“Devita, ke ruanganku sekarang!” Giyan berseru memanggil Devita dengan tatapan yang terlihat menjijikkan.Lili berusaha menahan Devita, dia tahu jika Bastian dan Giyan akan berbuat sesuatu yang buruk kepada Devita.“Tidak apa-apa, aku akan mempercayai Vicky, aku yakin dengan apa yang Pak Tono katakan tadi,” ucap Devita sambil tersenyum.“Tapi Devita-” Lili masih berusaha untuk menahan Devita, namun Devita melepaskan tangan Lili yang sedang memegang lengannya. Dia lalu berjalan menuju Giyan yang sedang berdiri di depan ruangannya.Beberapa karyawan pria terlihat bersiap-siap, jika terdengar teriakan dari Devita, mereka semua akan langsung masuk ke ruangan Giyan.“Devita, Lili.” Suara seorang pria yang terdengar asing memanggil nama mereka.Devita dan semua karyawan yang berada di tempat itu langsung menoleh ke arah suara yang memanggil nama Devita dan Lili.Mereka semua terkejut saat mengetahui pria yang memanggil Devita dan Lili adalah Darius Dharma, dia adalah menantu Dimas Dharma ya
Dua tahun kemudian...Sudah dua tahun berlalu semenjak Vicky meninggalkan Indonesia. Sejak saat itu juga Vanya sudah tidak pernah mendengar kabar dari Vicky sama sekali. Walaupun Tono sudah mengatakan jika alasan kekasihnya itu meninggalkan Indonesia bukan karena dirinya, tetap saja Vanya menyalahkan dirinya yang terus menghindar pada saat itu. Pada saat di mana Vicky berusaha menghubunginya tetapi dia dengan bodohnya menghindar hingga mematikan ponselnya.Saat ini Vanya berada di kamar yang dulu digunakan Vicky ketika menginap di rumahnya. Tampak beberapa foto mereka berdua menghiasi ruangan itu, setiap Vanya mengunjungi orang tuanya di hari Sabtu. Dia akan menghabiskan waktu di kamar ini sambil mengingat kembali waktu yang mereka berdua habiskan bersama.Sambil berbaring di tempat tidur, Vanya memandangi foto dirinya bersama Vicky, foto di mana mereka berdua kompak menggunakan pakaian berbahan denim.Beberapa kata 'MAAFKAN AKU' Vanya tulis di foto itu. Dan di bagian bawah foto itu,
Devita mengangguk, dia lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya.“Aku sebenarnya menyimpan ini sebagai kenang-kenangan, tapi setelah beberapa lama. Aku merasa jika ini ditujukan untukmu dan kamu adalah orang yang paling membutuhkan ini,” ucap Devita lembut sembari mencari file Video di ponselnya.“Ini dia!” seru Devita.“Vanya aku harap setelah kamu melihat video ini kamu bisa berhenti menyalahkan dirimu sendiri,” sambung Devita. Setelah mengatakan itu Devita menyerahkan ponselnya ke Vanya.Vanya mengangguk pelan, lalu menerima ponsel yang di berikan Devita. Tampak dilayar ponsel, Vicky sedang memegang gitar, dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dipadukan dengan bawahan denim berwarna biru gelap. Tambahan penutup kepala dan juga sepatu boot berwarna coklat membuatnya terlihat sangat berbeda dengan gaya Vicky sehari-hari.Vanya lalu memutar video itu, dia sontak tercengang, ini adalah lagu yang sangat viral di waktu itu. Vicky menyanyikan lagu dari James Arthur yang berjudul Say Yo
Keesokan harinya, Vanya sudah terlihat lebih ceria, tak ada lagi raut wajah murung, tak ada lagi isak tangis kesedihan. Berkat video yang di tunjukkan Devita, Vanya akhirnya bisa memantapkan hatinya untuk menunggu Vicky kembali.“Selamat pagi Pak Eddy!” Teriak Vanya yang sontak membuat Eddy dan teman-teman kantornya terkejut.“Se... selamat pagi Vanya,” jawab Eddy terbata-bata.Kantor Eddy yang tadinya terdengar ramai mendadak hening, semua mata tertuju kepada Vanya. Sudah dua tahun lamanya mereka tidak pernah mendengar Vanya menyapa mereka dengan seperti ini.“Mengapa kalian semua menatapku seperti itu,” ucap Vanya sambil tertawa kecil.Karena penasaran dengan perubahan Vanya, Eddy pun segera menghampiri Vanya.“Vanya... apa Vicky sudah kembali?” Tanya Eddy berbisik.“Belum,” jawab Vanya singkat.Kedua alis Eddy menekuk. “Berarti dia sudah menghubungimu?” Tanya Eddy lagi.“Belum juga,” jawab Vanya sambil tertawa kecil.Eddy terdiam, raut wajahnya menjadi panik.“Jangan-jangan kamu me
“Salam kenal, aku Ivan Barata, pemilik dan pemimpin Grup Barata saat ini,” ucap pria itu memperkenalkan dirinya.Barata Cipta Abadi, sebuah grup yang menaungi puluhan perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam dunia bisnis di Indonesia, tidak ada yang tidak mengenal nama besar Grup ini.Eddy tidak pernah menyangka jika hari ini, Ivan Barata pemimpin grup besar itu akan datang ke showroom miliknya.Eddy juga mengenali kedua pria yang datang bersama Ivan Barata. Keduanya merupakan CEO dari perusahaan besar di bawah naungan Grup itu. Jafin dan Billy, dua sosok pengusaha muda yang menjadi orang kepercayaan Ivan Barata.“A... aku Van-““Vanya kan?” sela Ivan sambil tersenyum memotong ucapan Vanya.Eddy, Vanya dan Adelia sontak terkejut, mereka semakin di buat kebingungan karena Ivan Barata mengetahui nama Vanya.“I... Iya Pak,” jawab Vanya terbata-bata.“Vanya... Ayo makan siang denganku,” kata Ivan santai.“Jika Anda ingin membeli mobil, biar aku yang melayani Anda. Sebaga
Ivan dan Vanya akhirnya tiba, beberapa mobil mewah dengan harga fantastis terparkir rapi di garasi kediaman Ivan. Vanya sedikit di buat kagum dengan pemandangan itu, harga satu mobil mewah di garasi Ivan bahkan jauh lebih mahal dari mobil mewah harga tertinggi di showroom Eddy.Setelah memarkir mobilnya, Ivan dan Vanya turun dari mobil. Vanya terlihat gugup dan berat untuk melangkah, Ivan yang melihat itu tersenyum, dengan lembut dia menarik tangan Vanya yang membuat Vanya kembali merasa bingung dengan perasaannya.Tepat di depan pintu rumah, Ivan tiba-tiba berhenti, dia menoleh ke Vanya yang masih menunduk tak berani menatap Ivan.Ivan melepas tangan Vanya, lalu dengan lembut melepas kacamata hitam milik Vanya.“Hah... Vicky...” batin Ivan sambil menghela nafasnya pelan begitu melihat kondisi mata Vanya yang sembab.Vanya kembali terkejut, dia masih terdiam bahkan saat Ivan merapikan rambutnya.“Nah... sekarang kamu sudah terlihat lebih baik,” ucap Ivan sambil tersenyum kepada Vanya.
Suara tawa terus terdengar dari ruang keluarga kediaman Ivan Barata, Vanya tak henti-hentinya tertawa saat mendengar cerita Ivan dan Nabila tentang apa yang terjadi saat mereka mencoba menghibur Vicky.Ivan dan Nabila juga sedikit terkejut begitu mengetahui sifat dan karakter asli Vanya, sifat Vanya yang ceria dan juga manja kepada mereka, sangat berbanding terbalik dengan apa yang mereka bayangkan sewaktu pertama kali bertemu dengan Vanya.“Aku tidak menyangka jika si bungsu ternyata sangat manja,” ucap Nabila sambil mencubit pelan pipi Vanya.“Hmm... Iya... aku kira kamu itu selalu serius seperti robot,” sambung Ivan sambil tertawa.Vanya dan Nabila ikut tertawa, mereka bertiga sudah terlihat sangat akrab satu sama lain.Ivan dan Nabila juga kembali di buat takjub saat melihat Vanya berinteraksi dengan Calvin, sikap Vanya yang lembut membuat Calvin merasa nyaman dan tak mau lepas dari sisi Vanya.“Kamu akan menjadi ibu yang hebat, tidak hanya si kecil Elina, Calvin bahkan langsung l
Dor! Dor! Dor!Suara letusan senjata api terdengar saling bersahutan, Vicky yang sedang menjalani misinya di salah satu negara di Afrika, sedang terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata di daerah itu.Sudah lebih 4 jam mereka saling tembak, korban terus berjatuhan di pihak kelompok lawan yang menyerang Vicky.Beberapa jam yang lalu, Vicky dan empat orang anggota regunya mengunjungi sebuah desa untuk memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.Saat mereka sedang bercengkerama dengan penduduk setempat, tiba-tiba dari kejauhan, delapan mobil pickup terlihat menuju ke desa itu dan mulai melepaskan tembakan ke arah penduduk yang sedang berkumpul.Vicky dan anggota regunya langsung merespons, seorang di antaranya langsung mengevakuasi warga ke tempat aman, dan sisanya bertahan menghalau kelompok bersenjata itu.Walaupun Vicky hanya berlima, dia dan anggota regunya dapat bertahan dan menghalau pihak kelompok bersenjata itu, agar tidak masuk lebih dalam ke desa tempat warga mengungsi.