"Apakah keluargamu juga bergantung pada pemberian suamiku? Bukankah usaha ayahmu mengalami gulung tikar belum lama ini? Lucu sekali suami kita itu. Entah pantas kukatakan bodoh atau tidak, dia benar-benar memalukan. Dibuang karena dianggap belum mapan, lalu saat karirnya naik dengan bodohnya dengan sangat rela menerima barang yang sudah dibuang oleh pemilik sebelumnya.""Mala! Jaga ucapanmu!" Bu Rahayu berteriak histeris. Dia tak terima dengan ucapan Mala pada anak dan menantu kesayangannya. "Kukatakan jangan berteriak, Bu. Ini bukan tempat kita." Mala menegakkan punggungnya. Tak peduli kilatan sakit hati yang terpancar dari mata Rita."Aku tahu kau dan keluargamu mencari mangsa lain setelah laki-laki yang sudah kau hinggapi itu memilih wanita lain yang lebih memuaskan. Ayahmu bertemu Mas Bayu saat tak sengaja suamiku mampir di restoran keluarga kalian yang saat itu hampir bangkrut. Dengan menjual kisah melankolis dia menebar jaring untuk memperangkap suamiku agar memakan umpan berup
Mala meremas kedua tangannya. Perkataan Rita membuat jiwanya terguncang. Dia tak menyangka Bayu memberitahu perihal keluarganya pada Rita. Kekecewaan pada laki-laki itu bertambah berkali lipat karena mengungkap hal yang ingin Mala kubur dalam-dalam pada orang lain. "Entah bagaimana pun penolakanmu, nyatanya Mas Bayu sudah menikahiku. Sekuat apapun kau menolak kenyataan ini tak akan mengubah kenyataan bahwa laki-laki itu telah memilihku untuk turut serta memiliki jiwa dan raganya. Jadi kukatakan tadi di awal, aku dan Alvaro berhak dengan apapun yang dimiliki oleh Mas Bayu. Meskipun secara hukum kami tak memiliki hak, tetapi aku yakin nuranimu tak sekejam itu, Mbak." Mala tersenyum miris. Dia belum bersuara demi mendengar kalimat pembelaan seperti apa yang akan diucapkan wanita itu. "Sudahlah, Mbak. Kembalikan rumah itu. Mas Bayu memang berencana memberikan rumah itu pada kami, selepas dia menceraikanmu." Mala benar-benar hampir tak bisa menahan emosinya. Entah siapa yang harus dia
"Kalian mencintai Mas Bayu karena dialah satu-satunya ladang uang bagi kalian. Jika dia tak mampu memberikan apa yang kalian mau, tak mungkin kalian akan merasa begitu kehilangan suamiku. Aku tahu jika dia berkewajiban menafkahi Ibu setelah ayah mertua meninggal. Aku ikut banting tulang agar kebutuhan kita semua tercukupi. Bahkan Mas Bayu yang tadinya hanya karyawan biasa kini memiliki posisi yang begitu menjadi idaman seluruh karyawan di kantornya. Karena siapa? Karena aku yang rela menyisihkan gaji Mas Bayu untuk kuliah lagi dan hingga mampu meraih posisinya sekarang. Sayangnya dia takabur, tak pandai bersyukur. Atau bisa juga kukatakan bodoh. Setelah keadaannya membaik, dia terpikat cinta lamanya kembali. Entah tawaran seperti apa yang wanita itu janjikan hingga dia tega merusak hubungan orang lain. Masuk ke dalam keluargaku dengan alibi rendahan, menjual kisah sedihnya pada suamiku. Dan kalian semua, ya kalian semua. Mendukung kisah cinta yang tak selesai itu tanpa ada rasa dosa
Mala benar-benar membuktikan kalimatnya. Dia tak peduli lagi dengan sumpah serapah Bu Rahayu padanya sebelum meninggalkan rumah Bude Rumi. Tatapan kebencian tak lagi menggoyahkan kebekuan di hatinya. Tanpa Rita menjelaskan isi hati Bayu pun Mala sudah tahu bagaimana bersikap pada orang-orang itu. Apalagi sekarang, wanita itu tanpa sadar telah membuat Mala makin memupuk kebencian para pelaku penghianatan. Mungkin maksud Rita adalah dia ingin meruntuhkan kepercayaan diri Mala yang tetap terpancar meski penghianatan suaminya sudah nyata adanya. Tetapi lagi-lagi dia gagal, Mala mengokohkan dirinya menjadi sosok yang sangat tangguh. Seperti hari ini, saat Mala kedatangan orang tua Rita. Dia sudah paham dengan maksud kedatangan kedua orang itu ke rumah barunya. Mata suami istri itu menelisik setiap sudut rumah Mala yang kini terlihat makin pantas. "Tentu kamu paham dengan maksud kedatangan kami kemari, Mala." Suara bariton ayah Rita membuka kebisuan yang selama beberapa saat tercipta. M
Orang tua Rita tertegun mendengar penuturan Mala. Benar sekali desas-desus jika wanita yang terbiasa tampil tenang itu mampu mengeluarkan kalimat yang membuat lawan bicaranya tak berkutik. "Tetapi kau tak boleh egois!" Suara bariton ayah Rita kembali terdengar setelah beberapa saat tenggelam dengan sikap Mala yang masih duduk tenang. Aura wanita itu lain, dia bukan seorang yang mudah ditaklukan seperti yang sebelumnya. "Egois di bagian mana, Pak? Justru kalau kalian ngotot seperti ini kalianlah yang egois. Sekaligus tak tahu malu," ucap Mala penuh penekanan. Ibunya Rita hampir kelepasan mengontrol emosinya. Perkataan Mala benar-benar membuat harga dirinya hancur. Meski pada kenyataannya, sikap mereka yang rakus itulah yang membuat sosok orang tua itu tak berharga sama sekali. "Jangan mengatai kami sesukamu. Kubilang langkah yang diambil Bayu dan Rita sudah tepat. Kau dzalim jika membiarkan mereka tersiksa dengan perasaan mereka yang ingin memiliki satu sama lain. Harusnya kamu paha
"Kalian memang keluarga parasit tak tahu malu. Masuk menjadi pihak penghancur rumah tanggaku. Kini pun merusuh di harta yang ditinggalkan Mas Bayu padahal kalian tahu anak kalian tak berfungsi apapun di dalamnya. Apakah segala hal yang kalian katakan akan membuatku luluh memberikan sedikit apa yang ditinggalkan Mas Bayu untuk kalian? Jangan berharap, karena aku tak akan memberikan seujung kuku pun! Bekerjalah jika menginginkan sesuatu. Jangan menjadi pengemis untuk wanita yang sudah kalian curi suaminya!" "Setidaknya izinkan ibunya Bayu dan adiknya tinggal disini! Kau lebih lama hidup sebagai menantunya dari pada anakku! Mengapa mereka justru tinggal di rumah sempit kami?"Bola mata Mala membesar. Cukup jelas apa yang diucapkan oleh Pak Munandar. Jadi inilah tujuan sebenarnya dia datang kemari? Mala sedikit syok mendengar mertuanya kini menumpang di rumah orang tua Rita. Meskipun rumah itu dibeli suaminya untuk mereka, rasanya tak etis jika kedua keluarga yang sama-sama menyerang Mala
Mala menatap Bude Rumi sesaat. Kembali wajah wanita itu terlihat sedih dengan apa yang menimpa anaknya. Mala tak tahu harus berkomentar seperti apa. Ada rasa menyesal telah menanyakan sesuatu yang membuat wanita itu kembali bersedih. "Ratna tidak bisa menerima kekurangan Dion." Bude Rumi mengusap sudut matanya yang berair. Mala terdiam. Dia tak berani bertanya lebih lanjut. Baginya reaksi Bude Rumi sudah menjawab sejauh apa rasa sakit yang ditimbulkan akibat perceraian anaknya. Apalagi selama yang Mala tahu, Ratna dan Dion adalah pasangan yang serasi. Fisik mereka yang nyaris sempurna benar-benar menjadi dambaan bagi seluruh pasangan suami istri. Mereka terlihat baik-baik saja sejauh ini. Oleh karenanya, kabar perceraian ini sungguh mengejutkan dirinya. Mala mulai menebak dalam hatinya, barangkali kenyataan inilah yang membuat kesehatan Bude Rumi menurun. Tetapi lagi-lagi Mala tak berani menanyakan langsung pada wanita itu karena tak ingin menambah beban pikirannya. "Kamu tak tany
"Pantas saja kau tak terlihat berduka sama sekali. Rupa-rupanya kau sudah menemukan calon yang akan menjadi mangsamu, Mala?" ucap Bu Rahayu. Mala memilih menepikan Kinanti dan mengarahkan anaknya untuk mendekat ke Bude Rumi. Anaknya boleh melihatnya terhina oleh perbuatan seorang nenek yang tak pernah menganggap cucunya ada. Sedangkan Dion nampak tahu diri untuk menjauh dari dua orang wanita yang terlihat sekali tengah berseteru. "Apa yang membawa ibu kemari?" "Apa yang membawaku kemari? Tentu saja hak! Hak atas sebagian besar harta Bayu. Aku tak akan semudah itu mengalah darimu. Aku tahu, kau tak benar-benar menggunakan uang hasil penjualan rumah anakku untuk membayar hutang. Aku juga sudah menerima informasi dari orang yang dipercaya bahwa Bayu memiliki aset lain. Aku tak akan membiarkanmu menguasai semuanya, Mala!" Mata wanita itu berkilat-kilat menyiratkan kemarahan menguasai dirinya. Mala membuang napasnya kasar. "Apakah orang yang dipercaya itu maksudnya adalah orang tua Rita