Share

4. Lagi sensi?

Ayun langkah Lulu menuruni anak tangga berselisih dengan hentakan tungkai panjang milik Zeino yang setengah tergesa menaiki tangga. Tatapan mereka bertemu. Sambil mendongakan kepala pemuda yang sedang menggenggam sebuah gawai di tangannya itu menyampaikan tanya pada pemilik rumah.

“Zee ada di mana, Lu?” tanya Zeino pada gadis yang berpapasan dengannya itu.

“Masih di kamar. Lagi mandi,” jawab Lulu sambil menolehkan leher menunjuk arah kamarnya.

“Ini, dia dicariin Bunda,” jelas Zeino sambil menunjukan telepon genggam Zee yang ada di tangannya.

“Oh, ya udah sana aja, Kak. Kali aja udah selesai.” Perkataan Lulu seperti ijin untuk Zeino meneruskan niatnya.

Keduanya lalu melanjutkan langkah masing-masing. Mereka sama-sama bergegas menuju arah yang berbeda. Zeino langsung mengetuk pintu sesampai di depan kamar Lulu.

“Iya, ini gue udah kelar!” ujar Zefanya dari dalam kamar.

Alunan suara yang dibarengi sembulan kepala dari daun pintu yang terkuak menjadi pemandangan yang terpampang di hadapan Zeino.

“Eh, Kak Zeino. Maaf kukira Lulu. Dari tadi dia minta buru-buru aja,” ujar gadis yang terlihat santai setelah berganti pakaian. Ia lalu melangkah kel luar kamar sambil menutup kembali daun pintu yang menganga.

“Kenapa?” Zee berkata sambil merapikan helain rambutnya.

“Ini tadi handphone kamu bunyi. Kayaknya bunda nyariin.” Tangan Zeino terjulur dengan sebuah telepon genggam di sana.

“Hmm kenapa ya? Tadi pas di mobil aku udah kirim pesan ke bunda, kalo pulang kerja langsung ke sini,” ujar Zee dengan nada heran.

Benda pipih itu pun berpindah tangan. Belum merubah posisi masing-masing yang masih berdiri di depan kamar Lulu, Zefanya mencoba menghubungi kembali nomor yang telah masuk ke dalam daftar missed call.

Tak membutuhkan waktu lama setelah telepon pintar itu menempel di telinga kiri Zefanya, gadis itu langsung mendengar sapaan dari sang ibunda.

“Iya Bun. Uhum. Ga usah, Bun. Ini lagi mau barbeque di rumah Lulu. Iya, nanti sama Kak Zeino. Baik, Bun. Iya, hati-hati di jalan, Bunda. Love you.”

Sambil menekan tanda telepon berwarna merah di layar untuk mematikan sambungan, Zefanya berkata,”salam dari Bunda.”

Sepasang netra hitam itu bertemu. Zeino membalas salam yang disampaikan Zefanya dengan senyum tipis.

“Bunda lagi di jalan mau pulang. Nanyain mau beliin makan malam, apa ga,” lanjut gadis itu lebih jauh.

Sambil menaruh telepon genggam ke dalam kantong celana panjang yang dikenakannya, Zefanya beranjak mengikuti langkah Zeino yang telah terlebih dahulu menuju tangga. Keduanya terlihat turun beriringan dan langsung bergabung dengan pasangan lain yang berada di samping rumah.

Zefanya mendekatkan diri pada gadis-gadis yang tengah mengerumuni cemilan dan minuman. Sepertinya malam ini para pria yang bertugas membakar, mereka terlihat sibuk di panggangan. Zeino pun turut berbagi peran dengan yang lain.

Di sela-sela tangannya yang sibuk mengipasi dan membolak-balik potongan daging yang telah ditusuk, Zeino kerap mencuri pandang ke arah para gadis yang mengelilingi meja bundar. Tak perlu dicari tahu ke mana arah lirikan sepasang netra hitam itu. Bidikan retinanya itu menangkap gerak-gerik gadisnya yang terlihat bercengkrama tanpa beban. Bahunya berguncang setiap kali terbahak disertai garis matanya yang menyipit. Tak jarang gadis itu menutup mulut dengan telapak tangan menahan tawa.

Pemuda itu menyadari akhir-akhir ini mereka sering berselisih paham. Bahkan untuk hal yang sebetulnya tidak terlalu penting. Semuanya berawal dari kesibukan Zefanya dengan pekerjaan barunya yang memiliki jadwal yang tak menentu, hal itu membuat mereka berulang kali harus mengatur ulang janji untuk bertemu.

"Kalo gini caranya bisa hangus semua nih!” celetuk Dito yang mendapati sedari tadi Zeino sedang melamun.

Menyadari bahwasannya telah tertangkap basah, Zeino kembali menundukkan pandangannya pada panggangan. Dia tak menghiraukan sindirin Dito yang disambut gelak tawa Shandy dan Jeromy.

“Ada yang lagi bercabang pikirannya,” pancing Shandy.

Liukan anyaman bambu yang menjadi alat mengipas panggangan semakin kencang. Zeino sengaja berpura-pura sibuk tak mengubris celotehan teman – temannya itu.

"Shan, elo pilih mana? Cewek yang cerdas, mandiri atau yang manja dan imut gitu?” Dito meneruskan aksi untuk menggoda Zeino.

“Ya gue tetep pilih Rayesalah, mau dipiting gue ntar berani macem-macem ma dia.”

“Ah bilang aja, cuma Rayesa yang mau jadi pacar elo!” Cibiran Dito tertuju pada Shandy yang memang tak berkutik menghadapi pacarnya yang pernah ikut karate itu.

“Iyalah, kalah gue dari temen kita yang bisa gandeng kanan kiri,” seloroh Shandy yang tentunya tertuju pada pemuda yang kepanasan, sepanas bakaran di depannya.

“Bacot elo pada ya!”

Zeino melemparkan kipas sate pada kedua temannya yang masih terpingkal. Sayangnya anyaman bambu yang diberi tangkai itu mengenai Jeromy yang sedari tadi diam tak ikut menimpali, karena Shandy dan Dito dengan sigap mengelak.

“Lah, gue ga ngapa-ngapin malah ketiban pulung, sih!” Pemuda berkaca mata itu mengusap dahi tempat mendaratnya kipas sate tadi. Sementara Zeino hanya melengos pergi tanpa minta maaf. Ia lalu mengangkat potongan daging tusuk yang telah matang ke dalam piring.

Pemuda yang terlihat masih kesal itu berjalan menjauh dari candaan ketiga laki-laki yang membuatnya jengah. Menyeret langkah, ia mendekati Zefanya yang masih asyik bersenda gurau.

“Zee, ini makan dulu! Kamu lapar, kan?”

Tawa gadis itu terhenti saat melihat uluran piring berisi sate daging yang telah diberi bumbu kecap lengkap dengan irisan cabe rawit, mentimun dan tomat serta potongan lontong. Piring itupun berpindah tangan. Namun belum sempat ia mengucapkan terima kasih pada Zeino, pemuda itu telah beranjak menjauh. Tertangkap raut kesal di wajahnya.

Rayesa dan Lampita meyenggol lengan Zefanya yang sedang mereka apit. Mereka memberi isyarat seakan bertanya apa yang sedang menimpa pemuda yang sekarang sedang duduk sendirian di kursi taman. Sama halnya dengan Lulu yang kemudian memberi kode agar Zee menyusul Zeino.

“Biar aja, mau sebat kali.” Zefanya terlihat cuek mengira Zeino sedang ingin merokok.

“Ih, ga peka banget sih. Ayo sana! Ngapain kek. Makan berdua gitu. Gemes deh liat kalian!” Lulu memaksa temannya yang menurutnya tidak bisa membaca situasi itu.

Sikut-sikutan terjadi. Zefanya yang sudah biasa melihat Zeino dalam keadaan seperti itu tak terlalu ambil pusing dengan sikap pacarnya itu. Tapi karena ketiga temannya tak henti mendorongnya, akhirnya gadis itu pun beranjak. Dia mengikuti saran Lulu dengan membawa serta piring makan malamnya yang telah disiapkan Zeino beserta dua kaleng soft drink.

Kepulan asap rokok menyambut kedatangan Zefanya. Gadis itu menarik kursi yang tersusun berhadapan setelah tangannya bebas dari barang bawaan. Seiring hempasan tubuhnya di kursi kayu itu, Zeino menyudahi kegiatannya membakar lintingan tembakau yang baru saja dihisapnya beberapa kali. Lalu ia mengibas - ngibaskan tangan agar asap yang masih tersisa tak mendekati wajah gadis yang telah duduk di hadapannya.

“Kak Zeino makan ya, ini kebanyakan. Tadi aku nyemil pizza juga.”

Zeino memilih untuk meneguk isi kaleng soft drink sebelum mengambil garpu. Sedangkan Zefanya telah mengambil satu tusuk daging untuk mencicipi menu makan malamnya itu.

Dari kejauhan ketiga pasang muda-mudi lainnya melihat pasangan berinisial nama sama itu makan perlahan dalam sunyi. Lulu yang penasaran atas perubahan sikap Zeino berhasil mengorek kejadian di area panggangan beberapa saat yang lalu.

“Nyari gara-gara deh. Udah tau mereka lagi kurang akur, ini malah ngomporin,” protes Lulu setelah mendengar cerita Dito.

“Tau nih, kalo sampai Zee dengar trus salah sangka gimana?” Rayesa ikut menimpali.

“Zee udah tau kayaknya. Mereka pernah kegep lagi di kafe berdua. Tapi Zee biasa aja. Ga marah ga cemburu tuh.” Shandy membela Dito.

“Lagi pada ngomongin siapa, sih?” Dengan lugunya Lampita bertanya.

Lulu lalu membisikan sesuatu di telinga Lampita. Gadis itu terlihat mengangguk pelan sambil membulatkan bibirnya.

“Oh, anak maba yang keganjenan itu?”

Ssstt!!

Lulu dan Rayesa serentak meletakan telunjuk di bibir mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
taripoe
Selalu menampilkan sesuatu yg beda.. Like like like like like like kak ay
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status