Share

Tak memiliki Ruang

Selesai acara sarapan bersama, kami pergi dengan aktivitas kami masing-masing. Hari masih pagi sebaiknya aku membeli semua keperluan untuk acara besok dan hadiah yang di pesan abah lebih dulu. Aku melambai kepada Ustazah Hafizah yang kebetulan lewat.

“Kenapa Mbak Halwa?” tanya gadis cantik itu, tutur katanya begitu lembut, setiap berkata kepada orang yang ia hormati ia akan menunduk. Penghafal Al-Qur'an, sarjana tafsir Qur’an, MasyaAllah.

“Ustazah sibuk mboten? Bisa temani saya?”

“Kalau njenengan yang minta saya mana berani nolak,” ucapnya dengan senyum manis.

"Jangan begitu, ini Abah suruh beli beberapa keperluan, Gus Agam ndak bisa antar, Ustazah bantu saya, nggih.”

“Nggih Mbak Halwa,” jawabnya dengan senyum.

“Banyak barangnya Mbak?” tanyanya saat kami bersiap hendak berangkat.

Aku membuka catatan yang diberikan abah. “Lumayan Ustazah,” jawabku.

“Kita ndak minta bantuan santri Mbak?”

“Ndak usah Ustazah, nanti ganggu mereka masih belajar.”

Kami akan menuju toko buku lebih dulu, kare
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status