggap kamu memang memiliki ras
WANITA PANGGILAN 10 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetelah membalas pesan Lian dengan hati berwujud ketidakenakan pada tamu lain, Mayasha memilih membuat mi instan untuk mengganjal perutnya. Berjalan menuju dapur tanpa alas kaki disertai rambut yang acak-acakan, Mayasha menuang air ke panci kecil dan meletakkan di atas kompor.Sambil menunggu air mendidih, tangannya sibuk mencari teman lain untuk melengkapi makanannya. Mayasha menambakan telur dan sedikit sayuran. Setelah semuanya matang, Mayasha lalu memakannya ditemani segelas air putih. Mangkuk kotor pun langsung dicucinya.Membersihkan diri menjadi kegiatan Mayasha selanjutnya. Karena akan bertemu tamu malam ini, Mayasha sengaja menggunakan lulur terlebih dulu, biar tubuhnya wangi. Setelah menghabiskan hampir tiga puluh menit lebih, ia memilih pakaian terbaiknya.Ma
WANITA PANGGILAN 11 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pertemuan yang tidak sengaja terkadang tidak selalu soal kebetulan. Bisa saja itu adalah pertemuan yang sudah terencana, baik dari manusia atau pun Tuhan. Lian telah merencanakan ide pertemuan ini dengan menggantikan Gavin sebagai tamunya. Bukan tanpa alasan, Lian ingin membuktikan kalau Mayasha adalah tanda jodoh yang dikirim Tuhan lewat jalan berkelok. Keduanya masih saling berdiri dan menatap satu sama lain. Sama-sama mencari pembenaran dari ucapan masing-masing. Lian mulai lelah berdiri karena memang raganya lelah setelah bekerja langsung berangkat ke sini. Sementara Mayasha masih butuh keyakinan kalau tamunya memang benar Lian. "Saya nggak disuruh masuk? Saya lelah sekali karena pulang kerja langsung ke sini," tutur Lian dengan wajah me
WANITA PANGGILAN 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMerasa wanita di sebelahnya terdiam, Lian membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. "Kok, diam? Apa kau tidak ingin lagi memiliki cinta seperti pasangan pada umumnya?" tanya Lian lagi yang membuat Mayasha menoleh.Entah kenapa pertanyaan Lian bagaikan tegangan listrik yang menyetrum raganya. Membuat hati dan akalnya kaku seketika. Pandang mata yang tidak sengaja bertemu membuat Mayasha beralih menatap jemarinya sendiri."Saya bukan tidak ingin, hanya tidak mau," jawabnya lalu mengalihkan pandangan ke sekitar.Jawaban Mayasha semakin membuat Lian penasaran. Hidup di jaman modern yamg serba canggih malah tidak mau mengenal cinta. Padahal tanpa cinta dunia pasti hancur karena terlalu banyak orang mu-nafik."Jika saya yang menawarkan cinta itu, apa kau mau?" tanya Lia
WANITA PANGGILAN 11 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian mengusap pipi lembut wanita yang menatapnya aneh. Sebagai lelaki normal, Lian paham kalau Mayasha tidak menolak untuk melakukan hal yang lebih jauh. "Maaf ...." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Lian, lalu kembali duduk dengan jarak dekat. Mayasha pun ikut duduk di sebelah pria yang berhasil menjerat sisi hatinya. Kepalanya masih belum mengerti kenapa Lian tidak melanjutkan hal yang memang diinginkan semua tamu. "Kenapa minta maaf? Bukankah ini memang bagian dari pekerjaanku? Kau tidak perlu merasa bersalah," jawab Mayasha sembari mengikat rambutnya. Melihat leher jenjang Mayasha, Lian sengaja mengambil kardigan di sebelahnya dan mengulurkannya pada wanita yang baru selesai mengikat rambut. "Pakailah.
WANITA PANGGILAN 12 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bayangan tentang bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu, bisa saja memporak-porandakan masa depan yang hampir terwujud. Berbagai sakit, pedih, dan air mata mewarnai perjuangan yang tidak seberapa. Rasa penyesalan bisa saja menjadi batu yang akan menjatuhkan langkah tanpa disadari. Marvin belum tahu harus bersikap bagaimana jika memang benar dipertemukan dengan Yesha saat ini. Minta maaf mungkin akan menjadi hal menjenuhkan bagi wanita yang pernah tersakiti. Namun, hanya hal itu yang bisa dilakukan oleh Marvin saat ini. Meskipun hatinya tahu, kalau Yesha kemungkinan tidak pernah akan memberinya kata maaf. Dirinya sadar kesalahan yang dulu memang sangat fatal, hingga membuat Yesha menghilang dari pandangan tanpa kabar. Padahal dulu hidup serasa milik