"Benarkah? Kau serius Honey?""Tentu saja Sayang Aku serius. Yang penting Kamu jangan ngambek lagi ya.""Okey Sayang, eemmuuaacchh." Saking girangnya Lucy langsung menciumi Dewa berkali - kali. Dewa pun membalasnya dengan pagutan di bibir sexy Sang Sekretatis. Pagi yang dingin dan ruangan ber AC seketika menjadi panas karena aktivitas pagi mereka yang cukup hot. Dewa yang sudah mulai terbakar gairah, kini tangannya telah bergerak melakukan remasan pada dada montok Sekretarisnya."Aahhh Honey, ingat Kita sedang di kantor Sayang.""Tenang Sayang, pintunya sudah Aku kunci. Jadi aman. Ayolah Sayang, sebentar saja puaskan dahagaku ya.""Kau ini nakal sekali Honey," Dua insan yang sudah dibutakan oleh gairah terlarang itupun menuntaskan segala hasratnya. Bahkan tak peduli kalo Mereka sedang berada di mana, yang penting bisa memuaskan birahinya masing-masing."Aaacccchhhh," Keduanya melenguh panjang, merasakan sensasi kenikmatan dunia yang paling indah. Mereka nampak terkulai sehabis pelep
Sementara itu, Erfan sangat sedih menerima berita bahwa Anika ternyata telah di bawa ke Kota untuk dijadikan sebagai jaminan Hutang paman dan Bibinya kepada seorang Tuan besar di Kota. Pupus sudah harapannya untuk bertemu dengan Adik satu - satunya.Orang suruhannya yang telah kembali dan mengabarkan bahwa Anika sudah tidak bersama dengan Paman dan Bibinya. Maka, Erfan memutuskan bahwa Dia sendirilah yang akan datang ke Indonesia dan mencari Sang Adik yang telah dibawa ke jakarta."Coba ceritakan padaku bagaimana bisa Adikku tidak ada di sana?"Mata Erfan berkaca - kaca mengingat akan nasib Adiknya itu. Dari kecil mereka sudah menderita karena sering mendapat perlakuan yang tidak pantas."Kami terlambat Bos. Saat Bos mengutus kami ke sana, ternyata Adik Bos sudah di bawa ke Jakarta." ucap kedua anak buahnya itu. Erfan terdiam, dan menahan segala sesak didadanya."Untuk apa mereka membawa Adikku ke Jakarta? Ya Tuhan, semoga saja engkau selalu melindungi Adikku di manapun Dia berada."gu
Kalian benar - benar jahat. Manusia tak punya hati. Tega sekali kalian menjerumuskan Anika kepada Juragan Jarwo Si Tua bangka itu." Erfan menahan geram, giginya nampak gemeretuk."Kami sudah mengatakan yang sebenarnya, sekarang berikan uang itu pada kami. Kalo kau ingin menemuinya, datang saja ke sana.!""Dengar Bi, Aku masih menghormati kalian karrna bagaimanapun juga masih kerabatku. Tapi ingat Bi, jika ada sesuatu yang terjadi dengan Adikku di sana, maka Aku akan kembali ke sini dan membuat perhitungan dengan Kalian berdua!"Mendengar ancaman Erfan yang bernada ancaman keras itu, nyali Paman dan Bibinya jadi ciut juga."Maafkan Kami Fan, Kami tidak ada jalan lain waktu itu. Karena tidak bisa melunasi hutang Kami pada Juragan Jarwo, jadi terpaksa Anika dijadikan sebagai jaminannya."Dengan suara bergetar, Pamannya berusahab menjelaskan ada Erfan."Sudah Bos, Ayo pergi saja dari sini. Atau sebelum pergi, Kita hajar dulu mereka, bagaimana ha ha ha." Anak buah Erfan jadi tambah tidak s
Lety segera masuk mobil, dan duduk di samping Papanya. Sedangkan Anika duduk di kursi belakang. Dari atas spion yang ada diatas kepalanya itu, Dewa melirik penampilan Anika yang tak memakai baju pelayan. Dalam hati Ia mengagumi tentang perubahan diri Anika bahkan sempat berbisik dalam hatinya kalo Anika kini terlihat sangat manis.Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, Lety dan Papanya selalu tersenyum."Kau senang Sayang?" tanya Dewa pada putri semata wayangnya itu. Dan Lety pun mengangguk."Sebentar lagi Kit sampai di pantai, mudah- mudahan gak kena macet dech." Dwwa berkata lagi sambil mengelus kepala Lety. Anika hanya diam saja, cukup mendengarkan Dewa dan putri kecilnya. Tentu saja Ia tak berani berkomentar apapun, nanti dikiranya sok tahu dan sok akrab. Bisa diomelin sama Tuannya itu."Hey, Kau kenapa sejak tadi cuma diam?""Maaf Tuan Saya tak berani menyela Kalian. Lebih baik Saya diam kalo tidak ditanya." jawab Anika dengan menundukkan mukanya.Dari spion Dewa bisa melihat sem
Dalam perjalanan pulang, Dewa hanya diam seribu bahasa. Wajahnya masih nampak menunjukkan emosinya. Lety mengerti jika Papanya seperti itu, pasti telah terjadi sesuatu yang membuat sikapnya langsung berubah.Sampai di rumah pun, Dewa langsung masuk ke kamarnya. Ia langsung meninggalkan Lety dan Anika di mobil."Ada apa dengan Papamu Lery?""Mungkin terjadi sesuatu sama Papa Kak. Aku juga tidak tahu.""Ya sudah, sana Kamu masuk dulu. Biar Kakak yang membawakan tasnya ya.""Baik Kak. Aku masuk dulu ke kamar."Bi Ijah pun menyambut ke depan dan bermaksud akan membantu Anika."Lho kok sudah pulang. Katanya mau jalan - jalan ke Mall juga.""Entahlah Bi. Tadi cuma main di pantai aja, dari sana langsung pulang. Gak kemana- mana lagi.""Memangnya Nona kecil yang minta pulang ya?""Bukan Bi. Tapi Tuan.Semenjak perjalanan pulang, Tuan tak berbicara sedikitpun. Raut mukanya berubah, kaya orang lagi sedih atau tertekan gitu lah.""Memangnya apa yang sudah terjadi di sana?""Ih Si Bibi, nanya - n
Kemudian Dewa berbalik menuju ke ranjang tempat Anika masih terbaring.Ia duduk di samping tubuh polos wanita pelayan itu, dan tersenyum menyeringai. Ia menundukkan kepalanya, dan mendekatkan bibirnya pada Anika. Dengan liar, Ia kembali memagut bibir mungil pelayannya itu, dan mulai menindih tubuh yang tak berdaya itu. Sambil memeluk Anika, bibir Dewa turun ke dada dan mulai menjilati puting yang kemerahan. Seperti bayi yang sedang menyusu pada Ibunya, Dewa menyedot dan mengemut puting susu Anika. Kembali Anika melenguh dan meringis mendapat serangan dari Dewa. Di bawah alam sadarnya karena pengaruh alkohol yang sangat kuat, Ia hanya bisa pasrah saat majikannya itu berkali - kali mengungkung tubuhnya dan melepaskan hasrat birahinya. Dewa pun yang sedang mabuk, seakan terlena dengan permainannya sendiri. Ia begitu menikmati tubuh Anika yang masih perawan dan tak pernah terjamah oleh siapapun. Berkali - kali pula Ia menghujamkan batang keperkasaannya ke dalam liang kenikmatan gadis po
Tuan, Saya ingin ke kamar Saya. Kalo di sini terus, pasti Bi ijah nyariin Saya Tuan.""Apa Kau kuat jalan sampai kamarmu?""Saya akan mencobanya Tuan. Meskipun sangat sakit kalo dipakai berjalan.""Bagaimana kalo Aku mengantarmu saja?""Jangan Tuan, nanti kalo ada yang lihat bagaimana?"Dewa menatap jam yang ada di dinding. Baru jam 06.00. Tapi pasti sudah bangun semua pelayan yang ada di rumahnya itu."Tunggu sebentar, Aku akan chek keadaan di bawah dulu ya. Jangan sampai mereka tahu dan melihatmu keluar dari kamar ini."Sambil keluar dari kamar itu, Dewa berpikir bagaimana caranya agar pelayan yang lain tak ada yang tahu tentang tragedi semalam.Kamar Lety putri kecilnya masih tertutup. Aha, Dewa tiba - tiba dapat ide, saat melihat peralatan pel yang ada di sudut. Ia segera mengambilnya sambil celingak celinguk takut kalo ada orang yang melihatnya. Sampai di kamar atas dengan nafas ngos - ngosan. Kaya maling yang takut ketahuan kan? he he heAnika cuma memandang Tuannya dengan heran
Sepanjang perjalanan menuju kantor, Dewa tersenyum sendiri kala teringat peristiwa tadi saat Ia tiba - tiba mencium bibir Anika yang masih nampak basah itu. Entahlah, kenapa Dia melakukan itu.. Dia sendiri pun kaget dengan yang sudah dilakukannya. Seperti ada magnet yang menariknya pada pelayannya itu.Memasuki gedung kantornya yang besar itu, Ia pun melangkah dengan penuh wibawa. Beberapa karyawan yang sudah datang, menyapanya dengan homat saat berpapasan dengannya."Selamat pagi Tuan,"Rina salah satu karyawan yang bekerja sebagai sekretaris Bram berpapasan dengannya."Pagi juga Rin. Wah, yang Bosnya baru pulang dari luar negeri pasti dapat oleh - oleh nich.""Ah Tuan, bisa saja. Tapi sayangnya Tuan Bram gak seloyal itu" Rina berkata lirih sambil tersenyum simpul."Apa Bosmu itu sudah datang Rin?""Tadi Saya lihat Tuan Bram memang sudah datang Tuan. Dan sepertinya Beliau sedang membicarakan sesuatu dengam Sekretaris Anda."Dewa mengerutkan keningnya."Maksudmu Lucy?""Iya Tuan. Lucy