"Ini kopinya Tuan," Anika berkata dengan pelan sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja. Tapi, karena terlalu buru - buru dan tangan yang gemetar, cangkirnya oleng dan tumpahlah isinya.BYURRRR"Aaaahhhhh." Dewa menjerit karena tangannya tersiram kopi panas. Anika spontan terduduk lemas dengan wajah pucat, tak berani menatap Sang Tuan yang pasti wajahnya sudah merah padam."Dasar wanita dekil sialan, apa yang Kau lakukan padaku Hah? Kau mau membuat kulitku gosong dengan air panas itu! Dasar pelayan sialaan !"Dengan suaranya yang menggelegar, Dewa mencaci maki Anika yang kini berlutut meminta ampun."Ampun Tuan, Saya tidak sengaja, sungguh........ Ampuni Saya Tuaann.""Enak saja mengampunimu, lihat Kau sudah membuat tanganku jadi merah seperti ini. Dan ini rasanya perih sekali kalo Kau mau tahu!"Mendengar suara Tuan Dewa yang sangt keras, Bi Ijah segera mendekat dan melihat Anika yang tengah ketakutan."Ada apa Tuan?" tanya Bi Ijah dengan tergopoh - gopoh."Lihat pelayan sialan
Bahkan putrinya itu pun tak merasa jijik saat menyentuh Anika. Padahal putri kecilnya itu adalah anak yang sangat sukar bergaul dengan siapapun. Terhadap Bi Ijah pun Dia tak pernah melihat putrinya itu dekat dengan pengasuhnya.Tetapi, dengan Anika putrinya itu seperti punya perasaan lain. Bahkan dengan Lucyana yang kemarin Ia perkenalkan langsung padanya pun, Sang Putri Kecil bersikap cuek dan dingin , tak mau menghiraukan sama sekali. Kalo diperhatikan meskipun penampilan Anika dekil karena memang tak pernah pakai baju baru, kebanyakan baju bekas yang sudah pada luntur. Sebenarnya Anika cukup manis dan kulitnya bersih."Apakah Kau masih punya orang tua?" tanya Dewa yang kepada Anika yang sudah selesai mengobati tangannya."Saya sudah tidak punya orang tua Tuan. Orang tua Saya sudah meninggal sejak Saya masih kecil.""Lalu, selama ini siapa yang mengurusmu?""Sejak kecil paman dan Bibi lah yang mengasuh Saya Tuan.""Kenapa sampai bisa Kau dibawa oleh Jarwo si rentenir itu?""Paman da
"Terima kasih Sayang, Aku puas sekali. Rasanya nikmat dan tiada duanya." ucap Bram yang berbaring menyamping berhadapan dengan Lucy membelai rambut kekasihnya dengan mesra."Iya Sayang, sama- sama. Aku juga puas banget kok. Lihatlah Kau sampai membuatku lemas begini." Lucy gantian mencium kening pria yang sangat disayanginya.Kemudian Ia bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa percintaan mereka.."Bram, kapan Kau pulang?" Lucy bertanya pada kekasihnya ituYang masih terbaring dengan memainkan HP nya."Iya Sayang, sebentar lagi Aku akan mandi. Oia tolong Kau buatkan Aku kopi donk.""Iya Bram, segera akan ku buatkan kopi dan juga makan siangnya. Tunggu dulu sebentar ya.""Oke Sayang, sambil menunggu kopi dan makan siang, Aku mandi saja dulu. Sana cepat cari makanan, Aku sudah sangat kelaparan Sayang.""Iya Aku tahu, memangnya cuma kamu yang lapar, Aku juga sudah lapar dari tadi. Hanya saja, lagi - lagi Kamu minta jatah." Lucy mencibirkan bibirnya pda Bram y
Tepat setelah memasuki kamarnya, Lety mendengar suara mobil Papanya memasuki halaman rumah. Dia mengintip dari gorden jendela kamarnya, dan melihat Papanya turun dari mobil. Gegas Ia keluar dari kamar dan berlari ke depan menyambut Sang Papa tercinta. Saat Dewa membuka pintu, Lety tersenyum dengan manis ke arahnya dan merentangkan tangannya seolah minta dipeluk."Sayang, tumben sekali Kau menyambut kepulangan Papa." Dewa mendekati Putrinya, dan memeluk Lety dengan hangat."Biasanya Kau selalu mengurung diri di kamar Sayang. Apa Kau sedang habagia?" Lety cuma mengangguk sebagai pertanda bahwa Ia memang sedang bahagia."Ada apa? Apa yang membuatmu bisa sebahagia ini dan tersenyum manis." Dewa mencium pipi Putrinya dan membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang."Baumu asem Sayang, apa kau belum mandi?" Lety mengangguk dan membaui tubuhnya sendiri. Memang benar bajunya agak lembab dan berbau tanah, karena memang tadi Ia habis dari Taman belakang."Kalo begitu, mandilah dulu. Panggil Bi
"Anika, ini makanan untuk Nona kecil. Dia ada di kamarnya.""Baik Bi, sini biar Aku yang suapin Nona."Tanpa banyak bicara, Anika membawa nampan makanan ke dalam kamar Lety."Nona, ini Saya bawa makan malam untuk Nona Kecil." Selesai mengabarkan kedatangannya, Anika mendorong pintu dan segera masuk. Ia melihat Nona kecil sedang terbaring menelungkup di ranjangnya.Anika mendekat, dan menaruh makanan di meja."Sayang, Nona kecilku yang cantik, kenapa menangis?"Lety berbalik, dan saat melihat Anika Ia langsung memeluk tubuh pelayannya itu."Sstt Nona, jangan seperti ini. Nanti ada yang lihat. Aku belum menutup pintunya." bisik Anika pelan didekat telinga gadis kecil itu."Kalo begitu, tutup dan kunci dulu pintunya Kak." Lety mendongak dan menghapus sisa air matanya, sedangkan Anika segera menutup pintu dengan rapat dan menguncinya."Aman sekarang. Ada apa denganmu Lety?" Dengan penuh kasih sayang, Anika membelai rambut Lety."Aku lagi sebel sama Papa Kak. Malam ini Dia akan keluar ber
"Tenanglah tak ada yang serius dengan Lety. Ayo masuklah nanti Aku jelaskan padamu di dalam."dengan tenang Dna menjawabnya."Benarkah? Lalu apa penyebab sakitnya putriku?"Dewa duduk di dekat putrinya yang sedang terbaring. Sedangkan Dina duduk di kursi dekat ranjang Lety."Secara fisik, Lety mungkin nampak sehat. Tapi di dalam jiwanya, sebenarnya Dia lemah dan tak memiliki semangat. Pikirannya stress karena Kau terlalu mengekangnya atau bahkan sering melihatmu marah - marah tak jelas.""Maksudmu?""Dia cuma butuh teman, cobalah untuk tidak terlalu membatasi geraknya. Biarkan Dia bermain apa yang Dia suka di rumah ini, yang penting diawasi. Jangan dikurung di dalam kamar terus - terusan. Kalo bisa, daftarkan Dia ke Taman kanak -kanak biar dapat teman banyak." Dina menciba memberi pengertian pada Dewa.Ia sudah sangat hafal dengan perangai pria itu, karena Mereka berteman sudah sangat lama."Membiarkannya rerlalu bebas seperti itu apa justru tidak membahayakan dirinya ya Din. Aku takut
"Benarkah? Kau serius Honey?""Tentu saja Sayang Aku serius. Yang penting Kamu jangan ngambek lagi ya.""Okey Sayang, eemmuuaacchh." Saking girangnya Lucy langsung menciumi Dewa berkali - kali. Dewa pun membalasnya dengan pagutan di bibir sexy Sang Sekretatis. Pagi yang dingin dan ruangan ber AC seketika menjadi panas karena aktivitas pagi mereka yang cukup hot. Dewa yang sudah mulai terbakar gairah, kini tangannya telah bergerak melakukan remasan pada dada montok Sekretarisnya."Aahhh Honey, ingat Kita sedang di kantor Sayang.""Tenang Sayang, pintunya sudah Aku kunci. Jadi aman. Ayolah Sayang, sebentar saja puaskan dahagaku ya.""Kau ini nakal sekali Honey," Dua insan yang sudah dibutakan oleh gairah terlarang itupun menuntaskan segala hasratnya. Bahkan tak peduli kalo Mereka sedang berada di mana, yang penting bisa memuaskan birahinya masing-masing."Aaacccchhhh," Keduanya melenguh panjang, merasakan sensasi kenikmatan dunia yang paling indah. Mereka nampak terkulai sehabis pelep
Sementara itu, Erfan sangat sedih menerima berita bahwa Anika ternyata telah di bawa ke Kota untuk dijadikan sebagai jaminan Hutang paman dan Bibinya kepada seorang Tuan besar di Kota. Pupus sudah harapannya untuk bertemu dengan Adik satu - satunya.Orang suruhannya yang telah kembali dan mengabarkan bahwa Anika sudah tidak bersama dengan Paman dan Bibinya. Maka, Erfan memutuskan bahwa Dia sendirilah yang akan datang ke Indonesia dan mencari Sang Adik yang telah dibawa ke jakarta."Coba ceritakan padaku bagaimana bisa Adikku tidak ada di sana?"Mata Erfan berkaca - kaca mengingat akan nasib Adiknya itu. Dari kecil mereka sudah menderita karena sering mendapat perlakuan yang tidak pantas."Kami terlambat Bos. Saat Bos mengutus kami ke sana, ternyata Adik Bos sudah di bawa ke Jakarta." ucap kedua anak buahnya itu. Erfan terdiam, dan menahan segala sesak didadanya."Untuk apa mereka membawa Adikku ke Jakarta? Ya Tuhan, semoga saja engkau selalu melindungi Adikku di manapun Dia berada."gu