Gunung Sepuh, Gunung yang menjulang tinggi. Menutupi cahaya matahari pagi yang muncul ketika pagi hari muncul di Kampung Sepuh, gunung yang berjajar dengan rapi, bersanding dengan gunung-gunung lainnya hingga ke ujung Selatan Jawa.
Namun ada yang spesial dari Gunung Sepuh ini, tidak seperti gunung-gunung yang sering di daki seperti Gunung Cikuray, Papandayan, bahkan gunung Patuha. Gunung Sepuh sama sekali tidak memperbolehkan pengunjung untuk datang dan mendaki hingga ke puncak.
Karena tidak ada fasilitas yang memadai hingga ke atas sana, tidak ada pos penjagaan di bawah gunung. Yang dijadikan tempat untuk kita daftar sebagai pendaki. Bahkan, selama mendaki ke puncak Gunung Sepuh, tidak ada pos-pos di setiap jalur pendakian, yang menjadi tempat berhenti dan beristirahat. Layaknya gunung-gunung yang lain di Jawa Barat.
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM ya Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru terima kasih.
Sebuah jalan setapak kecil yang masuk ke dalam hutan. Dengan pohon-pohon yang rindang dan lebat di kedua sisinya. Jalanan yang nampaknya sudah lama sekali digunakan oleh manusia untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh yang lebat ini. Sehingga, terlihat banyaknya daun-daun kering yang menutupi jalan itu, yang saling bertumpuk satu sama lain hingga menutupi jalan. Pohon-pohon yang menutupi cahaya dari matahari yang masuk ke dalam gunung itu terlihat menjulang tinggi ke atas. Jalan ini adalah jalan yang sama, ketika dilewati oleh Adriaan dan pengawalnya ketika membabat hutan untuk menjadikannya kebun teh beberapa puluh tahun yang lalu. Dan kini, jalanan ini tertutup, dengan tulisan papan 'DILARANG MASUK! ' berwarna merah yang kini sudah memudar. Entah siapa yang membuat tulis
Rumah dan warung di sore ini tampak sepi, setelah aku berbicara perihal gelang ini kepada Ibu. Ibu tampaknya tidak mengetahui secara detail tentang gelang yang aku pakai, dia hanya tahu sekilas bahwa gelang itu diberikan oleh orang tuanya kepada Bapak. Untuk senantiasa membantu urusan tentang perjanjian warung semasa dia hidup.Namun tampaknya hal itu tidak pernah berhasil diwujudkan oleh Bapak hingga dia meninggal, beberapa kali Bapak mencoba gelang tersebut. Namun ketika dipaksakan, muncul sebuah rasa sakit yang teramat dalam yang terasa oleh tubuh Bapak.Sepertinya badan Bapak menolak gelang itu mentah-mentah, dan hingga akhir hayatnya. Bapak belum bisa memakai gelang yang sedang aku pakai ini, hingga dia menitipkannya padaku saat berada di alam bawah sadarnya.
Seorang nenek-nenek tua yang sedang membawa kayu bakar secara tiba-tiba hadir, dan menghilang. Ketika dia memberi peringatan kepadaku tentang apa yang terjadi di Gunung Sepuh, untuk dua hari kedepan. Aku tidak tahu, kejadian apa itu. Namun yang pasti, sepertinya ada sesuatu hal yang akan mengguncangkan kampung lagi, aku harus waspada. Apalagi menyangkut Gunung Sepuh, aku takut hal ini akan berimbas kepada warga kampung. Malam semakin larut, bintang-bintang mulai bermunculan satu persatu. Menghiasi malam di Kampung Sepuh dengan sinarnya yang redup. Aku yang masih duduk di depan warung, mulai masuk ke dalam. Mengambil sarung dan jaket, untuk sekedar menghangatkan badanku pada malam itu. Semoga malam ini, tidak ada kejadian yang mengakibatkan aku keluar dari warung lagi.
Sebenarnya, Gunung Sepuh adalah gunung yang tidak ramah didaki hingga ke puncak. Karena, tidak ada pos-pos seperti gunung-gunung yang lain, juga tidak ada trek khusus untuk pendaki.Sehingga sampai saat ini, sangat jarang sekali manusia yang mendaki Gunung Sepuh. Apalagi dengan rumor-rumor yang diketahui oleh beberapa masyarakat tertentu akan keangkeran Gunung Sepuh.Sehingga, bagi para pendaki yang sudah mengetahui rumor itu, lebih baik mengurungkan niatnya dan mencari gunung lain untuk mereka daki.Namun Vito berbeda, karena suatu konten cerita lah yang membuat dia terkenal hingga saat ini. Sehingga dia mencari tempat-tempat yang lebih menantang, pendakiannya pun biasanya didokumentasikan sendiri dengan kamera yang dia bawa untuk k
Dug, dug, dug,“Vit, Bud. Bangun lu pada!, tolongin gue, ” Kata Icha yang panik sambil mencoba membuka tenda yang diisi Vito dan Budi.Vito dan Budi yang pada saat itu baru saja terlelap mendadak bangun, karena suara panik Icha yang berteriak di depan tenda mereka.“Apa lagi sih Cha? Lu bikin heboh deh tengah malem gini,” Kata Budi yang mendadak bangun kembali dari tidurnya.“A, a, ada kunti merah Bud, Vit di tenda gue,” Kata Icha panik.Budi dan Vito serentak bangun dari tidurnya. Kali ini, mereka berdua membawa senter dan berjalan ke tenda Icha yang tepat berada di sebelahnya.“Ah elu, lu mau bikin sensasi biar ada bumbu-bumbu cerita ser
Keluarga Ba’a, nama keluarga yang sudah terkenal di daerah selatan, sehingga orang-orang di pesisir selatan pasti mengenal keluarga itu. Meskipun, hanya rumornya saja yang mereka ketahui. Keluarga yang dipimpin oleh Ba’a, yang tidak lain adalah Paman dari Ibu, awalnya hanya seorang pengembara yang memutuskan untuk mengembara seorang diri ke daerah selatan hingga saat ini. Ba’a berbeda dengan kakek, yang tidak terlalu memikirkan tentang keilmuan yang mereka terima dari leluhurnya. Kakek dan Nenek dari Ibu, hanya memakai keilmuan tersebut seperlunya saja. Bahkan mereka seringkali berbohong kepada orang-orang yang baru dikenalnya, bahwa mereka adalah orang biasa yang tidak mengetahui tentang keilmuan apapun. Alhasil, Ibu yang merupakan ket
Kok kok kok..... Suara-suara ayam hutan saling bersahutan, suara yang menandakan bahwa malam hari sudah selesai dan beberapa saat lagi bulan yang menyinari malam akan tergantikan oleh cahaya matahari dengan sinarnya yang hangat. Bintang-bintang masih terlihat dengan jelasnya, belum saatnya bagi mereka untuk menghilang terkena silaunya matahari pagi, mereka masih berusaha mempertahankan kilauannya ditemani oleh cahaya kemerahan yang pelan-pelan muncul di ufuk timur Gunung Sepuh. Api unggun yang semalam dibuat, kini hanya menyisakan kayu-kayu yang sudah terbakar habis dengan sisa api berwarna merah yang masih menempel di kayu-kayu itu. Sedangkan sisanya sudah menjadi abu dan jatuh ke tanah. Menyatu dengan tanah dan rumput yang terbakar.
“Cha, Cha, bangun Cha hey! ” “Lu kebluk amat sih Cha! ” “Dah hampir sore nih hey! ” Kata Budi yang mencoba membangunkan Icha di dalam tendanya. Sambil menunggu Icha tertidur, dia membereskan segala sesuatu yang kemarin dipakai untuk berkemah, agar semuanya siap setelah Icha bangun. Sampah-sampah dia masukan ke dalam keresek khusus, dan mengikatnya ke tas carrier yang dia bawa, untuk nanti dia buang ketika turun dari Gunung Sepuh ini. Juga sisa-sisa api unggun dia matikan sepenuhnya. Agar sisa-sisa apinya tidak menjalar ke pepohonan di sekitarnya. Semuanya sudah siap, tinggal tenda tempat Icha tertidur pulas yang belum sempat dia bereskan. “Cha, Cha bangun hey. Vito dah nungg