Lana dan Leon masuk ke dalam mobil, dari arah jendela mobilnya, Lana bisa melihat Noah berdiri di tempatnya tadi dengan membawa dua burger di tangannya. Noah juga menatap Lana yang berada di dalam mobil.
'Noah maafkan aku, nanti aku akan menghubungi kamu.' ucap Lana dalam hati. Lana menyandarkan dirinya pada bangkunya, napas panjang keluar dari mulut Lana. Leon yang melihatnya tau jika kakaknya itu merasa bersalah dengan Noah.
Sampai di rumah Lana langsung masuk ke dalam kamarnya. Papinya yang melihat tampak mengerutkan dahinya. "Kakak kamu kenapa? Kalau hanya sekedar ingin burger, papi bisa membelikan sepuluh buah, kenapa dia jadi kesal begitu?"
Leon menggedikkan bahunya, lalu dia ikut naik ke lantai kamarnya. Dia menemui Lana di dalam kamarnya. Lana sedang duduk di depan jendela kamarnya.
"Lana, apa kamu mau burger?"
"Jangan meledekku, Leon!" Muka Lana kesal melihat wajah adiknya yang seolah menertawakan dirinya.
Lana turun perlahan-lahan, sedangkan Noah sudah siap-siap di bawah untuk menunggu Lana."Lana, kamu hati-hati," ucap Leon pelan."Iya, Leon, kamu jangan malah mebuat aku takut."BlupLana jatuh, tapi Noah berhasil menangkap Lana. Leon yang melihat dari atas sampai menutup mulutnya dengan tangannya."Lana, kita sembunyi dulu, tunggu sampai aman, karena tadi kita menimbulkan suara," bisik Noah mengajak Lana sembunyi di balik tanaman yang agak besar.Benar saja, papi Lana membuka jendela karena mendengar suara berisik. "Suara apa ya itu? Tadi kok ada seperti suara daun gemerisik?""Palingan tanaman kita tertiup angin. Tutup saja jendelanya, Pa. Udaranya sangat dingin malam ini," ucap wanita cantik yang masih fokus dengan tablet di tangannya.Noah dan Lana melihat papi Lana sudah menutup lagi jendelanya, dan Noah mengajak Lana segera pergi dari sana. Mereka yang sudah sampai pada motor Noah saling berciuman.
Bruno berdiri di samping Cilla. Asal tau saja, dulu Bruno ini menyukai Cilla, tapi Cilla sama sekali tidak pernah tertarik dengan Bruno, hanya saja mereka pernah beberapa kali bersama, bahkan di atas ranjang, tapi semua itu tidak berarti apa-apa bagi Cilla. Bagi Cilla dia hanya menyukai Noah, mungkin karena itu Bruno membenci Noah, dan selalu ingin mengalahakan Noah."Kamu jangan ikut campur, Bruno. Ini urusan aku dengan gadis ini, dan lagian Kamu tidak tau apa-apa tentang ini semua.""Sayang, apa gadis ini sudah membuat hati kamu terluka? Karena dia kekasih Noah?" Tangan Bruno mengusap bibir Cilla, tapi dengan cepat Cilla menangkis tangannya."Jangan menggangguku!""Kalau Noah sudah melupakan kamu, kau bisa bersamaku, aku akan memuaskan kamu lebih dari yang Noah pernah berikan sama kamu." Bruno seolah tidak mau melepas Cilla, dia malah menelungsupkan tangannya pada pinggang Cilla."Bruno, sudah aku bilang pada kamu, kamu jangan macam-macam dengank
Noah kembali terdiam di depan Nala. "Noah, katakan, apa kamu memang tidak ingin kedua orang tuaku mengetahui semua ini? Aku sangat berharap hubungan kita akan di restui kedua orang tuaku, jadi kita tidak perlu semubunyi-sembunyi seperti ini.""Lana, kamu belum tau kehidupanku yang sesungguhnya. Setelah mengetahui semuanya apa kamu masih akan mau bersamaku?""Tentu saja aku mau, setelah semua yang aku lakukan denganmu, bagiku kamu satu-satunya, Noah. Aku mencintaimu.""Lana, sebelum kamu mengenalkan aku kepada kedua orang tua kamu, apa besok kamu mau ikut denganku ke suatu tempat?""Besok? Tapi aku besok sekolah.""Besok kamu tidak perlu masuk sekolah, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat, di mana kamu akan tau siapa aku yang sesungguhnya.""Iya, aku mau. Tunggu aku di pintu belakang sekolah, aku akan menemui kamu.""Ya sudah! Aku akan mengantar kamu pulang.""Noah!" Gadis cantik itu memeluk erat pria yang sudah membuatnya jat
Gadis cantik itu berdiri di depan toilet sekolahan dengan cemas, kuku di jari telunjuk lentiknya dia gigiti untuk menghilangkan sedikit rasa cemasnya, ada yang sedang di tunggu Lana di sana. "Ini si Mara ke mana? Apa dia tidak masuk sekolah karena kecapekan semalam?" lana berdialog dengan cemas. Tidak lama dari kejauhan orang yang di tunggu Lana berlari dengan wajah yang berseri bahagia. "Lana! Maaf ya lama kamu menungguku, ada apa sih sebenarnnya kenapa kamu mau bolos sekolah hari ini? Apa kamu janjian dengan Noah untuk melakukan hal itu? Sudah tidak tahan ya ingin itu?" Kedua alis gadis keriting yang otaknya cuma diisi oleh hal-hal mesum itu naik turun menggoda Lana. "Huft! Aku dan Noah ada urusan penting, aku ingin mengetahui semua hal tentang Noah. Kamu tau, Mara? Aku sangat mencintai Noah dan aku ingin dia bisa aku kenalkan pada keluargaku." "Apa? Kamu serius?" Mulut gadis keriting itu terbuka tidak percaya. Lana yang di d
Noah tampak tersenyum melihat kedekatan kakaknya dengan Lana, Noah berharap setelah ini Lana bisa menerima kehidupan buruk yang Noah ingin sembunyikan."Kamu cantik," ucap Nat lirih."Kakak juga cantik, bunga yang Kakak pegang juga sama cantiknya dengan Kak Nathali." Gadis itu memberikan senyumannya."Kak, apa kamu sudah ingat denganku? Aku Noah adik Kakak." Noah mencoba membuat Nat mengingatnya, Noah sudah sangat merindukan Nat sepertu dulu."Noah?" Nat berusaha mengingat nama Noah. "Kamu adikku? Lalu? Ayah dan mama ke mana?" Tiba-tiba Nat bertanya tentang kedua orang tuanya."Ayah, mama, kalian di mana? Aku ingin kita pergi ke pantai bersama-sama." Nathali pun langsung beranjak dari tempatnya mencari keberadaan kedua orang tuanya, dari raut wajahnya dia seolah bingung melihat sekelilingnya yang sama sekali dia tidak tau dia berada di mana.Lana dan Noah saling melihat cemas, mereka takut jika Nat lepas kendali lagi karena teringat de
Setelah dari makam ayahnya Noah mengajak Lana pergi ke tebing di mana mereka waktu itu menghabiskan waktu berdua. Di sana mereka saling berciuman dengan tubuh Lana yang berbaring diatas jaket Noah dan Noah memiringkan tubuhnya agar dapat mencium Lana. "Noah," suara gadis itu terdengar lirih, tangan lembutnya menelusuri wajah Noah dari atas sampai menyentuh bibir kekasihnya. "Terima kasih, Lana." "Terima kasih untuk apa?" "Terima kasih karena kamu masih mau menerimaku dengan segala masa laluku yang begitu buruk. Kamu berasal dari keluarga yang sangat sempurna, tapi kamu malah tidak takut atau ingin menjauh dariku." "Memangnya kamu monster yang harus aku jauhi? Semua orang memiliki masa lalu, Noah. Mereka juga tidak akan ingin memilki masa lalu yang buruk, termasuk kamu, tapi bagaimana mereka bisa menghindar dari apa yang harus terjadi dalam kehidupannya." "Aku berjanji sama kamu, aku akan perlahan-lahan merubah diriku agar kedua orang t
Dia atas motor, Lana tampak ketakutan, kedua tangan cantiknya memeluk tubuh Noah dengan erat. Air matanya bahkan menetes takut dengan apa yang akan terjadi."Lana, kamu jangan takut, aku akan menjaga kamu, mama kamu tidak akan menyakiti kamu." Noah berbicara dengan tetap fokus mengendarai motornya."Aku tidak takut akan hal itu, Noah. Aku tidak peduli jika nanti mamaku akan memukulku bahkan mengusirku dari rumah yang aku takutkan jika aku harus di suruh berpisah dengan kamu."Noah seketika terdiam mendengar ucapan Lana. Mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di depan rumah Lana. Lana turun dengan ditemani Noah, bahkan tangan Noah menggandeng tangan Lana.Pintu dibuka dengan cepat dari dalam, tampak wajah wanita yang biasa terlihat cantik dan muka tegasnya itu sekarang berubah tampak penuh amarah. Wanita itu melihat ke arah Noah dari atas sampai bawah dan dengan tatapan jijik wanita itu menarik tangan Lana sehingga tangan Lana yang bergand
Lana menangis di dalam kamarnya. Dia tidak bisa menghubungi Noah karena ponselnya diambil oleh mamanya.Tidak lama terdengar suara ketukan dari pintu utama rumah Lana. Saat mama Lana membukanya, dia amat terkejut melihat ada Noah di depan pintu mereka."Mau apa kamu ke sini? Apa kamu tidak cukup aku usir tadi siang?" bentak wanita itu marah pada Noah."Tante, saya mau menjelaskan semuanya.""Cukup!" Salah satu telapak tangan wanita itu mengangkat ke depan muka Noah untuk menghentikan perkataan Noah."Ma, siapa yang datang?" tanya papi Lana yang penasaran kenapa istrinya tidak kembali ke meja makan."Pria berandalan yang sukanya memanfaatkan gadis muda dan kayak seperti putri kita."Papi Lana melihat Noah dari atas sampai bawah. "Om, saya mau menjelaskan sesuatu.""Pergi kamu dari sini. Apapun yang kamu katakan tidak akan berguna untukku. Siapa kamu? Berani sekali mendekati putriku.""Saya Noah. Memang saya bukan si