“Kalau kita sudah berkeluarga, biasanya akan lebih sayang sama nyawa karena memikirkan mereka yang ditinggal kalau sampai terjadi sesuatu dengan kita,” ujar Keenan berusaha menjelaskan.“Terjadi sesuatu? Aku hanya mengajaknya main roller coaster, bukan main tembak-tembakan ciu ciu …,” jawabku bingung.“Iya, tapi roller coaster juga permainan berbahaya, Sayang. Bagaimana kalau jantung seseorang ternyata tidak kuat? Ada begitu banyak orang yang kelihatannya sehat, tetapi mendadak harus pergi karena terjadi masalah pada jantung. Selain itu, bagaimana kalau sampai permainan tiba-tiba macet di atas?” ujar Keenan. Penjelasannya cukup panjang juga.“Kamu membuatku membayangkan sesuatu yang buruk dan mendadak aku jadi takut,” keluhku sambil memandangi roller coaster yang sedang berputar.“Jawabanmu membuatnya takut untuk bermain,” ujar Keenan pada Tiger Chang.“Kita main yang lain saja,” ajakku berusaha mengabaikan Keenan.Aku tidak merasa ada yang lucu, tetapi Keenan dan Tiger Chang justru t
Keesokan harinya …Rencana Keenan untuk pindah ke Indonesia cukup mengganggu pikiranku. Di satu sisi, aku berusaha memercayai niat baik Keenan. Di sisi lain, aku juga memiliki banyak ketakutan yang berkaitan dengan keluargaku sendiri.Baiklah … aku sepertinya harus belajar untuk menghadapi segala sesuatu dengan lebih tenang dan tidak memikirkan hal-hal yang masih belum jelas.Kemarin, kami main di Universal Studio sampai sore. Malamnya, Keenan mengajakku menonton pertunjukan air dan laser. Tentu saja aku tidak menolak. Aku paling suka menyaksikan pertunjukan air menari yang berpadu dengan sinar laser.Sesudah menonton pertunjukan, Keenan mengantarku pulang dan dia langsung pulang ke unit apartmentnya sendiri.Pagi ini, cuaca di luar agak mendung. Ah, cuaca begini lebih cocok digunakan untuk tidur.“LI, BANGUN!”Baru saja aku mau memejamkan mata lagi, Cheryl sudah berteriak memanggilku. Kenapa suaranya mendadak menjadi sangat keras begitu sih? Biasanya dia selalu masuk ke dalam kamar d
“Unit apartment ini sudah diberikan Papa padaku. Papa juga sudah setuju waktu aku sempat menyinggung tentang rencana pindah ke Alexander Apartment. Jadi, tidak ada masalah kalau kamu ingin tetap tinggal di unit apartment itu nanti.” Aku berkata pada Cheryl.“Kamu tidak perlu memikirkan aku karena aku akan tinggal bersama suamiku,” sahut Cheryl.“Dokter Raffa ya? Dia yang akan menjadi suamimu, bukan? Kapan kalian akan menikah?” Aku kembali menggoda Cheryl. Kapan lagi aku bisa menggoda sahabatku ini?“Entahlah … kali ini aku sudah benar-benar pasrah dengan jalan hidup kami,” jawab Cheryl sambil menikmati sarapannya.“Asyik! Mudah-mudahan kamu menikah terlebih dahulu,” ujarku berharap.“Sepertinya begitu …,” jawab Cheryl.“Apa kamu akan tetap bekerja setelah menikah nanti?” tanyaku.“Sepertinya begitu …,” jawab Cheryl lagi.“Sepertinya begitu … sepertinya begitu … apa enggak ada jawaban lain?” cibirku.“Sudah aku bilang, aku sendiri hanya bisa pasrah,” ujar Cheryl.“Tapi … kamu cinta den
Rindu, satu kata yang cukup sulit saat rasa menerpa. Rindu memberikan sebuah harapan pada sesuatu yang tidak ada kejelasan waktu untuk mewujudkannya. Rindu memberikan keinginan kuat yang membuat seseorang berjuang untuk mendapatkannya. Sayangnya, ada rindu yang hanya sebatas angan.Finn, seorang pemuda yang pernah mengisi hatiku. Dia menggambarkan dirinya sebagai bintang di dalam mimpiku. Pun dia memberikan bintang itu agar selalu bersinar di hatiku. Ke mana pun aku pergi, bintang ini akan selalu bersamaku.Sama seperti keluargaku, Cheryl, Om Danendra, dan Tante Iva, Finn akan selalu menempati satu ruang di hatiku. Aku tidak akan pernah bosan mengatakan hal ini.Jangan salah sangka! Aku bukan memiliki dua hati. Saat aku memutuskan untuk mencintai Keenan maka aku akan serius menjalin hubungan dengannya.Finn maju satu langkah dan memelukku erat. Aku menghirup aroma tubuh Finn dengan rakus karena tidak ingin melewatkan satu detik pun kebersamaan kami yang terasa sangat nyata ini.“Aku m
Aku bergegas mendekati Keenan dan duduk di sebelahnya sambil menunduk. Tanganku meraih kotak yang berisi barang-barang Finn dan merapikannya. Sejujurnya, aku tidak tahu cara bersikap agar Keenan tidak tersinggung.Walaupun dengan posisi menunduk, aku bisa tahu kalau Keenan menoleh ke arahku dan tangannya terulur untuk mengarahkan pandanganku pada wajahnya.“M-maaf, a-aku m-masih b-belum r-rela … membuang benda-benda yang penuh dengan kenangan bersama Finn.” Aku merasa gugup di awal dan mengakhiri kalimat dengan memelankan suara.Aku tahu ini tidak benar, tapi aku yakin semua ada waktunya. Suatu hari nanti, aku pasti bisa merelakan semua dengan sendirinya.Benda-benda ini tidak akan mengurangi rasa cintaku pada Keenan. Aku hanya ingin menyimpannya dan membutuhkan waktu lebih banyak. Mudah-mudah Keenan mau mengerti.“Aku tidak memintamu untuk membuang kenangan bersama Finn. Itu masa lalumu dan aku mencintaimu beserta paket masa lalumu. Tadi aku hanya berkata kalau Finn itu tampan,” ujar
“Ini perusahaan Om Danendra, om aku. Apa ada yang aneh kalau aku berada di sini?” tanya Dina dengan angkuhnya.“Oh, tidak tidak … maafkan aku sudah salah bicara. Kalau begitu, aku permisi dulu,” pamitku sambil menarik lengan Keenan agar lekas jalan. Tidak baik berlama-lama di sini. Aku tidak ingin bicara lebih banyak dengan Dina.“Tunggu dulu!” Dina berkata sambil menghalangi jalanku.Aku berhenti dan melihat ke arah Dina. Raut wajahnya terlihat begitu galak. Apa yang dia inginkan sekarang?“Apa kamu benar-benar sudah berpindah hati padanya?” tanya Dina sambil menunjuk Keenan dengan dagunya.“Perihal itu biar menjadi urusan pribadiku. Jika aku perlu izin maka aku akan minta izin pada orang tua Finn,” jawabku. Aku sengaja menyinggung nama Om Danendra dan Tante Iva, dengan harapan Dina akan berhenti ikut campur.“Ha! Kasihan sekali Finn di sana. Dia pasti baru tahu kalau wanita kesayangannya ini ternyata tidak tahan melihat laki-laki,” sindir Dina sambil menekankan setiap katanya.Aku b
“Bagaimana kalau itu benar? Aku memang menghapus semua data milikmu dan menukar laporanmu menjadi sesuatu yang tidak bermutu di atas meja Liam,” jawab Dina yang membalasku dalam bahasa Inggris juga.Aku hanya tersenyum tipis sebelum melanjutkan pertanyaan.“Mengapa kamu melakukan itu?” tanyaku masih dalam bahasa Inggris. Netraku melirik ke arah layar komputer sekilas. Sebagian data seharusnya terselamatkan. Tapi … aku tidak tahu berapa persen data yang sudah terhapus.Dina maju satu langkah dan membungkuk sedikit untuk berbisik, “Aku membencimu … sangat membencimu.”“Kamu membenciku?” Aku mengulangi karena terkejut.Pasalnya, selama ini Dina selalu bersikap baik denganku. Mengapa tiba-tiba dia membenciku? Aku tidak yakin ini ada hubungannya dengan Keenan.“Iya, aku sangat membencimu,” jawab Dina. Raut wajahnya sangat meyakinkan.“Aku tidak merasa melakukan kesalahan—““Mencintai Finn adalah sebuah kesalahan!” bentak Dina.Aku terkejut, tetapi kenyataan kalau selama ini Dina ternyata s
Tidak mendapatkan jawaban dariku, Om Danendra kembali berkata, “Benar juga yang dikatakan Finn … seorang Lilian itu terlihat lembut, tetapi cukup keras kepala. Baiklah, daripada Om dan Tante merasa tidak tenang, Om perintahkan kamu untuk pindah ke kantor pusat mulai detik ini juga. Nanti Om yang akan bicara dengan Liam.”“Eee, tapi … saya masih harus mengembalikan data—““Sudah Om katakan, kamu bisa mengerjakannya di kantor pusat,” potong Om Danendra.Aku mencerna setiap perkataan Om Danendra sambil mengerjap bingung.“A-apa saya mendapatkan jam kerja yang flexible?” Aku masih saja berusaha untuk bernegosiasi.“Semua peraturan sama seperti saat kamu bekerja di sini. Hanya pekerjaan, tempat pekerjaan, dan pendapatan yang kamu terima akan berubah.” Om Danendra menjelaskan.“Pendapatan?” Aku melongo.“Kamu bekerja di kantor pusat dengan tanggung jawab lebih. Itu artinya, pendapatan kamu ikut naik,” jawab Om Danendra.“Tunggu, Om … apa saya tidak mendapatkan kesempatan untuk berpikir?” ta