Hai kak, selamat bermalam minggu semoga suka ceritanya mkasih
Pertanyaan Reyhan membuat Rara semakin bergetar hebat, dia tidak pernah berbohong sebelumnya jadi ketika berbohong nampak kentara sekali perubahan bahasa tubuhnya. "Sa sa saya dari...." Dia menggantung jawabannya karena tak tahu harus berkata apa. Air matanya meleleh, "Maafkan saya." Akhirnya kata maaf yang terucap. Segera Rara berlari masuk ke dalam kamarnya, hal ini tentu membuat Reyhan curiga dan bertanya-tanya, ada apa? Dokter itu segera menyusul kekasihnya ke kamar, meski curiga tapi dirinya juga khawatir hingga bisa mengontrol segala bentuk emosi. "Sayang ada apa?" Masih bisa bicara dengan lembut. Rara menggeleng, dia berusaha menghapus air matanya. Perlahan Reyhan mendekat, dia duduk di samping Rara yang tak mampu menatapnya. Dengan lembut Reyhan membelai rambut Rara, sebisa mungkin dia menenangkan kekasihnya. "Maafkan saya Pak Rey, maafkan saya." Tak ada kata lain yang bisa Rara ucapkan selain kata maaf. "Maaf untuk apa?" Dia hanya menggelengkan kepala karena tak san
"Tuan kami melihat Nona Amanda."Laporan David membuat Raymond buru-buru memutuskan kembali ke tanah air, dia mencoba menghubungi Rara tapi panggilannya tidak diangkat karena mungkin Rara sedang ada jam kuliah.Benar saja, setelah jam kuliah usai, Rara mengecek ponselnya mengetahui ada beberapa panggilan dari Raymond membuat Rara buru-buru keluar menuju parkiran."Tuan Raymond mana?"Sambil bergumam wanita itu mencoba menghubungi sang pria namun ponsel pria pujaan hatinya tidak aktif.Lizzi dan Alice menyusul Rara di parkiran sekalian mereka akan pulang. Melihat temannya begitu risau membuat mereka khawatir. "Ada apa Rara?"Rara tersenyum dan bilang tidak ada apa-apa, dia juga menyuruh temannya untuk pulang lebih dahulu."Kalian pulang dulu, aku menunggu jemputan."Lizzi dan Alice memutuskan pulang terlebih dahulu meski mereka cukup khawatir melihat sahabat mereka gelisah.Tak jauh dari tempat Rara, Reyhan sedang melihat dari dalam mobilnya, dia benar-benar ingin tahu kemana sebenarny
Begitu pesawat mendarat, Raymond segera berdiri, dia meminta pramugari agar membuka pintu pesawat. "Sebentar Tuan, tangga belum dipasang." Pramugari itu menjelaskan pada sang Tuan. "Lelet sekali!" Gerutunya. "Mohon maaf Tuan, pesawat baru saja mendarat jadi perlu waktu untuk menyiapkan segala sesuatunya. Setelah turun dari pesawat pribadinya, pria itu berjalan dengan langkah panjang, dia tidak sabar untuk menemui sang Mama. Di depan pesawat beberapa orang berpakaian serba hitam sudah menunggu, mereka semua segera membawa Raymond pergi ke rumah sang Mama. Mobil kini sudah masuk ke halaman rumah mewah milik Mamanya, kebetulan di belakang mobil yang membawanya ada iringan empat mobil. Mobil-mobil itu adalah mobil yang membawa kedua orang tuanya beserta pengawal. "Tumben sekali kamu datang Raymond." Suara wanita paruh baya itu terlihat dingin, berbeda sekali dengan Mama pada umumnya yang merasa senang ketika sang anak datang apalagi mereka tinggal beda benua. "Ada yang ingin Raymo
"Reyhan bagaimana ini Rara tak kunjung datang?"Ucapan Lizzi membuat Reyhan semakin takut, apa yang sebenarnya terjadi? Rara dimana?Reyhan, lizzi dan Alice berusaha mencari Rara, di sepanjang jalan mereka tidak menemukan adanya kecelakaan atau macet yang menghambat jalan sang kekasih untuk sampai di mall."Jangan-jangan...."Ucapan Alice membuat Reyhan menatapnya tajam lewat kaca spion."Tidak mungkin, Rara orangnya agak introvert, bergaul hanya bersama kalian," sahut Reyhan yang seolah mengerti maksud sahabat kekasihnya.Mereka berputar-putar mengelilingi kota tapi Rara tak kunjung ditemukan, ponselnya juga tidak aktif."Kita bilang saja jika Rara kembali dengan Raymond, siapa tahu Reyhan tau sesuatu." bisik Alice."Gila kamu, jangan!" sahut Lizzi sambil berbisik pula.Kedua wanita itu hanya bisa diam, dia tidak berani memberi tahu Reyhan mengenai hubungan Rara dan Raymond.Hingga malam, Rara masih belum ketemu, Reyhan yang lelah dan pasrah akhirnya melaporkan kejadian ini pada piha
Jessica begitu heran dengan perubahan Raymond, beberapa waktu yang lalu dia terlihat begitu lembut dan manja, tapi saat ini sudah dingin kembali, bahkan membentaknya gara-gara hal yang justru disukai oleh kebanyakan pria.Seusai memakai handuk kimono milik calon suaminya, Jessica kembali duduk di sofa."Tadi kamu begitu lembut dan manja padaku tapi kini kamu begitu dingin, apa sebenarnya kamu memiliki kepribadian ganda Ray?" Ucapan Jessica membuat Raymond tersenyum miring, memang tadi hanya pura-pura saja."Mungkin," sahutnya singkat lalu kembali menikmati sebatang rokoknya kembali."Aku serius Ray?" "Aku juga."Jessica yang merasa kesal meluapkan amarahnya pada Raymond, dia merasa jika Raymond mempermainkan dirinya."Jika memang begini sikapmu untuk apa kamu datang ke rumahku dan meminta supaya pernikahan ini dilaksanakan minggu depan?" Pria itu masih diam menikmati rokoknya hingga Jessica berkomentar pedas. "Kita akhiri saja semua ini Ray." Raymond berpikir sejenak, jika batal s
"Lepas! lepaskan aku!" Rara terus berteriak, menggedor gedor pintu namun semua itu percuma. Wanita itu hanya bisa menangis terduduk di lantai sambil bersandar pintu, dia masih belum paham kenapa orang-orang ini tega menculiknya. Lelah menangis, Rara memutuskan kembali ke sebuah tempat tidur single, kelihatannya Mama Raymond masih memiliki hati sedikit hingga menyediakan tempat tidur untuknya. Sadar tak ada gunanya menangis, Rara mencoba mencari ponselnya, seingatnya waktu itu para penculik telah menghancurkan ponselnya dan bangkai ponselnya masih berada di dalam kamar. Lama mencari akhirnya ketemu juga, bangkai ponsel itu berada di kolong tempat tidur dengan keadaan yang hancur. Beberapa kali Rara menghidupkan ponselnya tapi ponsel itu tak mau hidup, hampir putus asa, sebuah keajaiban terjadi ponselnya hidup kembali, meski LCD lumayan rusak, Rara masih bisa melihat tulisan di layar. Rara berusaha menghubungi Raymond tapi nomor Raymond tidak bisa dihubungi lalu dia menghubungi Rey
Reyhan mematung mendengar apa yang diucapkan oleh kekasihnya, menua bersama? bukankah itu kata yang selalu dia katakan pada Rara, ada apa sebenarnya? Ketika rasa sakit terus menghujam, sang kekasih mulai sadar akan kehadirannya. Rasa sedih berlebij membuatnya melupakan kehadiran Rayhan. "Pak Rey," katanya lirih sambil menoleh ke arah pria yang tengah kesakitan itu. Tatapan Reyhan begitu sendu, nampak sekali jika dia menahan rasa sakitnya. "Apa maksud akan menua bersama dengannya sayang?" Pertanyaan Reyhan seketika membuat wanita itu memucat, bibirnya membungkam dan tak tau harus berkata apa. Belum sempat menjawab pertanyaan Reyhan, tiba-tiba sebuah tamparan melayang di pipinya. Plak.... ##### (Flashback) Pria dengan tubuh sama menghadap cermin, berbeda dengan tadi kali ini calon pengantin pria memakai masker. "Tuan bisakah anda melepas master anda?" Permintaan wajar dari para MUA membuat David menggeleng, tentu tidak mungkin melepas masker untuk saat ini. "Aku tiba-tiba flu.
Rara hanya bisa menangis entah mengapa wanita paruh baya begitu kejam, bukankah penculikan ini adalah idenya lantas mengapa kini dia malah berbalik ingin menuntut?"Jangan menangis Nona, saya akan mengurus semua."David berusaha menenangkannya, dia tidak akan membiarkan Mama sang Tuan melakukan hal ini, lagipula yang bersalah bukan Rara atau mereka melainkan dirinya sendiri.Karena ingin segera menyelesaikan hal ini, David meminta Reyhan untuk menemani Rara, dia paham jika Reyhan mungkin sakit hati tapi dia berharap jika Reyhan paham akan keadaan saat ini.Keduanya duduk di depan ruang ICU dengan mulut sama-sama tertutup, tidak ada obrolan diantara mereka. Reyhan merasa sakit hati dan kecewa karena merasa dikhianati sedangkan Rara ketakutan karena dramanya terbongkar."Pak Rey." Akhirnya Rara tidak tahan dengan situasinya.Rara mencoba mencairkan suasana, semenjak David pergi hingga detik Reyhan diam seribu bahasa yang membuatnya semakin bersalah."Ada apa?" tatapannya begitu sendu, s