PSSSTTT
PSSSTTT
“Ayu masuk Ayu,”
Martin berbicara dengan Handy Talky (HT) ditanganya, memastikan bahwa HT tersebut berfungsi dengan normal untuk bisa berkomunikasi dengan baik.
“Ayu hadir, jelas ga suara gue? ” terdengar suara Ayu membalas ucapan martin dari HT.
“Ok, Sip jelas, gimana syutingnya lancar? ” kata Martin.
“Sepi,Tin, belum ada penampakan satupun disini, ga ada yang bisa dibuatin konten,” kata Ayu membalas via HT.
“Coba ke Kang Parta cari lokasi yang lebih serem Yu, supaya ada penampakan,” kata Martin.
“Ini juga lagi jalan ko mencari lokasi yang lebih serem, ya udah nanti di hubungi lagi ya,”
PSSSTTT
PSSSTTT
Martin kembali menutup HT nya dan pandanganya kembali fokus ke layar laptop, sesekali Martin mengambil makanan ringan di warung untuk pengganjal
Dari gelapnya kebun di seberang jalan terlihat beberapa puluh pasang mata yang menatap tajam ke arah Martin yang sedang berteriak, menantang para mahluk yang ada di kampung sepuh. Aku un terbangun dengan kegaduhan yang Martin perbuat. Terlihat Martin berteriak-teriak dengan pecaya diri sambil karena dia percaya jimat yang di berikan oleh kang Parta, yang membuat para mahluk itu tidak bisa mendekatinya. Martin seperti sedang menantang para Makhluk yang berada di kebun seberang warung. Akupun segera menghampiri Martin dan bertanya, “Ada apa ini kang?” “Eh Kang warung, biasa kang ada mahluk yang mau mengganggu, tapi tenang selama ada saya akang tidak usah khawatir” jawab Martin dengan percaya diri. “GA BERANI KAN LOE PADA, LOE SEMUA G`A AKAN BISA MASUK KESINI, UDAH LIATIN AJA DARI SANA!!!” Martin kembali berteriak ke arah kebun seberang jalan, dengan kamera HP yang masih merekam, dia yakin kondisi seperti ini akan menjadi hal yang
Sinar mentari tidak muncul di pagi ini, hanya hujan rintik-rintik yang membasahi kampung Sepuh. Namun terlihat kerumunan warga sekitar yang mengelilingi warung. Para petani yang hendak pergi ke sawah ataupun akan beraktifitas di pagi yang mendung itu terlihat berkumpul dan membantu membalikan mobil van hitam yang bertuliskan MISTERI MALAM CHANNEL. Mobil tersebut terlihat tidak berbentuk lagi, kondisinya terlihat terbalik dibawah pohon besar di seberang warung, terlihat juga beberapa koper-koper dan peralatan-peralatan yang berserakan di jalan yang bersatu dengan lumpur akibat hujan. Para warga kampung Sepuh bahu membahu membalikan mobil van hitam itu ke posisi semula, beberapa dari mereka membantu membawakan peralatan yang berserakan di jalan. Kamera, tripod, lampu, laptop, semuanya dalam kondisi rusak parah, seperti membentur benda keras dan terinjak oleh sesuatu. Di dalam warung terlihat Dimas, Ayu dan Parta yang terlihat shock akan keadaan yang terjadi. Me
Angin di malam ini sangat kencang, terlihat dedaunan yang tertiup angin di malam hari di seberang jalan. Beberapa daun kering yang berserakan di tanah pun beterbangan tertiup angin, terbang melewati mobil yang ditinggalkan Parta, Ayu dan Dimas, mobil yang terlihat rusak di segala sisinya dan menjadi saksi bisu atas hilangnya Martin. Sudah Satu hari berlalu semenjak Parta, Ayu dan Dimas pergi untuk menjemput Martin, Aku menunggu mereka di depan warung berharap mereka baik-baik saja. Rasa cemas dan khawatir akan keadaan mereka selalu muncul di benakku, mengingat sudah satu hari berlalu namun tidak ada kabar dari mereka, para pencari madu hutan yang berangkat setiap pagi ke gunung Sepuh pun tidak melihat tanda-tanda keberadaan mereka. Belum satu bulan berlalu semenjak aku pulang ke kampung, sudah banyak kejadian diluar nalar yang ku alami. Aku sempat berpikir, bagaimana rasanya menjadi Bapak yang setiap malam menjaga warung ini, dengan berbagai kejadian yang bis
Sinar matahari perlahan-lahan muncul dari sela-sela gunung, cahayanya muncul dari sela-sela dedaunan dari pepohonan hutan. Membuat suasana terasa hangat, suara-suara burung pun mulai berkicau untuk menyambut pagi, mengantikan suara-suara binatang malam yang kembali ke sarang nya untuk beristirahat. Menandakan hari baru telah di mulai dan malam kini telah berganti jadi pagi. Namun Terlihat seseorang yang berdiri di depan celah batu dengan napas yang terengah-engah, tubuhnya terlihat kotor akibat lumpur yang mengotori bajunya, raut mukanya tampak lusuh. Seperti sudah lama dia tidak tertidur dan memastikan tubuhnya tetap terjaga. Celana yang di pakainya pun terlihat robek, banyak robekan-robekan kecil disertai luka darah yang meresap ke pakaian yang dipakainya. Keadaanya sungguh kacau, dia berdiri dan tidak bergerak dari celah batu itu. Seperti sedang menjaga sesuatu yang ada di celah batu tersebut. “hah hah hah, akhirnya sudah pagi juga” katanya dengan
Hari ini jalanan di Kampung Sepuh tidak seperti biasanya, jalanaan yang dilalui oleh para petani, peternak, dan para warga yang ingin mengambil madu dan buah-buahan hutan yang biasanya berlalu lalang kini sepi. Hanya terlihat beberapa orang saja yang melintas melewati warung. Disana terlihat Ibu yang sendirian menjaga warung di siang hari. Dia duduk sembari sesekali membaca buku bacaan tua yang berisi tentang cerita-cerita legenda atau sajak-sajak sunda. “Bu, aku berangkat ke rumah Aki Karma dulu ya Bu” aku setengah berteriak memberitahu Ibu bahwa aku pergi ke rumah Aki Karma untuk berkumpul dengan para warga lainnya. Aki Karma memberitahukan ku bahwa para warga akan berkumpul di sana dan berdiskusi, atas kejadian yang menimpa kampung beberapa hari ini. “Iya Jang, makanan yang di kresek buat konsumsi warga udah dibawa kan? ” teriak Ibu dari depan warung. “Iya Bu, Ujang sudah bawa” jawabku sambil aku memperlihatkan keresek hi
Aku hanya bisa terdiam dengan pertanyaan Aki Karma, Aku tidak tahu harus berkata apa. Karena aku juga tidak mengerti akan hal-hal seperti ini, semuanya terjadi begitu saja tanpa ada penjelasan yang jelas. “Sebenarnya sewaktu pertama menjaga warung, aku melanggar apa yang dipesankan Ibu, ki” kataku dengan sedikit murung “Aku melanggar beberapa hal yang dituliskan ibu kepadaku, dan aku tidak tahu ternyata imbasnya akan seperti ini” Aki Karma kemudian mendekatiku dan menepuk-nepuk pundaku mencoba membuatku semangat kembali, dia pun meminta maaf kalau pertanyaan tadi membuatku murung, karena Aki Karma tidak tahu tentang hal yang sebenarnya. “Aki tahu kamu pasti shock ketika pertama kali jaga malam di warung, namun apakah kamu gak pernah di ajarin suatu ilmu untuk menghadapi para makhluk-makhluk tersebut?" Tanya Aki Karma “Ilmu apa ki? " jawabku bingung “Ya ilmu-ilmu gaib, seperti Bapakmu itu, makanya
Rintik-rintik hujan membasahi Kampung Sepuh malam ini, kampung yang sangat sepi apabila menjelang malam hari. Beberapa hari ini hujan turun di Kampung Sepuh, menandakan bergantinya cuaca dari kemarau menuju musim hujan, tak jarang kabut turun menjelang sore hari dari gunung sepuh yang menutupi kampung, sehingga apabila kita keluar rumah, hanya warna putih yang terlihat, karena jarak pandang yang terbatas.Aku baru saja keluar dari ruangan belakang warung, sembari membawa kopi hitam pesanan Aki Karma yang menemaniku malam ini. Ku lihat Aki Karma hanya duduk terdiam di depan warung, kepulan asap rokok selalu setia menemani Aki Karma dimanapun dia pergi,Aki Karma perokok berat, kemanapun dia berangkat dia selalu menyalakan rokoknya. Terlihat dari beberapa bungkus rokok yang dia beli dari warung.“Ini ki kopinya”Aku menyodorkan kopi kepada Aki Karma.Aki Karma yang fokus melihat ke seberang jalan di depan warung, terlihat agak ka
Sinar matahari pagi pelan-pelan terlihat dari sela-sela awan di Kampung Sepuh, sinar matahari yang cerah yang muncul dari belakang Gunung Sepuh dan perlahan-lahan menyinari kampung dengan sinarnya yang hangat. Setelah semalaman di guyur hujan yang cukup lama kini Kampung Sepuh sudah mulai menghangat, begitu juga dengan orang-orang yang mulai keluar dari rumah masing-masing untuk memulai kegiatan mereka seperti biasanya.Aku seketika terbangun karena dibangunkan oleh Ibuku yang saat itu datang ke warung.“Jang, Jang Bangun!!” Kata ibuku membangunkanku pagi itu.“Hoaaaaaaaaaaaaaaam” aku menguap sekaligus meregangkan badan dan otot-otot tanganku ketika aku bangun"Ujang lanjut aja tidurnya di rumah, sekarang giliran ibu yang jaga warung" Ucap Ibuku sambil menepuk pundakku lalu pergi bagian dalam warung untuk membereskan stok dagangan.Aku mencoba menggosokan mataku, aku terdiam sesaat sembari duduk di