Dengan langkah ringan, Dewa memasuki Kantornya. Semua karyawan yang sudah datang pun tersenyum dengan hormat saat berpapasan dengannya. Tapi senyum yang tersungging di bibirnya itu perlahan - lahan pudar karena ternyata di dalam ruang kerjanya, Lucy telah duduk di sana dan sepertinya memang sengaja menunggu kedatangannya."Tumben, datangnya siang sekali. Sudah jam berapa sekarang dan Kau baru datang." tanpa basa basi sedikktpun, Lucy langsung melontarkan kalimat pedas itu. Dewa yang mendengarkan hanya tersenyum getir."Suka - suka Aku donk, kan Aku pimpinan di sini. Mau datang siang sekalipun itu terserah Gue donk. Kamu gak usah sewot gitu.""Ya memang terserah Kamu, hanya saja ada beberapa dokumen yang perlu Kamu tanda tangani segera. Nih, lihat semuanya harus selesai hari ini juga."Lucy menunjuk ke atas meja Dewa yang nampak sudah ada beberapa Map yang tertata rapi di sana."Jangan kuatir, akan segera ku tanda tangani. Kalo begitu, silahkan saja Kau keluar dulu. Nanti kalo sudah se
Sepanjang perjalanan pulang, Dewa terus berpikir. Sebenarnya Dia juga ragu dengan pikirannya sendiri. Apa benar itu anak Bram? Atau mungkin itu anaknya? Kalo ternyata anak itu adalah anaknya, Dia harus bersiap - siap menerima semua konsekuensinya. Paling tidak Dia harus bertanggungjawab pada darah dagingnya itu kan? Tapi untuk menikahi wanita seperti Lucy, rasanya itu sangat tidak mungkin. Karena sekarang Dia sudah tahu siapa Lucy sebenarnya.Sedsngkan pernikahannya dengan Anika tinggal menghitung hari. Dan Dewa juga tidak mau membuat kecewa hati gadis manis itu. Mungkin Dia harus jujur tentang masalah ini sama Anika, agar di kemudian hari tak ada salah paham antara mereka.Mengingat apa yang telah terjadi diantara Dia dan Anika, hati Dewa agak merasa adem. Gadis polos yang menjadi pelayan di rumahnya itu, mampu membuatnya tertarik dan merasa nyaman. Apa lagi Lety ,putrinya kelihatan sangat senang saat mendengar keputusannya akan menikah dengan Anika. Semoga pilihannya kali ini tak a
"Kalo Kau melakukannya setiap hari seperti ini pasti Aku akan sangat senang Sayang."Tersadar dengan apa yang dilakukannya dengan spontan itu, Anika melepaskan pelukannya dengan tersenyum malu dan menundukkan wajahnya."Maaf, karena saking bahagianya Aku jadi spontan seperti itu.""Duh, kenapa harus minta maaf sih. Sebentar lagi kan Kita menikah, sudah sepantasnya Kau memperlakukan Aku dengan mesra." kata Dewa sambil mengelus tangan Anika."Terima kasih ya, atas semua yang telah Kau lakukan padaku saat ini."Akhirnya Anika berani juga mengucapkan kata - kata itu sambil menatap pada pria yang ada di depannya."Terima kasih untuk apa? Aku kan belum melakukan apapun untukmu.""Karena Kau sudah mau menikahiku, tanpa memandang statusku yang bodoh dan hina ini. Dan Kau sudah menyanggupi untuk mencoba mencari3 Kakakku yang sudah lama tak kembali. Bagiku, itu merupakan suatu anugrah yang sangat besar.""Sudahlah jangan dipikirkan, sekarang ayo Kita keluar. Mungkin Lety sudah menunggu Kita di
"Ha ha ha ha, Aku yakin Kau pasti gagal kan?" kata Pria itu yang menertawakan tingkah Lucy."Iya, Aku memang gagal. Ku kira Dia itu Pria yang bodoh dan mudah untuk di rayu dengan kehamilan ini. Tapi nyatanya tak semudah itu untuk menghancurkannya. Dasar Dewa brengsek. Aku jadi makin benci sama Dia."Gigi Lucy gemeretuk menahan emosinya. Tangannya terkepal sampai rok yang dipakainya jadi kusut karena remasannya yang kuat."Kita jalan dulu Sayang, sambil Kita pikirkan langkah yang selanjutnya.""Oke Sayang, Kita pulang ke Apartemen dulu." Pria yang duduk dibelakang setir itu pun menyalakan mobilnya dan bergerak meninghalkan komplek perumahan Dewa.Bram yang tak lain adalah pacar gelap Lucyana, yang juga merupakan adik tiri dari Dewa dengan cara apapun tetap berusaha untuk menghancurkan Dewa. Dengan mengumpankan kekasihnya sendiri untuk menarik Dewa agar jatuh ke pelukan wanita itu. Namun ternyata gagal di tengah jalan. Padahal momen kehamilan Lucy adalah yang dianggap tepat oleh mereka
Hari H pernikahan Dewa dan Anika akan berlangsung beberapa jam lagi. Sesuai dengan permintaan Dewa bahwa hanya ada acara sederhana saja untuk Ijab Qobul. Sedangkan untuk resepsinya akan dilaksanakan setelah kurang lebih satu bulan setelah acara ini. Yang menjadi Saksi pun hanya orang yang ada di rumah itu saja dan pengurus Rt Rw setempat. Anika sudah bersiap dari pagi dengan dandanan pengantin yang memakai sanggul melati dan kebaya putih yang dibelinya dari Butik Lidya. Bahkan periasnya pun adalah orang yang sama, yaitu asisten Lidya yang sudah pernah merias Anika dulu. Dewa pun sudah rapi mengenakan setelan jas berwarna krem dan Lety sedang duduk di sampingnya dengan penuh Senyum."Papa kelihatan ganteng sekali." kata Lety sambil menggoda Papanya."Memangnya dari kemarin Papa tidak ganteng ya Sayang.""Ganteng kok Pah, tapi sekarang lebih dari seratus persen donk.""Ich, Kamu itu bisa saja Sayang.""Oia Pah, nanti Mama Anika juga pasti sangat cantik pakai baju pengantin. Aku tak sab
Para Tamu yang tak diundang sudah pergi semuanya. Dewa dengan dibantu oleh para pelayan yang lain yang membubarkannya. Dewa mengatakan pada Mereka, bahwa untuk resepsi akan diadakan satu bulan lagi dan Dia akan mengundang Mereka semua nanti dalam sebuah pesta besar.Setelah rumah itu kembali sepi, Dewa memasuki kamarnya mencari Sang Istri. Di tengah ruang keluarga Ia bertemu dengan Bi Ijah."Bi, apakah Anika masih di kamar?""Iya Tuan, Dia ada di kamarnya. Kelihatannya masih bingung dan sedih dengan kejadian ini Tuan.""Iya Bi, Aku tahu. Kasihan Dia. Oia, lalu Lety?""Nona kecil sedang di Taman belakang di temani Mang Oji. Dia juga kelihatan sedih melihat kejadian tadi Tuan.""Aku juga tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Pasti Bram lah yang dengan diam - diam sengaja menghasut mereka untuk datang ke sini dan membuatku malu di hadapan Mereka semua.""Tidak hanya Tuan Bram, tadi sewaktu Saya mengantar Nyonya ke kamar Kami di hadang oleh Nona Lucy Tuan.""Hah,Lucy? Lalu apa yan
Anika dan Dewa keluar dari Kamar, dan melihat Lety sedang duduk menonton Tivi di temani sama Bi Ijah. Begitu melihat Papa dan Mamanya keluar dari kamar dan menghampirinya, Lety langsung menghambur memeluk Papa dan Mamanya."Kenapa lama sekali keluarnya? Aku jadi sendirian di sini cuma di temani sama Bi Ijah Pah." ucap Lety dengan polosnya."Mama sama Papa lagi Istirahat Sayang. Dan lagi ngobrol hal yang penting tentang Kamu Sayang." Dewa menggendong putri kecilnya yang telah berusia lima tahun lebih itu."Memangnya kenapa dengan Aku pah?""Emmmtt, begini Sayang. Saat ini usia Kamu kan sudah hampir enam tahun ya. Besok sama Mama dan Bi Ijah Kamu daftar ke sekolah kanak-kanak ya, biar Kamu punya banyak Teman untuk bermain. Bagaimana Sayang, apa Kau mau?""Benarkah, Aku boleh bersekolah Pah. Horeeee, Aku mau sekolah. Aku mau Pah," sahut Lety dengan penuh semangat."Bi, besok antar Anika dan Lety untuk mendafar ke Taman Kanak - kanak ya.""Baik Tuan, Saya siap mengantarkan Nona dan Nyonya
"Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me