Share

BAB 7

"Ra, kita gak usah nunda punya anak ya." kata Revan sambil mengusap lembut perut rata Rara.

Rara membuka matanya, kantuknya seketika hilang. Dia sedikit terkejut mendengar ucapan Revan.

"Kamu udah siap, Van?." tanya Rara serius. Dia tak menyangka Revan akan membahasnya diawal pernikahan mereka.

Rara pikir karena mereka adalah pengantin baru, Revan ingin menikmati dulu kebersamaan mereka hingga beberapa bulan kedepan, baru akan berpikir punya anak.

Karena setau Rara, Bastian dan Fina seperti itu, mereka sengaja menunda memiliki anak karena masih ingin berduaan.

"Siap lahir batin, sayang." kata Revan.

Rara membalik tubuhnya sehingga dia dan Revan saling berhadapan. Rara menatap lekat manik mata suaminya itu.

"Beneran kamu siap?." tanya Rara memastikan.

Revan mengangguk.

"Biasanya kan laki-laki masih pingin begituan lebih lama, Van. Apalagi kita pengantin baru." kata Rara masih belum percaya.

Revan tertawa mendengar ucapan Rara, istrinya itu sungguh pintar membuatnya merasa gemas.

Revan membelai lembut pipi Rara dan mengusap bibir merahnya yang menggoda.

"Aku pingin punya anak dari kamu, Ra." kata Revan lembut.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Revan ingin segera menghamili Rara, dia merasa jika Rara mengandung dan melahirkan anaknya, Revan bisa mengikat Rara selamanya.

"Kamu mau kan mengandung anakku?." tanya Revan. Rara tertawa, merasa lucu dengan pertanyaan suaminya.

"Ya, maulah, Van. Kalau enggak, mana mau aku dimasuki bolak balik." cicit Rara.

Revan tertawa mendengar jawaban Rara. Revan baru tahu jika Rara sangat ceplas ceplos ketika berbicara.

"Istriku ini gemesin banget sihhhh." Revan mencubit pipi Rara gemas.

"Aduhh...sakit, Van." protes Rara sambil menjauh.

Dia beranjak dari tempat tidur karena merasa ingin berkemih.

"Kemana, Ra?." tanya Revan.

"Mau pipis, ikut?." tanya Rara menantang, tapi niatnya hanya bercanda.

"Mau, yukkk..." balas Revan semangat, sedangkan Rara malah bengong.

Rara menggeleng melihat kelakuan suaminya sendiri, dia mengambil bantal dan menimpuk Revan.

"Mesum terus pikirannya." kata Rara kemudian kabur.

Revan tertawa, dia hendak menyusul Rara tapi langkahnya berhenti ketika melihat ponselnya bergetar. Revan melihat sekilas, dia terkejut saat melihat siapa yang menelponnya.

"Mela?." desis Revan kesal.

Revan segera mematikan pangggilan telpon dari nomor Mela dan memblokir nomor wanita itu. Biarlah wanita itu marah, yang penting bukan Rara yang marah, pikir Revan.

Revan lalu membuka aplikasi chat berwarna hijau miliknya, karena melihat ada banyak notifikasi disana.

Revan menatap tak percaya, banyak chat masuk di aplikasi hijau itu berasal dari nomor para wanita yang pernah dekat dengannya.

"Sial!." umpat Revan sambil menyugar rambutnya.

Kenapa mereka semua tiba-tiba mengirim chat padanya, tanya Revan dalam hati.

Revan kemudian mencoba membuka salah satu chat yang paling atas.

'Van, loe udah nikah?.' dibarengi dengan foto pernikahannya dan Rara.

'Van, tega banget loe!.' isi chat yang lain lagi, tetap mencantumkan fotonya dengan Rara.

'Van, kita perlu bicara!.'

'Van, apa nih maksudnya?.'

'Gue patah hati, Van.' Revan berdecih membaca pesan-pesan itu.

Revan kemudian memilih menghapus pesan-pesan yang lain tanpa menjawabnya, dia juga memblokir nomor-nomor mereka.

Revan lalu mengganti foto profil di aplikasi chat itu dengan fotonya dan foto Rara. Revan tersenyum melihatnya.

Rara terheran-heran ketika keluar dari kamar mandi dan mendapati Revan yang senyum-senyum sambil melihat ponsel.

"Van, kamu ngapain?." tanya Rara. Revan mendongak.

"Aku ganti foto profilku pake foto kita." kata Revan terdengar bucin.

Rara terhenyak, dia bahkan belum sampai memikirkan hal itu.

Rara mendekati Revan dan ikut melihat ponselnya, dilihatnya bukan hanya foto profil lelaki itu yang berganti, tapi juga wallpaper ponselnya sudah menampilkan wajah mereka.

Rara sedikit tersipu, tak bisa dipungkiri hatinya merasa senang.

Rara kemudian mengambil ponselnya dan melakukan hal yang sama dengan suaminya.

"Sayang, hari ini aku mau ke proyek, ikut yuk!."

"Nanti, pulangnya kita jalan-jalan." ajak Revan pada Rara.

"Bener gak papa aku ikut? Nanti aku malah ganggu." kata Rara.

"Enggak dong, malah semangat akunya." kata Revan menggombal. Rara tertawa.

"Ya, udah. Aku mandi dulu kalo gitu." kata Rara.

"Mandi bareng, sayang." ajak Revan.

"Beneran mandinya, jangan plus-plus!." kata Rara sambil menyipitkan matanya.

Revan tertawa dan mendorong istrinya masuk ke kamar mandi.

Tentu saja acara mandi plus-plus pun terjadi, bagaimana mungkin seorang Revan bisa tahan melihat tubuh polos istrinya didepan mata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status