Share

Sembunyi-sembunyi

“Agam?! Tega, amat ngerebut Vivi dariku! Padahal sudab kupercayakan dia padamu, kenapa malah dia kamu curi dariku! Dasar teman makan teman!”

Fadlan terlihat begitu marah. Ia berlari ke arahku dengan tangan yang telah terkepal kuat

“Lan! Lan! Ampun, Lan! Bukan maksudku—”

BUAKH!

“Alah, persetan! Pengkhianat! Mati aja!”

Aku berusaha menutupi wajahku yang kini jadi sasaran bogem mentah Fadlan. Tidak! Jangan pukul lagi! Kumohon!

“Fadlan! Fadlan maafkan aku—”

Seketika momen menegangkan itu lenyap ketika sepasang mata ini terbelalak lebar.

Deg!

“Astagfirullah. Ternyata hanya mimpi.”

Kuelus dada yang gemuruhnya masih saja terasa. Peluhku bercucuran mulai dari dahi hingga dagu. Ada rasa yang kurang enak setelah mimpi itu hadir dalam tidur.

Kehadirannya dalam mimpi apakah sebuah tanda jika kesalahanku memang fatal? Demi apa pun, sekarang aku takut. Takut jika suatu waktu hal ini bisa menghancurkan persahabatan kami.

Bangkit dari posisi rebahan. Kulirik jam ternyata sudah hampir subuh. Kali in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status