Share

Bab 18 Kartu Keluarga

Shiera mengangkat wajahnya yang kecil dan bertanya, "Jadi bagaimana kalau aku tidak mau?"

Soal pernikahan, Nenek telah berulang kali mengingatkan Shiera untuk tidak mengalah begitu saja, apalagi terpaksa melakukannya.

Semua keputusan itu harus mengutamakan kebahagiannya sendiri.

Meskipun sekarang ini hanya sebuah drama rekaan, Shiera masih belum rela.

Ketika kata-kata itu terlontar, tatapan kevin berubah menjadi suram dan berkata dengan dingin, "Apakah kamu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Tuan Alex?"

Kalau dia menolak lagi, hanya ada satu jalan yang bisa dipilihnya yaitu keluar dari Kota Cilegon ini.

Shiera masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi saat bertemu dengan tatapan Kevin yang tajam, Shiera mengerti, situasi ini tidak mungkin dielak lagi. Dia harus menerima semuanya.

Kevin melihat Shiera tidak mengatakan apa-apa dan langsung bertanya, "Di mana kartu keluargamu?"

"Di tempat kakakku," kata Shiera dengan wajah menunduk.

Kevin melirik waktu di jam tangannya dan melanjutkan, "Aku akan memberimu cuti sore ini. Pergilah mengambilnya."

Shiera tidak mengerti letak permasalahannya, tetapi dia dapat merasakan pernikahan ini terlalu dipaksakan.

Mengenai pernikahannya sendiri, Shiera telah merencanakan memakai bunga mawar dan lilin sebagai dekorasi juga buket bunga secara sederhana saja, lalu berpikir saat duduk bersama orang tua dari pria untuk mendiskusikan persoalan mahar pernikahan.

Namun, tidak pernah terpikirkan oleh Shiera hanya menikah di Kantor Catatan Sipil.

Meski merasa diancam, Shiera hanya bisa mengangguk, "Untuk berapa lama?"

Kevin mengangkat alis, "Apa maksudmu berapa lama?"

"Bukankah, kamu mengatakan ini hanya kawin kontrak?" ujar Shiera, yang baru berani bertanya setelah mengetahui dirinya tidak akan bisa terlepas dari semua ini.

Jadi kalau bisa, Shiera ingin bertanya lebih jelas mengenai beberapa permasalahan yang menurutnya penting.

Berbicara tentang waktu, Kevin mengerutkan kening, "Kamu harus bertanya kepada Tuan Alex mengenai hal itu."

Kevin hanya tahu harus mematahkan pemikiran wanita itu sekarang, tetapi dia juga tidak tahu persis berapa lama kontrak ini akan berlangsung.

Wajah mungil Shiera kembali menjadi muram, karena dia tidak akan berani bertanya pada Tuan Alex.

Shiera berjalan keluar dari ruang kantor Kevin.

Wajah Shiera pucat pasi seperti selembar kertas putih.

Tuan Alex sedang berada di kantornya berurusan dengan dokumen. Saat dia menengadah, tatapannya tertuju pada Shiera, yang sedang berkemas untuk pulang melalui celah di tirai.

Tatapan tanpa semangat itu membuat Alex sedikit tidak senang.

Ketika Kevin masuk, Tuan Alex langsung bertanya dengan nada yang serius, "Apakah Shiera sudah setuju?"

Kevin mengangguk dan berkata, "Hal ini seharusnya kamu sendiri yang mengatakannya. Bagaimanapun juga ini adalah pernikahan!"

Namun begitu membuka mulut, ucapan Alex selalu mudah membuat orang tersinggung dan Kevin khawatir Shiera akan kabur gara-gara hal ini.

Meskipun ada beberapa wanita di Kota Cilegon yang ingin menikah dengan Alex, sayangnya sulit untuk menemukan orang yang tepat.

Wajah Alex kembali tenang dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Ekspresi keengganan Shiera jelas membuat Alex sedikit tidak senang.

Kevin berujar, "Sekarang Shiera kuberi cuti sore ini untuk mengambil kartu keluarganya, dia memiliki seorang kakak di sini."

Alex hanya mendengkus dengan malas dan tidak mengatakan apa-apa. Sementara, Kevin merasa tidak perlu banyak bertanya lagi.

Bagaimanapun, mereka hanya melakukan kawin kontrak, jadi aspek adat istiadat tidak perlu terlalu dipikirkan.

Shiera setelah keluar dari ruang kantor Tuan Kevin, dia tidak langsung pulang, tetapi menghubungi Rachel Grey.

Saat itu, Shiera sedang duduk di tepi hamparan bunga tidak jauh dari kantornya dan menunggu kedatangan Rachel.

Tak lama kemudian, Rachel terlihat berlari mendekatinya.

Rachel hampir kehabisan napas, dia langsung duduk berdampingan di sebelah Shiera. Lalu, menyodorkan sebungkus dendeng ayam pada Shiera dan membuka botol es teh sambil menenggak beberapa kali sebelum bertanya, "Apa yang terjadi lagi?"

Shiera mengambil dendeng ayam kering itu dan memakannya, "Aku akan menikah!"

Rachel kaget mendengar perkataan Shiera, 'Pfft ...' Satu dorongan kuat dari dalam mulut Rachel karena terlalu terkejut, semua isi es teh tersembur keluar.

Rachel menatap Shiera dengan kaget, "Kamu bilang apa sih? Aku tidak mendengarmu!"

Bukankah Shiera mengatakan dia akan menikah lalu hamil sesuai keinginannnya sendiri? Sekarang kenapa berubah menjadi seperti ini?

Shiera menundukkan kepalanya dan berkata, "Dengan Tuan Alex!"

"Tidak, apa yang telah terjadi?"

Rachel merasa bingung dengan kata-kata Shiera.

Meskipun Kevin mengatakan itu hanya sebuah kawin kontrak, dia juga menambahkan kalau hal ini tidak akan dipublikasikan.

Namun, Shiera tidak ingin menyembunyikannya dari Rachel, tidak mungkin dia menutupi hal ini dari Rachel. Jadi, Shiera memberi tahu keseluruhan situasinya pada Rachel.

Ketika Rachel selesai mendengarnya, mulutnya langsung terbuka menganga karena terkejut.

Walaupun Shiera telah berusaha menjelaskan dengan semampunya, Rachel masih mendengarkan dengan bingung.

"Apakah mereka tahu, kalau kamu adalah wanita yang ada di dalam kamar Tuan Alex pada malam itu?" tanya Rachel setelah mendengar selama beberapa saat.

Shiera menggelengkan kepalanya, "Mereka tidak tahu, tapi mulai sekarang siapa pun yang bertanya padaku, aku harus menjawab, kalau wanita itu adalah aku!"

Rachel masih tidak mengerti. Ada apa dengan omong kosong ini?

Jadi, Tuan Alex sebenarnya masih belum tahu wanita yang muncul pada malam itu adalah Shiera? Hanya saja sekarang, Shiera diminta menikah.

Selain itu, haruskah memilih Shiera karena wanita itu? Kenapa harus begitu? Apakah untuk menghapus kecurigaan yang tidak perlu?

Butuh beberapa saat, bagi Rachel untuk mencerna masalah ini.

Rachel menghela napas, lalu berkata dengan hati yang berat, "Dosa apa yang kalian perbuat hingga membuatmu harus bersama Tuan Alex?"

Takdir tidak selamanya indah, justru terkadang sangat menakutkan.

Kalau Tuan Alex tahu wanita yang muncul pada malam itu memang Shiera, tentu tidak akan ada kejadian hari ini.

"Kalau begitu kamu harus menyetujuinya!" kata Rachel.

Kalau Shiera tidak setuju, mungkin Rachel akan terseret bersamanya juga.

Shiera langsung menjawab, "Kalau tidak setuju, aku harus keluar dari Kota Cilegon!"

"Ini masalah kecil kalau hanya keluar dari Kota Cilegon, tetapi kalau seluruh Keluarga Grey ikut keluar dari Kota Cilegon ...."

Ini sungguh tidak adil!

Mereka berdua telah berjuang untuk menyembunyikan banyak hal sampai sekarang. Jadi, hanya bisa terus melakukannya.

"Lalu, apa yang kamu lakukan sekarang?" tanya Rachel yang melihat Shiera tidak berkomentar apa pun.

"Pergi ke tempat kakakku untuk mengambil kartu keluarga," kata Shiera.

Saat itu, ketika ibunya menikah lagi, Shiera memindahkan sendiri namanya menjadi di bawah naungan nama ayah tirinya.

Jadi, dia dan kakaknya masih menggunakan nama ayah tirinya.

Ketika neneknya meninggal, mereka berdua baru memiliki kartu keluarga bersama.

Mendengar Shiera akan pergi ke tempat kakaknya, Rachel menyerahkan kunci mobilnya, "Ini!"

Shiera menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menyetir!"

Kakaknya bersama suami tinggal di sebuah kota kecil yang terletak di pinggiran Kota Cilegon.

Jadi akan terlalu mencolok bagi Shiera, kalau mengemudikan mobil Porsche Rachel ke sana.

Rachel memikirkannya sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu aku akan mengantarmu ke pintu masuk kereta api."

Shiera menggelengkan kepalanya lagi, "Tidak, aku masih harus pergi ke Mal untuk membeli sesuatu."

Meskipun Shiera berada di kota yang sama dengan kakaknya, Shiera jarang pergi agar tidak menyusahkan kakaknya itu.

Setiap kali Shiera pergi, dia akan membawa banyak barang untuk keponakannya agar mertua kakaknya itu tidah mencibir.

"Kalau begitu, tidak masalah kalau aku mengajakmu ke Mal, 'kan?" kata Rachel yang terkesan akan marah, kalau Shiera masih tidak mengizinkannya.

Namun, Shiera tersenyum dan memeluk Rachel. Dia berkata dengan lembut, "Rachel, bagaimana kamu bisa begitu baik?"

Sejak Shiera bertemu Rachel, dia sudah sangat baik terhadap Shiera.

Pada masa sekolah menengah adalah waktu yang tepat, untuk memupuk pandangan terhadap dunia, proses kehidupan dan nilai-nilai yang berharga yang menjadi tujuan maupun makna dalam diri seseorang.

Pada saat itu, banyak siswa di kelas tidak menyukai Shiera karena dia adalah gadis yang miskin, hanya Rachel, anak dari keluarga terpandang di mata semua orang itu yang sudi bermain dengannya.

Shiera yang mendengar perkataan Rachel, hatinya menjadi lega dan ketakutan yang sebelumnya muncul menjadi lebih berkurang.

"Sekarang tahu aku baik? Kamu ingin makan di tempat kakakmu pada malam hari nanti?"

"Aku tidak tahu, kamu tidak perlu menungguku sampai malam hari!"

"Baiklah!" kata Rachel mendorongnya.

Mereka berdua bangkit dan pergi ke tempat parkir bersama-sama. Di dalam mobil, Shiera menelepon kakaknya, Sovia untuk menanyakan seberapa tinggi dan berat keponakannya sekarang.

Sementara, Sovia yang mengetahui Shiera akan membeli pakaian untuk anaknya, segera berkata dengan nada terharu, "Tidak perlu beli! Dia punya banyak pakaian, kamu pakailah gajimu untuk makan yang lebih baik dan simpan uang sisanya, karena itu akan berguna nanti."

Mendengar kekhawatiran Sovia, hati Shiera menjadi tersentuh.

Shiera tahu Sovia selalu berusaha mengirit uangnya. Pakaian anak pada zaman sekarang berkualitas baik dan tidak cepat usang. Jadi setiap kali Shiera pergi, dia dapat dengan jelas melihat kalau pakaiannya itu telah dipotong pendek.

Jadi saat, Sovia mengatakan anaknya memiliki banyak pakaian, padahal Sovia sebenarnya hanya memiliki banyak pakaian yang tidak ingin dia buang dan jarang sekali membeli yang baru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status