Share

Aku Setelah Kau Ceraikan
Aku Setelah Kau Ceraikan
Penulis: Sang_Dewi

Bab.1. Mahligai Rumah Tangga

"Kerjaan aja yang kau pikirkan! Kapan kau akan memberiku seorang cucu!"

Ucapan itu sangat singkat tapi terdengar sangat menyakitkan untuk Nadhira, wanita mana yang tidak mengidamkan seorang momongan, pasangan suami istri itu tentu sudah berusaha berbagai cara, hanya saja Allah memang belum berkehendak.

"Mamah ini ngomong apa sih, bisa nggak usah bahas masalah itu lagi Mah, aku bosan mendengarnya!"

Terpaksa Fahri bicara cukup keras agar bu Sita tak membahas soal itu lagi tetapi wanita tua itu memang sengaja menggunakan alasan itu untuk menghina menantunya.

"Fahri kau ingat! Sudah dua tahun kalian menikah tapi lihat! Istrimu belum juga hamil, mau sampai kapan!"

Sesak hati Nadhira mendengar hinaan dari Ibu mertuanya, sebagai istri memang dia tidak sempurna tetapi bukan berarti dia mau apa yang saat ini terjadi padanya. Sebagai sesama perempuan mengapa bu Sita begitu teganya bicara seperti itu pada Nadhira. Dia hanya bisa menunduk dengan mata yang mulai berkaca-kaca, tak berani untuk membalas hinaan yang sungguh menyakitkan.

"Em permisi, hari ini aku sangat lelah, aku izin untuk istirahat di kamar."

Secepat mungkin dia pergi dari hadapan suami dan mertuanya tetapi di tengah perjalanan, bu Sita kembali bersuara yang membuat Nadhira sesaat menghentikan langkahnya.

"Hati-hati Fahri, biasanya kalau istri suka bekerja, dia akan macam-macam di luar sana!"

Duar!

Suara itu sengaja dia katakan dengan cukup kencang agar Nadhira mendengarnya dan memang sukses dia dengar, Nadhira memejamkan matanya sambil menarik nafas panjang, beristighfar dalam hati sebelum meneruskan langkahnya kembali. 

Baru saja dia menceritakan kabar baik pada suaminya bahwa dia di terima kerja di sebuah Rumah sakit sebagai Dokter specialis kandungan yang selama ini menjadi cita-citanya dan mendapat respon baik dari suaminya namun, sang mertua justru mengubah mood nya menjadi tak karuan.

Brak!.

Pintu dia tutup dengan cukup keras hingga menimbulkan suara yang menggema. Di balik pintu, wanita berhijab itu duduk di lantai sambil memeluk kakinya sangat erat seolah sedang menguatkan diri, tangisnya mulai pecah saat ucapan mertuanya terus terngiang di telinganya.

"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan! Aku tidak berdaya, siapa yang tidak ingin punya anak, apa lagi aku dan Mas Fahri sudah lama menikah!"

Tangis di dalam hati mengiringi butir bening yang mulai jatuh membasahi pipi mulusnya, sesekali Nadhira menggigit bibir bawahnya agar suara tangisan itu tidak pecah dan kemungkinan di dengar oleh suaminya yang hanya akan menambah beban pikiran Fahri.

Tok! Tok! Tok!

"Sayang buka pintunya! Kau sedang apa di dalam?"

"Aku tidak apa-apa Mas, aku baik-baik saja!" balas Nadhira dari dalam kamar tapi tak jua kunjung membuka pintu itu.

Merasa istrinya tidak baik-baik saja, Fahri pun mencoba mendorong pintu itu sedikit demi sedikit. Nadhira secepatnya berdiri sambil menyeka air matanya dan berusaha bersikap senormal mungkin sebelum pintu itu terbuka oleh suaminya.

Rasa perih itu dia telan dalam-dalam berharap Allah yang mendengarkan doanya dan segera memberinya seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaannya.

"Eh, Mas maaf, aku tadi ... Em, itu tadi ... !" gumamnya terbata-bata, dia bingung kata apa yang harus dia ucapkan pada suaminya yang kini di hadapan sedang memandangnya dengan sendu. Nadhira tak berani mendongakkan wajahnya, dia hanya menunduk dengan mata sembab, sebelum Fahri mendongakkan wajah lewat dagunya.

"Kamu nggak usah dengerin apa kata Mamah, yang terpenting sekarang itu kita, bukan siapa-siapa dan bukan Mamah!"

Ucapan lembut itu spontan membuat air matanya luluh lantak kembali, sekuat apapun Nadhira menghapus tetap saja turun tak terbendung.

Hatinya sakit bak tersayat kembali membayangkan bagaimana sabarnya si suami terhadap dirinya yang sampai sekarang ini belum bisa membuat dia bahagia.

"Aku hanya takut kamu berpaling dariku Mas! Maafkan aku yang tak sempurna ini, Mamah memang benar, aku istri yang tidak berguna, pantas jika Mamah marah terhadapku Mas!" ucapnya dengan nafas tersengal-sengal.

"Sssttt, sudah! Kamu tak boleh ngomong seperti itu."

Di Raihlah tubuh mungil itu ke dalam pelukannya sambil mencium pucuk kepala wanita yang sangat dia cinta. Selama ini dia tidak tertarik dengan wanita mana pun di luaran sana walau beberapa banyak yang menggoda bahkan sempat ada yang menawarkan diri untuk jadi istri ke dua.

"Itu tidak akan terjadi, Mas hanya mencintaimu dan sampai kapan cuma kamu yang ada di hati Mas!"

"Sudah lebih baik kamu mandi, Mas punya kejutan special untuk kamu."

"Kejutan? Kejutan apa Mas?"

Tangisnya mulai mereda, Nadhira sudah bisa bicara dengan hati lega, dia berusaha percaya pada suaminya itu yang selama ini mencintainya dengan tulus.

"Hem, kalau aku katakan namanya bukan kejutan dong! Sudah sana mandi! Aku tunggu di bawah."

Tak lupa kecupan berikutnya Fahri berikan kembali selembut mungkin di kening Nadhira, wanita itu memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, sementara Fahri lebih memilih menunggunya di luar rumah sambil melihat bintang-bintang yang mulai terlihat di keheningan malam, menengadah ke atas sambil menerawang entah apa yang dia bayangkan.

Tak lama setelah itu...

"Mas, aku sudah siap."

Betapa terpesonanya Fahri saat membalikkan badan dan melihat istrinya yang begitu cantik memakai busana panjang berwarna putih motif bunga lengkap dengan outer panjang menjuntai ke bawah. Ujung hijab yang melingkar di lehernya, serta Make up natural semakin membuat dirinya terlihat sangat ayu membuat mata suami itu sulit untuk berkedip.

"Masya Allah, cantik sekali istriku malam ini! Sayang malam yang sangat special untuk ku. Sekarang kamu tutup mata ayok!"

Nadhira mengerutkan alisnya tak mengerti, mengapa Fahri menyuruhnya untuk menutup mata, pasti karena dia tak mau kalau istrinya mengetahui lebih dulu kejutan yang akan dia berikan malam ini.

"Ayok tutup mata, tunggu apa lagi!"

Tanpa ragu Nadhira pun menutup mata dengan kedua telapak tangannya, pria tampan itu sigap menuntunnya ke arah belakang rumah yang sudah dia rancang untuk memberi kejutan pada istrinya.

"Kamu mau bawa aku kemana Mas, aw!"

"Awas pelan-pelan Sayang, ups! Sebentar lagi sampai."

"Nah, kita sudah sampai. Tunggu! Jangan buka mata sebelum aku menghitung sampai tiga."

Langkah mereka berhenti, sebelum Fahri menyuruh Nadhira untuk membuka matanya, mereka berdiri sejajar sampai hitungan ke tiga Fahri mulai dari belakang.

"Dalam hitungan ke tiga, kamu boleh buka mata."

"Ayok dong Mas, aku udah nggak sabar."

"Sabar dong Sayang! Ya sudah, aku hitung sekarang. Tiga, dua, satu buka!"

Mata Nadhira terbelalak sempurna kala melihat kejutan itu. Spontan kedua tangannya menutup bibir yang membulat gara-gara terkejut dengan kejutan yang di berikan oleh Fahri, suaminya...

BERSAMBUNG.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
juan effendi
jgn baca ntar ga habis habia.....
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dokter lemot dan lemah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status