"Sial ... Mau apa dia kemari," gumam Angeline. "Siapa?" Cindy mengikuti pandangan Angeline dan segera memahami situasi. "Nggak mungkin dia tahu Nathan sedang meeting. Kebetulan sekali?" Angeline mengawasi pergerakan Jeremy yang berjalan ke arah mereka. Tatapan Jeremy langsung tertuju pada Angeline yang sedang berdiri dekat meja Cindy. Kedua wanita itu memanfaatkan waktu luang dengan mengobrol saat Nathan sedang meeting dengan para manager. "Aku mau bicara denganmu," cetus Jeremy. "Maaf, Pak—" Cindy bangkit berdiri, tapi ditahan Angeline. "Baik, silakan masuk ke dalam." Angeline mendahului berjalan masuk ke ruangan Presiden Direktur. Cindy memandang cemas ketika kedua orang itu menghilang ke dalam ruangan. Dia bergegas mengirim pesan singkat pada Nathan memberi tahu apa yang sedang terjadi. "Mau bicara apa, Pak?" Angeline berdiri bersandar di depan mejanya dengan kedua lengan tersilang di depan tubuh. Hening ketika Jeremy memandangi wanita di ha
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam mobil dengan kaca teramat gelap. Mobil yang setengah jam lalu melaju meninggalkan gedung Wayne Group dengan tujuan bandara internasional. Sopir tidak terganggu sedikit pun dengan aktivitas yang terjadi di kursi penumpang berkat kaca hitam pembatas. "Agh ... Pelan-pelan ... Sakit ...." "Tahan sedikit." Angeline menggigit bibir dan berusaha tetap rileks. Nathan menatap lembut dan bertanya, "Lebih nyaman?" "S–sedikit ... Ah, jangan di situ," rengeknya. Sebutir keringat mengalir di kening Nathan. Tampak sekali wajahnya begitu fokus terhadap apa yang sedang dia lakukan. "Angel, jangan tegang. Aku tidak bisa merasakannya," ucap Nathan. "Iya, kuusahakan." Mata Angeline berkaca-kaca. "Trust me, Baby Girl." Nathan tersenyum menenangkan. "T–tunggu ...! Aku belum siap," lirih wanita itu. Nathan bersabar. Sedikit lagi. Angeline mengatur nafas agar tidak tegang lalu berkata, "Lakukan, Nath." "Oke.
"Sehabis makan siang tinggallah di kamar sampai waktunya tiba," kata Nathan. Angeline yang sedang menyuap makanan menghentikan gerakannya, "Tapi kenapa?" Nathan melirik melewati bahu Angeline. Dilihatnya Gabriel Maynard masih duduk di tempat semula bersama putra tunggalnya yang bernama Mike. Sebagai lelaki tentu saja dia bisa melihat ketertarikan Gabriel terhadap Angeline, dan dia tidak mau membiarkan sesuatu berkembang terlalu jauh. "Masih dua jam lagi sampai opening ceremony. Sebaiknya kita istirahat dulu supaya bisa mengikuti meeting sampai malam," kilah Nathan. "Bukan karena Gabriel, kan?" Angeline mengerucutkan bibir. "Bukan. Kenapa harus tentang dia? Kita baru menempuh perjalanan cukup jauh dan aku butuh santai sejenak sebelum menghadapi pebisnis lain sepanjang malam." Lagi-lagi Nathan beralasan. "Ya sudah." Angeline pun mengalah. Mana tega dia melihat pacarnya kelelahan? Nathan tersenyum tipis karena berhasil membujuk wanitanya. Tidak dipung
Meeting berjalan menegangkan bagi Angeline dan Nathan. Karena susunan tempat duduk yang seperti podium, mereka berdua nyaris berhadap-hadapan dengan Gabriel. Konsentrasi Nathan sudah terpecah karena melihat sesekali Gabriel akan melirik ke arah mereka. Dia yakin sang pemilik Golden Yue Group bukan sedang memandang ke arahnya, tapi ke arah Angeline. "Setelah makan malam kita pergi," kata Nathan setelah sesi tanya jawab usai. Terlihat semua orang beranjak pergi. Angeline yang sejak awal sibuk bermain game di handphone mendongak, "Ke mana?" "Menikmati pemandangan," sahut Nathan singkat. "Aku tidak diculik dan dijual, kan?" tuduh Angeline. Nathan nyaris tertawa, "Dari mana kamu dapat ide seperti itu?" Mereka berdua bergabung bersama rombongan peserta meeting menuju restoran hotel. Angeline bergelayut manja di lengan Nathan. Dia tidak terlalu mempedulikan pandangan orang karena di sini tidak ada yang mengenal dirinya. Suara orang bercakap-cakap berpadu denga
Sumpah. Angeline melongo mendengar perkataan lelaki yang duduk di hadapannya. Apa maksud Gabriel berkata seperti itu? Nathan sudah jelas mengatakan mereka akan segera menikah, lalu kenapa masih mengatakan hal aneh? Apakah lelaki ini sedang berusaha mendekatinya? "Emm ... Sepertinya aku harus segera kembali. Sampai bertemu besok pagi." Tanpa menunggu respon dari Gabriel, Angeline bergegas berdiri dan pergi. Gabriel memandangi wanita muda itu melarikan diri. Kenangan lama yang timbul sejak pertama kali bertemu Angeline tidak lenyap, malah bertambah kuat. Dia benar-benar ingin tahu siapa Angeline sebenarnya. Gabriel berharap besok atau lusa orang-orangnya sudah memiliki hasil penyelidikan. Hatinya tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Seulas senyum terkembang di bibir Gabriel. Yah, mungkin tidak ada salahnya bertindak sedikit egois demi menebus rasa bersalah di masa lalu. Toh sekarang sudah tidak ada orangtua yang akan menentangnya menjalin hubungan dengan siapa pun. Berb
Nathan dan Angeline check-out dari hotel saat sesi sedang berlangsung. Kini mereka berdua beserta semua barang bawaan sudah berada dalam mobil sewaan yang dikemudikan sendiri oleh Nathan. Mengandalkan ingatan Nathan melajukan mobil ke arah Bukit Timah. Perjalanan yang mereka tempuh tidak sampai setengah jam hingga tiba di sebuah kawasan perumahan yang sejuk dan tenang. Lagi-lagi Angeline mengagumi lingkungannya yang asri dan sejuk. "Seharusnya bagian dalam rumah tidak terlalu kotor karena semua perabotan sempat ditutupi kain sebelum kami pergi." Nathan memarkir mobil di depan sebuah rumah berlantai dua yang cukup luas. Angeline mendongak untuk melihat keseluruhan rumah. Dindingnya dibangun dengan kombinasi beton bercat putih, kayu, dan kaca tebal. Modern sekali. "Ayo masuk." Nathan menyeret dua buah koper. "Yes, I'm coming." Angeline melangkah sambil melihat ke kanopi super besar yang menaungi teras depan, maka tidak heran dia tersandung undakan. Nathan so
"Ramai sekali ...," bisik Angeline pada lelaki di sebelahnya. "Tentu saja. Alardo adalah putra satu-satunya keluarga Wilson. Pernikahannya harus dirayakan sebesar mungkin, apalagi pasangannya adalah putri pengusaha besar," ujar Nathan yang seperti biasa terlihat tampan dengan stelan jasnya. Angeline, di lain pihak, tampil sederhana namun manis dengan gaun pendek biru tua model babydoll. Wedges setinggi dua belas sentimeter membantunya terlihat seimbang dengan tinggi badan Nathan. Awalnya sedikit kesulitan, tapi sekarang Angeline sudah menguasai berdiri dan berjalan di atas wedges. "Lihat. Mereka baru akan melakukan wedding toast," ucap Nathan. Angeline melihat ke panggung. Pasangan yang berbahagia terlihat luar biasa tampan dan cantik. Pakaian mereka pastinya pilihan khusus, demikian juga dengan perhiasan di tubuh Sonya. Wajah Alardo terlihat bahagia. Bagaimana tidak? Akhirnya dia bisa mendapatkan wanita yang sudah dikagumi selama bertahun-tahun. "Nath, aku amb
Seluruh dunia seolah membeku. Mata Angeline membulat menatap lelaki di hadapannya. Apa-apaan dia? Memintanya tes DNA? Memang siapa dia? "Kamu berhak menolak atau menerimanya, Baby Girl," kata Nathan lembut. Angeline menatap Nathan, "Menurutmu?" "Hanya itu satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran. Apa pun hasilnya tidak akan mengubah hubungan kita." Nathan meremas tangan wanitanya. Wanita yang sedang shock itu kembali menatap Gabriel. Tidak mungkin! Tidak mungkin lelaki berwajah simpatik ini adalah ayahnya, lelaki pengecut yang meninggalkan ibunya dalam keadaan hamil! "Pikirkanlah Angeline. Beri tahu aku jawabanmu besok pagi. Oke?" Gabriel menyodorkan sebuah kartu nama. Angeline hanya menatap kartu nama itu tanpa berniat mengambilnya. "Besok pagi kami akan menghubungimu." Nathan mewakili wanitanya. Gabriel mengangguk. Reaksi keras Angeline sedikit banyak sudah dia perkirakan, tapi tak ayal dirinya merasa kecewa. Melihat tidak ada lagi yang bisa