"Oh iya, Lin, yang jalanin perusahaan ayah kamu siapa jadinya, Tante Maya gitu?" "Iya, nanti kalau aku udah lulus sekolah, aku kuliah sama belajar mengelola perusahaan konveksi papi aku." "Aku itu ya jadi karyawan, aku yakin kalau aku nggak bisa kuliah," ucap Rossa yang tau diri dengan keadaan keluarganya yang pas- pasan. Sementara Alina dan Aldo merupakan anak orang kaya yang berkecukupan."Iya, tenang aja.""Wah... makasih Ya Allah, Rossa dikasih sahabat tajir macam Alina dan Aldo."Rossa memeluk sang sahabat seketika. "Mbok Nah juga makasih, Non Rossa." Wanita paruh baya itu mengusap kepala Rossa."Kok, makasih sama aku? Memangnya kenapa, Mbok?" Rossa dan Alina menoleh pada Mbok Nah. "Non itu sahabat yang baik buat Non Alina. Dari kecil Non Alina nggak pernah punya temen, tetapi sejak ketemu Non dari SMP, Non Alina lebih ceria dan akhirnya bisa punya sahabat macam Non." "Ah, Mbok bisa aja. Aku jadi terharu." "Makasih ya, Sa, kamu udah jadi sahabat yang baik buat aku." Alina
Saat Rossa mengikuti Indra masuk ke rumah bergaya lawas itu, ia tak sengaja menabrak seorang pemuda yang postur tubuhnya lebih tinggi dari Indra.Wajah tampan dengan lesung pipi itu terlihat dingin dan jutek. Pemuda itu menyibakkan rambutnya yang terbelah ke atas."Kamu kok di rumah?" tanya Indra menunjuk pemuda itu."Iya, memangnya nggak boleh gue di rumah?"Pemuda itu menjawab dengan ketus. Tubuh pemuda tinggi dan bertubuh tegap yang memiliki kulit sawo matang dengan gaya rambut berponi ala idol korea itu membuat Rossa terpana."Biasa aja dong, nggak usah nyolot gitu!" sahut Indra.Pemuda itu berlalu sampai tak sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Rossa."Duh, sakit tau! Biasa aja dong!" seru Rossa.Pemuda itu tak mengacuhkan seruan Rossa, ia bahkan tak menoleh dan keluar gerbang rumah begitu saja."Eh, kamu udah pulang, Ndra?"Seorang wanita paruh baya menggunakan hijab warna putih itu menegur Indra."Assalamualaikum, Ma, aku belum pulang. Aku mau ambil buku sama laptop ketinggalan,
Malam hari di rumah Alina.“Mbok Nah, masak apa?” Alina membuka tirai dapur itu sedikit, lalu melongokkan kepala. Mbok Nah ternyata sedang memasak seraya bersenandung."Mbok, masak apa?" Alina menepuk bahu wanita itu.“Eh, Non ngagetin aja! Mbok masak opor ayam,” jawabnya dengan suara yang serak kering.“Oh ya sudah kalau begitu, Mbok. Saya mau mandi dulu ya, nanti kalau Rossa datang suruh ke kamar aja,” kata Alina sambil tersenyum."Oke, Non."Alina pergi ke kamar mandi. Air yang mengucur dari keran di kamar mandinya terasa sangat dingin. Ia merasa tubuhnya seketika menggigil. Saat sedang mandi, tiba-tiba ada seseorang memanggilnya. Alina kenal kalau itu suara Mbok Nah. “Non, ini handuknya,” kata Mbok Nah dengan suaranya yang masih terdengar serak dan kering. “Oh iya, Mbok. Aku sampai lupa bawa handuk, makasih ya, Mbok,” timpal Alina dari dalam kamar mandi. Namun, ia melihat handuk miliknya sudah ada di kamar mandi."Mbok, aku udah bawa handuk," ucap Alina."Sudah pakai handuk ini
Keesokan hari di sekolah Alina. Gadis itu bersama Rossa, Aldo dan Mia menjadi perwakilan kelas 12 untuk mengikuti karya wisata untuk lomba kesenian dan cerdas cermat antar sekolah tingkat nasional. Bersama enam adik kelas lainnya, sepuluh anak itu akan dikirim ke Kota Batik."Minta izin sama orang tua kalian, dua hari dari sekarang yaitu hari Kamis. Nanti, kalian akan pergi menggunakan mobil yang difasilitasi sekolah. Hotel juga sudah disiapkan selama tiga hari selama kalian berada di sana. Hanya saja biaya makan dan jajan kalian tidak ada yang fasilitasi. Jadi,, tolong sediakan sendiri, ya," ucap Kepala Sekolah."Baik, Pak."Sepuluh murid perwakilan sekolah itu mengangguk mengiyakan, setelahnya mereka pamit pergi dari ruang kepala sekolah."Hidupku indah akhir-akhir ini, sudah menginap di rumah Alina, ditambah lagi pergi jalan-jalan ke Kota Batik. Dan paling penting, gratis lagi!" ucap Rossa saat berada di kantin bersama Alina dan Aldo."Kita bukan jalan-jalan, Sob! Kita mau belajar
Rossa tak henti-hentinya bersyukur karena fasilitas semua gratis dari sekolah. Ibu Murni sudah membicarakan sebelumnya untuk tetap bersyukur jika mendapat penginapan yang murah."Wah, yang penting jalan-jalan, Bu. Mau nginep yang gimana pun, nggak masalah," sahut Rossa penuh semangat.Selama di perjalanan, Ibu Murni dan Pak Bagus juga memaparkan mengenai sejarah dan tempat wisata yang ada di Kota Batik. Siapa tau saat lomba cerdas cermat nanti ada pertanyaan yang bersangkutan dengan itu.Setelah menempuh delapan jam perjalanan dan berhenti di tiga kali rest area, rombongan SMA Angkasa sampai jumpa di sebuah hotel yang disediakan oleh sekolah. Hotel berlantai lima dengan bentuk gedung seperti zaman Belanda itu terpampang di hadapan.Ada dua mobil dari sekolah lain juga sampai di hotel tersebut. Menurut penuturan Ibu Murni, ada dua puluh sekolah berprestasi dari tingkat nasional yang berpartisipasi dalam karya wisata tersebut.Rossa, Mia dan Alina berada di satu kamar yang sama dengan t
Pagi menjelang semua peserta karya wisata telah bersiap di meja makan hotel untuk menikmati santap pagi mereka."Hari ini kita akan mengunjungi pusat pembuatan kain batik yang ada di sini ya," ucap Ibu Murni."Baik, Bu.""Siapkan buku catatan kalian, karena nanti saya akan minta makalah mengenai kegiatan hari ini."Wanita itu membetulkan kaca mata miliknya."Baik, Bu."Rombongan SMA Angkasa itu akhirnya tiba di sebuah museum batik. Sebagai salah satu kota yang terkenal dengan sentra batiknya, Kota Batik memiliki salah satu museum yang terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.Museum yang memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi ini menyimpan banyak koleksi batik tua hingga modern yang berasal dari beberapa daerah di nusantara. Tidak hanya kain batik khas Indonesia, museum tersebut menyimpan beberapa kain jenis batik dari mancanegara. Tidak hanya memamerkan koleksi batiknya, di museum tersebut juga menjadi pusat pelatihan membatik dan pusat pembelajaran tenta
"Enggak tadi aku hanya....""Lihat hantu, ya?" Rossa langsung menerka arah pembicaraan sahabatnya itu."Bukan itu, sudah nggak usah dipikirkan. Catatan kamu sudah sampai mana, sini aku lihat," pinta Alina.Kegiatan membatik itupun berlangsung dengan tertib."Setelah kegiatan di sini, kalian langsung berkumpul di warung makan depan, ya, kita makan siang di sana," ucap Ibu Murni."Baik, Bu." Rombongan tersebut pergi ke warung makan dengan jenis makanan tradisional khas Kota Batik. Mereka menyantap Soto Tauto yang merupakan kuliner khas Kota Batik yang banyak digemari masyarakat sekitar maupun turis lokal dan asing yang datang berkunjung.Rasa soto tersebut unik, yaitu rasa manis yang dipadukan pedas sehingga memberikan sensasi segar. Soto ini hampir sama dengan soto pada umumnya, yang membedakan adalah soto ini dicampuri tauco.Soto ini diolah dengan menggunakan bumbu tauco sebagai resep. Satu porsi soto tauto pada umumnya berisi daging, tambahan telur rebus, emping, kemudian pada bagi
Terlalu banyak hal yang tak bisa dimengerti didunia, bahkan sampai saat kematian pun tak akan ada yang bisa sangat mengerti tentang dunia.Alina masih memikirkan kematian wanita di sumur belakang museum batik tadi. Apa kematian wanita itu karena sosok misterius yang suka datang tiba-tiba mengganggunya? Akan tetapi, ia tak temukan sosok tersebut kala itu. Ia merasa berhalusinasi saat berada toilet dengan korban tadi. "Eh, jangan bengong! Udah sampai tuh!" Rossa menyentak Alina dengan menepuk paha gadis yang duduk di sampingnya itu.Para rombongan sudah sampai di sebuah bazar yang menjajakan aneka jajanan pasar dan juga aksesoris oleh-oleh khas Kota Batik."Lin, beli kue itu, yuk!" ajak Rossa menunjuk ke arah penjual Kue lumpang.Kue Lumpang adalah salah satu jajanan kue basah yang banyak diminati oleh para wisatawan. Bentuk kue lumpang ini seperti mangkok berwarna cokelat dan memiliki rasa gurih. Bahan utama pembuatan kue ini adalah santan yang ditaburi daun bawang di atasnya. Harga