"Lula gak papa kok bu. Ayya juga tinggal di deket sini sekarang."
"Iya, ibu tahu Ayya disini. Tapi kan dia kerja, dia punya urusan sendiri. Kamu gak mungkin ngrepotin dia terus kan?""Iya sih bu, maksudku biar ibu gak terlalu khawatir. Aku sih sebenernya juga seneng banget kalau ibu disini hehe.""Senenglah! ada yang masakin. Iya kan?""Betul bu! hahaha."***"Bapak pulang dulu ya! Kalian hati - hati disini. Nanti bapak sering kesini." Paginya bapak harus kembali karena beliau harus bekerja. Sedangkan ibu tidak harus dirumah karena jualan onlinenya bisa ia pegang dari ponsel, dan lagipula ada karyawan yang bisa mengurus packing dan pengirimannya."Kamu kalau pagi sering jalan kaki La! Biar lahirannya gampang.""Iya bu, habis subuh Lula biasanya jalan keliling perumahan kok.""Bagus kalau gitu. Makannya juga dijaga lho! Kamu gak makan aneh - aneh kan kemaren - kemaren?""Enggaklah"Kamu udah dapet buku pink belom e La?" Tante Ai kembali bertanya pada Lula."Belum Te. Orang bidan disini gak ada yang buka. Kemaren ke dokter juga gak di kasih.""Kalau dokter emang biasanya gak kasih La. Itu penting lho. Kamu cepet cari deh!" Tante Ai lagi."Jadi kamu maunya gimana La? anakmu mau kamu bikinin akte atas nama kamu sendiri?" Tante Nda terlihat memastikan."Kalau kamu mau, masukin ke kk ku juga gak papa La. Ntar biar jadi adeknya Zu sama Je di kk, iya kan yah?" Tante Ai setengah berteriak melemparkan pertanyaan pada Om Sunan yang ada diteras."Iya gitu juga gak papa buk." Om Sunan yang tengah asyik menghisap rokoknya sembari duduk di teras bersama dengan Om Dul terlihat menyetujuinya begitu saja."Atau masukin kk ku juga gak papa La. Biar status kamu di ktp tetep single." Tante Nda ikut menimpali."Sebenernya dimasukin ke kk ku juga gak papa sih jadi adeknya Lula ntar anaknya." ibu ikut meng
Lula mengembalikan semua uang yang Jaka berikan padanya tanpa menyisakan sedikitpun. Lula kira, dulu Jaka ikhlas memberikannya. Namun ternyata ia merampasnya kembali, bahkan uang untuk periksa kandungannya.***Sebelumnya di kediaman orang tua Jaka."Maafkan Jaka yah." Jaka menangis dihadapan Ayahnya. Mereka berdua berada didalam kamar, karena ingin berbicara sebagai sesama pria."Sudahlah, kamu tahu dari dulu Ayah selalu melindungimu kan? Ayah juga dulu pernah melakukan kesalahan yang sama seperti kamu." Entah hanya kebetulan, atau hal itu memang keturunan. Tapi, kejadiannya benar-benar hampir sama."Sebagai seorang pria, Ayah tahu kan gimana perasaan Jaka? Aku merasa seperti tidak ada harga dirinya didepan keluarga ini dan keluarga Lina yah. Mereka selalu meremehkanku karena aku tidak memiliki kemampuan apapun." Meski dirinya seorang anggota, tapi penghasilannya tidak seberapa dibandingkan dengan anak dan menantu dari kedua anggota
Mereka melanjutkannya untuk saling bertukar cerita satu sama lain. Tak lupa ibu juga membuatkan minum dan camilan untuk mereka.Hingga tak terasa waktu sudah berlalu hingga pagi hari dan mereka masih asik berbincang."Hari ini kalian ambil cuti kan?""Iya La, kita mau temenin kamu dulu hari ini. hahaha.""Laaaaaaa! Hp mu bunyi tuh dari tadi." Ibu berteriak mendengar nada dering ponsel Lula yang tak juga Lula dengar."Ya buuuu!" Lula segera mengambil ponsel yang ia taruh di dekat tv.Setelah ia lihat notifikasi, ternyata ada beberapa panggilan masuk dan beberapa pesan. Salah satunya adalah pesan dari nomor baru yang tak dikenal."Saya driver, mau mengantarkan kue." ~driverSaat selesai membaca pesannya tiba-tiba nomor itu kembali menghubunginya. Membuat Lula segera menggulir tombol berwarna hijau itu untuk menjawab panggilannya."Hallo?""Ya, Hallo?""Mba saya mau
"Kita pamit dulu deh ya. Takut kemaleman." Mereka bertiga pamit undur diri pada Lula dan keluarganya."Makasih lho ya. Hati-hati dijalan. Kalau udah sampai kabarin!" Mereka menganggukan kepala dan tersenyum ke arah Lula beserta keluarganya yang mengantar didepan rumah. Lalu mereka melajukan kendaraannya meninggalkan rumah Lula.Setelah kepergian mereka, Lula membantu ibu membereskan semuanya. Mereka juga saling berbincang menikmati moment berkumpul yang jarang sekali terjadi."La kemaren kiriman kue itu bapak kasih ke anaknya pak Soleh.""Iya gak papa pak malah bermanfaat, seneng kan anak kecil dikasih kue?""Kelihatannya sih seneng, kebetulan pas lewat depan rumah terus bapak kasih aja.""Kue apa sih?" Tante Ai terlihat penasaran."Itu dari Jaka. Kemaren kan Lula ulang tahun te.""Heleh. Ngasih kok kue. Buat apaan coba? gak ada faedahnya." Raut wajah Tante Ai terlihat sengit."Masih b
Setelah selesai membersihkan diri, ia kembali beraktivitas seperti biasanya di rumah. Hingga waktu semakin siang dan perutnya sudah mulai merasakan mulas.Lula menunggu hingga malam hari dan rasanya masih sama. Sedangkan keluarga besarnya sudah sigap berkumpul dirumah kecil itu untuk mendampingi persalinannya nanti.Saat tengah malam, frekuensi sakitnya makin naik. Hingga kini, ia mulai merintih menahan rasa sakitnya saat perutnya kencang. Namun, ia tak segera bergegas ke klinik juga. Ia memutuskan untuk menunggu hingga pagi karena jarak sakitnya masih belum terlalu dekat.Sebenarnya ia sangat gelisah, tapi melihat seluruh keluarganya mendampinginya. Hal itu memberikan kekuatan tersendiri untuknya.Lula tetap berada di ranjangnya. Posisi apapun yang ia lakukan tetap saja tidak mengurangi rasa sakitnya. Sepanjang malam ia terjaga hingga badannya mulai lelah. Kantung matanya menghitam, rambutnya berantakan. Ditambah nafsu makannya juga hilan
Mau tak mau Lula dan keluarganya mengiyakan perkataan bidan itu. Mereka kemudian pergi menuju rumah sakit khusus bersalin yang telah ditentukan. Bidan itu juga setia mendampingi Lula hingga rumah sakit seperti janjinya. Sesampainya disana, mereka langsung disambut oleh security yang berjaga didepan beserta perawat yang bertugas."Rujukan dari klinik ya?""Iya.""Mohon maaf sebelumnya, ini yang boleh nunggu cuma 2 orang. Kalau sudah masuk gak boleh keluar lagi." Karena kondisi covid, mereka membatasi pengunjung bahkan keluarga pasien juga.Setelah beberapa saat berunding, mereka memutuskan untuk memilih Ibu dan Tante Nda yang tinggal dirumah sakit bersama Lula."Ayo silahkan langsung masuk ke ruang dokter!" Perawat segera membawa Lula keruang dokter segera setelah Ibu dan Tante Nda berjalan dibelakang Lula.Para petugas terlihat sangat sigap dan tanggap dalam menangani pasien. Tidak bertele-tele dan membuang waktu. Rup
Tepat diatas leher Lula, ada tirai yang berfungsi untuk menutupi bagian perut kebawah agar pasien tidak melihat proses operasi. Namun, Lula masih bisa melihat kepala dokter dan perawat yang sedang menyayat - nyanyat perutnya."Gak sakit kan Bu? kaya digaris pake pulpen aja?""Sa-akit." Lula merasakan sayatan pertama yang rasanya perih luar biasa."Barusan sayatan kedua gak sakit juga kan Bu?""Sa-akit Dok." Sayatan kedua terasa lebih sakit daripada sebelumnya."Gimana sayatan yang ini sakit gak?""Sa-akit ini dok." Sayatan yang ketiga ini terasa sakit luar biasa. Namun, Lula berusaha keras menahannya.Mereka masih tak menghiraukan rasa sakit yang Lula rasakan. Hingga akhirnya saat mereka berusaha mengeluarkan bayinya, terlihat 2 orang dokter yang tepat berdiri di samping kanan dan kiri Lula menekan perutnya dengan sangat kuat secara bersamaan dengan diiringi loncatan."Hmmmmmmh sa-akiiiiiiit!" Ka
Lula masih belum bisa banyak bergerak, saat ini rasa sakit bekas operasinya paling terasa karena efek obat biusnya sudah hilang total.Ibu dan Tante Nda selalu sabar merawat Lula dan bayinya. Mereka bergantian istirahat, selalu sigap saat Lula membutuhkan sesuatu. Bahkan, untuk makan saja Lula tak bisa melakukannya sendiri. Membuat Ibu dan Tante Nda harus bergantian untuk menyuapinya dengan penuh kesabaran. Mereka tak menghiraukan rasa lelah yang mereka rasakan."Kamu udah nyiapin nama buat Thole (Panggilan untuk anak laki-laki Jawa) belum La?""Udah Bu, Ibu mau nyumbang nama gak?""Iya dong, kasih nama Raden ya La!""Oke Bu, Raden Volker bagus gak Buk?""Bagus tuh La. Raden Volker aja gak papa."Raden Volker. Artinya seorang bangsawan Jawa yang melindungi rakyat.Kelahirannya sebagai putra dari seorang Ibu berdarah Jawa membuatnya cocok mendapat nama Raden. Sedangkan dibalik nama Volker yang art