Aera dan Boem Jin kembali kerumahnya setelah mereka selesai membahas soal strategi yang akan mereka jalankan.
Hingga sesampainya dirumah, Aera tetap murung karna memikirkan rencana yang ditawarkan oleh anak buah Alex.
Boem Jin sebenarnya gak tega melihat sahabatnya pucat pasi seperti saat ini, ia sangat amat tahu bagaimana ketakutan yang dirasakan Aera saat ini.
“Raa… mau minum obat penenang? Biar kita fikirin besok lagi aja ya soal rencana kita tadi.” Ucap Boem Jin menawarkan dengan lembut.
“Hmm kayanya enggak deh, aku masih bisa nahan kok.” Jawab Aera lemas.
“Serius? Tapi muka kamu udah pucet kaya gitu, dari tadi juga kamu keluar keringet, nah ini lagi tangan kamu masih tremor.”
“I’m ok Boem Jin-a….”
“No no no… you’re not ok Aera. Kamu harus minum obat kamu!” Boem Jin pun langsung mengambilkan obat penenang Aera yang ada didalam laci meja ri
Sudah dua hari Aera pergi keluar rumah seorang diri. Mulai dari ke mall, ke perpustakaan, jalan-jalan ke taman, pergi menonton, bahkan pergi ke cafe.Dan selama dua hari itu pula, Aera tidak merasa seperti dibuntuti atau ada yang mengintainya.Sekarang, Aera tengah bersama Boem Jin dan yang lain untuk membahas hal ini. Mereka semua dibuat bingung dengan pola pergerakan Dimas yang berubah-ubah sehingga mereka sulit menerka pergerakan apa yang akan terjadi selanjutnya.“Ssstt… kalau udah dua hari seperti ini Dimas dan anak buahnya gak melakukan pergerakan apa-apa. Jadi, kita harus gimana lagi Lex?” ucap Aaron sambil mengelus-elus dagunya.“Dimas lebih sulit diatasi rupayanya daripada almarhum James yang cenderung sedikit ceroboh.” Komentar Alex menanggapi pertanyaan sahabatnya tadi.“Iya makanya itu. Jadi, mau gimana? Lanjut sampe dia makan umpan, atau ganti strategi?”“Kalau menurut saya, kita
Sudah lebih dari setengah hari Jolie dan Reynald menelusuri unit apartemen Aaron untuk mencari alat penyadap yang terpasang.Dan, sudah 2 alat penyadap pula yang ditemukan di ruang tengah dan di kamar Aaron sendiri.Alex merasa geram dengan kenyataan bahwa kali ini ada yang lebih picik dari penjahat yang biasanya ia tangani.Ia tidak pernah sampai kecolongan hingga satu langkah tertinggal seperti saat ini. Dan hal ini membuat Alex merasa sangat marah terhadap siapapun dia yang berhasil mempermainkannya.“Sudah tidak ada lagi Sir,” ucap Reynald menghampiri Sirnya yang tengah duduk diruang tengah unit apartemen Aaron.“Are you sure?” tanya Alex dingin. Pandangannya menatap keluar jendela dengan tajam. Seolah-olah ia siap menerkam siapapun yang ada dihadapannya saat ini.“Yes, I’m sure.”“Kalo gitu, kita harus ganti strategi lagi. Plan A dan plan B yang sudah kita buat kemarin udah diketahu
Setelah selesai membahas masalah rencana baru yang tengah dibuat oleh anak buah Alex, detektif Aldi pamit undur diri dari unit apartemen Aaron dan kembali ke kantor.“Kalu begitu, saya pamit undur diri, karna saya masih harus kembali ke kantor.” Ucap detektif Aldi sambil bangkit berdiri bersiap meninggalkan ruangan itu.“Ah, baik Pak. Nanti akan kami infokan kembali untuk strategi lanjutan kita agar bisa masuk kedalam markas Dimas.” Ucap Alex yang ikut berdiri bermaksud mau mengantarkan detektif Aldi kedepan pintu.“Yap, saya juga akan berbagi informasi kepada kalian kalau anak buah saya menemukan informasi terbaru.”Detektif Aldi pun pergi meninggalkan unit apartemen Aaron seorang diri.Saat ini sudah pukul sembilan malam, tetapi ia masih harus kembali ke markasnya untuk bisa segera menyelesaikan kasus ini.Masih ada banyak yang harus ia kerjakan dalam penyelidikan ini.Detektif Aldi menghidupkan m
Aera beserta keluarga tengah berbelanja keperluan memasak Korean Food yang akan dijadikan umpan untuk anak buah Dimas yang ada dimarkasnya.Dengan ditemani suami dan anak-anaknya, mama Aera membeli bahan japchae, kimbab, dan bulgogi yang sudah menghabiskan dua troli penuh.“Mama niat banget si mau bikin Korean Food buat umpannya.” Keluh Aera yang sudah merasa lelah mengikuti Mamanya berkeliling mencari bahan makanan.“Iya dong, harus itu. Kan, nanti ini buat makan kita juga.” Ucap mamanya exited.Papa dan Boem Jin yang mendapat jatah tugas mencari wadah untuk Korean Foodnya berpencar dibagian peralatan makan.Setelah hampir setengah hari mereka berbelanja, merekapun bergegas pulang dan menyiapkan bahan makanan yang sudah mereka beli untuk dibersihkan dan dipotong-potong agar mama Aera merasa lebih mudah untuk memasaknya.Lagi dan lagi, Aera dan Boem Jin harus turun tangan membantu mamanya selama proses memasak.
Setelah menunggu setengah jam, para anak buah Dimas yang sudah memakan box makan siang sudah dalam keadaan tertidur.Obat tidur yang diberikan oleh Jolie untuk dicampurkan kedalam semua menu makanan Korean Food bekerja dengan ampuhnya.Mereka hanya memiliki waktu 12 jam sampai mereka terbangun lagi.Setelah melihat semua anak buah Dimas tertidur, Jolie dan Reynaldpun langsung masuk kedalam markas mereka.Jolie dan Reynald yang berbekalkan pistol dan pisau yang tersimpang samping pinggang mereka, dengan waspada masuk perlahan menuju ruang kontrol.Didalam markas itu, ternyata ada sepuluh anak buah Dimas dengan persenjataan lengkap. Didalam sana, tidak ada ruang yang penuh dengan darah, hanya saja satu ruang kontrol yang berisi monitor CCTV yang menampilkan berbagai tempat yang terasa asing dimata Jolie.“Cepet pindahin file data yang ada disini!” ucap Jolie mengingatkan Reynald yang masih menelusuri seluruh ruangan.“
DIMAS POV“Sir, semua anak buah kita yang ada dimarkas utama telah tertangkap oleh pihak kepolisian.” Ucap Indra, tangan kanan Dimas.Dimas yang duduk di meja kerjanya sudah mengetahui kabar ini lebih dulu karna ia mengamati semuanya dari rekaman CCTV di layar komputer.“Yes, I know.” Ucap Dimas santai sambil memutar-mutar gelas yang berisi wine.Indra terdiam, ia bingung dengan tuannya yang masih dalam mode calm saat telah mengetahui sebagian anak buahnya ditangkap.‘Bukankah kalau mereka tertangkap, dia juga bisa dalam bahaya?’ Indra membatin.“Kamu tenang aja Ndra, mereka gak akan bisa menangkap saya.” Ucap Dimas tetap tenang. Senyumnya mengembang menyiratkan sesuatu.Indra yang sudah sangat paham watak pikiran Sirnya itu, hanya bisa terdiam dan menunggu apa yang akan Sir nya lakukan nanti.“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan sekarang
Karna tidak mendapat jawaban apapun dari Adam, detektif Aldi menginterogasi seluruh anak buah Dimas yang ia tangkap.“Kau kenal dia, kan?” tanya detektif Aldi ke salah satu anak buah Dimas yang paling terakhir ia introgasi.Zafran, ia terlihat takut saat melihat foto Dimas yang ditunjukkan detektif Aldi kepadanya.“Ya, kau kenal dia.” ucap detektif Aldi lagi dengan yakin karna melihat perubahan gesture tubuh Zafran.“Kenapa kau terlihat takut padanya?”Zafran masih nampak ragu-ragu apakah ia harus berbicara atau tidak dengan detektif Aldi ini, “Kau… apa Bapak berjanji kalau saya memberitahukan kebenarannya, maka nyawa saya akan selamat?” ucap Zafran tiba-tiba dengan takut-takut.Detetif Aldi semakin tertarik dengan apa yang akan disampaikan Zafran. Maka, ia pun menyanggupi dan menjanjikan keselamatan Zafran selama ia bisa bekerjasama.“Tidak akan ada yang bisa mencelakaimu s
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe