“Pak gimana ya Pak, sudah seharian ini anak ku masih belum pulang? ” Kata seorang Ibu dengan baju kebaya dan samping sarung yang dia kenakan.
Wajahnya terlihat sangat sedih dan panik, matanya berkaca-kaca ketika melaporkan tentang anaknya yang hingga saat ini belum ditemukan.
Ibu itu ditemani suaminya yang kebetulan sedang libur bekerja. Dia mencoba menenangkan istrinya yang sedang bersedih, karena anak semata wayangnya hilang dan belum kembali hingga saat ini dari kemarin.
Bahkan terlihat ada seorang Ibu lain yang menangis tersedu-sedu di depan Pak Caca dan aparat desa yang berada di sampingnya. Bahkan aparat desa terlihat sedang serius sedang mencatat keluhan warga pada siang itu, karena saking banyaknya laporan yang masuk pada siang itu.
“Iya Bu saba
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM ya Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru Apabila ada kritik dan saran bisa follow hanzociwidey ya terima kasih.
Matahari sudah kembali turun di antara pegunungan yang menjulang tinggi yang mengelilingi Kampung Sepuh dan kampung-kampung sekitarnya, sehingga hanya terlihat sebuah cahaya kemerahan yang muncul di langit memberi warna pada awan yang kini berubah menjadi gelap secara perlahan-lahan. Aku yang sedang berjalan menyusuri jalanan di persawahan dengan Pak Asep sesekali melihat ke atas, dan kali ini tampak ratusan kelelawar yang muncul dari Gunung Sepuh yang keluar untuk mencari makan. Gunung Sepuh yang kita kenal selama ini dengan gunung yang penuh misteri dan dikeramatkan oleh banyak orang, namun di dalamnya banyak sekali hewan yang menjadikan gunung tersebut sebagai sarang dan tempat untuk berlindung. Seperti kelelawar-kelelawar ini, mungkin untuk orang-orang yang tinggal di kota. Akan menjadi hal yang aneh, apabila melihat ratusan kelelawar yang memenuhi langit setiap sore menuju malam. Mencoba mencari makan pada malam hari dengan memakan buah-buahan dari pepoh
“Dua orang?” Kataku heran. “Iya kang, yang kemarin ada di warung ini kan dua orang Kang,” Kata wanita itu sambil berdiri di depan etalase warung. “Oh, Mang Darman sama Mang Rusdi ya?” Kataku sambil tersenyum kepada wanita itu. Wanita itu hanya berdiri dan mengangguk kepadaku yang sedang duduk di depan warung. Dengan baju yang biasa dipakai oleh para petani ketika ke sawah, dengan kain sarung batik yang sudah lusuh dan terlihat juga lumpur di tangan dan kakinya. Yang menandakan bahwa wanita itu pulang dari sawah. Wanita ini adalah wanita yang sama dengan wanita yang tadi aku temui di saung pada sore hari di persawahan. Namun ketika pundakku di tepuk oleh Pak Asep dan berkata bahwa aku berbicara sendiri, mahluk tersebut sudah menghilang tanpa jejak, menyisakan saung ya
“Maneh edek naon kadieu peuting-peuting, edek mawa boeh ti makam anu karek dikuburkeun nya? (Kamu mau apa kesini malam-malam, mau bawa kain kafan dari makam yang baru saja dikuburkan ya? )” Hihihihihi Hihihihihi “Acan aya anu paeh deui di Kampung Sepuh mah, coba atuh paehan hiji mah eta warga Kampung Sepuh. Meh aya babaturan anyar jang didieu, boeh na bisa maneh pake jang ritual di Gunung Sepuh. (Belum ada yang mati di Kampung Sepuh mah, coba kamu bunuh satu warga Kampung Sepuh. Biar ada teman baru di sini, nanti kain kafan nya bisa kamu pakai untuk ritual Gunung Sepuh.)” Hihihihi Hihihihi Di tengah-tengah pemakaman Kampung Sepuh yang gelap ini, ternyata lebih menyeramkan ketika malam hari. Perasaan yang serasa diawasi oleh sesuatu yang memandangku secara bersamaan, kini terasa olehku saat ini. Sebuah pemakaman tua yang sudah lama ada, dan menjadi tempat tinggal terakhir untuk para manusia yang hidup di Kampung Sepuh dari setia
“Sepertinya para makhluk yang ada disini sengaja menjahili ku supaya aku tidak bisa mengejar makhluk yang membawa Oha itu, ” pikirku sambil berjalan ke arah pohon beringin yang kini tepat berada di lapangan itu. Settt Settt Settt Para kuntilanak yang duduk di atas ranting-ranting pohon beringin besar itu kini semakin lama semakin banyak, beberapa dari mereka bahkan berwarna merah darah. Lebih banyak daripada yang sering aku lihat di gerbang pintu masuk Gunung Sepuh. Wajahnya tertutup oleh rambut yang berantakan, namun aku tahu mereka sepertinya sangat waspada kepadaku, terlihat dari aura yang dikeluarkan oleh kuntilanak itu dengan mata merah yang muncul dari sela-sela rambut yang berantakan tersebut.
Wanita itu sepertinya sangat hafal dengan leluhurku, sehingga dia mengetahui Bapak, Kakek bahkan Ki Wisesa. “Hampura lamun para makhluk didieu nyieun maneh nepi pindah alam. (Mohon maaf kalau para makhluk disini membuat kamu sampe harus berpindah alam. )” Secara mengejutkan wanita itu meminta maaf kepadaku mewakili para mahluk yang tadi datang dan mengagetkanku ketika tempat ini masih menjadi pemakaman Kampung Sepuh. Namun wibawanya sebagai pemimpin di tempat ini masih terlihat ketika dia sedikit menundukan kepalanya kepadaku untuk meminta maaf, atas apa yang dilakukan pada makhluk itu kepadaku beberapa waktu yang lalu. “Soalna, para makhluk didieu ngan bisa ngadahar rasa sieun anu osok dikaluarkeun ku jelema. (Soalnya, para makhluk disini hanya bisa memakan rasa tak
Tidak Semua makhluk-makhluk yang berada di Kampung Sepuh, merupakan makhluk yang datang dari Gunung Sepuh. Namun ada juga para makhluk-makhluk yang lain yang tinggal di area-area tertentu di sekitaran kampung. Banyak mitos-mitos yang beredar pula tentang makhluk-makhluk ini, namun mereka hanya muncul dan mengganggu para manusia. Tidak serta merta mengajak mereka menjadi bagian dari mereka, dengan iming-iming kekuasaan, keilmuan dan jabatan yang dibantu oleh mereka secara instan. Seperti ada sebuah cerita yang bilang bahwa, suka ada penampakan seorang nenek-nenek yang sedang membawa kayu bakar, yang sering muncul pada sore hari hingga malam hari di kebun teh depan kampung yang sering melintas menyebrang di jalan ke arah Kampung Sepuh. Biasanya nenek-nenek itu akan menyapa semua orang yang ingin datang ke Kampung S
Leuwi, atau dalam bahasa sunda disebut lubuk. Adalah sebuah kata yang berarti bagian terdalam dari wilayah perairan seperti sungai, danau, dan laut. Kata ini dapat pula berarti cekungan paling dalam di dasar sungai. Aliran air di lubuk biasanya tenang atau bahkan relatif tidak mengalir. Namun, dapat terjadi arus kuat di bagian dasar lubuk jika terdapat arus bawah yang kuat. Di daerah sunda, terutama pada jaman dahulu. Masyarakat menyebut suatu tempat disungai yang dalam dengan kata leuwi, namun biasanya ada kata penambah sebagai pelengkap. Seperti Leuwi Domba, berarti di daerah tersebut apabila kita memasukan domba kedalam leuwi tersebut, domba tersebut bisa tenggelam saking dalamnya. Apalagi kalau bernama Leuwi Munding atau kerbau, ber
Kalong Wewe, sebuah sebutan untuk makhluk wanita yang bisa merubah dirinya menjadi kelelawar yang sangat besar. Kalong wewe yang berarti pula awewe (wanita), kelelawar ini merupakan sebuah makhluk yang mempunyai wujud asli berupa kelelawar, dan tak jarang dia merubah dirinya menjadi wanita ketika bertemu manusia. Berbeda dengan Wewe Gombel yang mungkin lebih terkenal dibandingkan dengan Kalong Wewe. Wewe Gombel pada dasarnya adalah makhluk halus berbentuk wanita yang sering muncul di daerah gombel yang berada di Semarang Jawa Tengah, meskipun keduanya mempunyai sifat yang sama, yaitu sering kali menculik anak manusia. Namun dari segi fisik kedua makhluk itu sangatlah berbeda. Sudah terjadi dua kali kejadian yang melibatkan kalong wewe ini seperti yang diceritakan Mang Darman tadi pagi. Yang sempat membuat g