Benteng itu dikelilingi tanaman perdu dan pohon buah-buahan yang tumbuh alami. Keadaan di sekitar benteng agak gelap karena bulan tertutup awan hitam.
Pintu benteng terbuat dari kayu gelondongan, berada di bagian dalam pagar kayu gelondongan yang tersusun rapat dengan tinggi tujuh meter.
Di luar benteng tampak sepi, tidak ada penjaga atau patroli. Kamera pengintai tidak terlihat satupun. Sebuah manipulasi keamanan yang sangat sempurna, laksana danau berair tenang yang kelihatan tidak berbahaya tapi di dalamnya banyak ikan predator.
Jonan bergerak ke ujung benteng, lalu berjongkok dengan lutut sebelah menyentuh tanah. Dia kalungkan senapan submesin di leher dan segera mengeluarkan tambang karmantel dan chock dari dalam carrier.
Dia ikat chock kuat-kuat pada ujung tambang, kemudian mengambil ancang-ancang dan melemparkan tambang ke atas pagar, berhasil. Dia menarik tambang supaya chock terjepit celah kayu gelondongan, lalu menaiki benteng.
Jendral Prayoga duduk bersandar di kursi kerja sambil menerima sambungan komunikasi dari istrinya. Kalau sampai jauh malam jendral bintang tiga itu masih berada di kantor, berarti ada masalah penting yang perlu segera diselesaikan. Akhir-akhir ini banyak masalah yang melibatkan korps. Hal kecil jadi besar karena dahsyatnya pemberitaan media sosial. Maka jadi tugasnya untuk memberikan klarifikasi kalau permasalahan sudah sampai ke pemerintahan pusat. Wakilnya, jendral bintang dua, duduk sabar menunggu, di dadanya tertera nama: Sugiharto. "Aku tidak bisa pulang malam ini," kata Jendral Prayoga santai. "Jadi tidak usah Bunda tunggu. Bunda tidur saja. Masakannya simpan buat besok." Terdengar suara lembut di speaker ponsel. "Ada apa lagi sih, Dad? Hari-hari ini Daddy sering tidur di kantor." "Menjelang pensiun ini aku malah tidak bisa tenang. Besok aku menghadap wakil rakyat untuk menjelaskan beberapa perkara yang menyangkut korps." "
Peluru berdesingan dari lantai dua dan tiga kastil. Beberapa petak bunga hancur. Jonan dan Nick sesekali balas menembak karena ada perintah dari Raka untuk menghemat peluru. Alangkah tragis kalau mafia itu memenangkan pertempuran karena mereka kehabisan amunisi. Raka sendiri hanya mengincar orang yang menggunakan roket tangan atau yang sekiranya membahayakan tempat perlindungan teman-temannya. Dia lagi mencari siasat bagaimana cara menerobos masuk ke kastil. Lantai bawah adalah kesempatan mereka untuk dapat bertahan sampai bantuan datang. Semua ruangan yang terlihat di lantai bawah berisi peralatan laboratorium mutakhir. Suasana sepi. Tidak ada orang bersenjata yang berkeliaran. Mereka tentu menghindari kontak senjata di lantai itu karena mahalnya biaya kerusakan. Raka tidak mungkin melintasi pelataran yang luas itu, kecuali sudah bosan hidup. Peluang masuk lewat depan bisa dipastikan mustahil. Raka berlari melewati petak-petak bunga menuju ke bagian samping
Pertempuran di dalam kastil dengan banyak kamar dan koridor yang berkelok-kelok membuat keunggulan jumlah personil jadi kurang berarti, ama dengan perang gerilya kota dalam ruang lingkup yang lebih luas. Sebelum menentukan koridor mana yang akan dilalui, Raka terlebih dahulu menghancurkan kamera pengintai di setiap atap koridor sehingga membingungkan petugas ruang kontrol. Raka memasuki sebuah koridor sambil menggenggam pistol siap tembak. Membuka setiap pintu kamar yang dilewati, periksa sekilas, kosong, tutup lagi. Koridor itu banyak persimpangan sehingga pintu kamar letaknya tidak selalu berdekatan. Di sebuah pintu yang sedikit terbuka, Raka berhenti agak lama dan mengintip ke dalam. Dia dorong pintu dengan kaki kanan, pintu terbuka lebar. Seorang perempuan bule berdiri ketakutan di depan lemari pakaian yang terbuka. Perempuan itu habis mandi, mengenakan handuk yang agak ketinggian sehingga organ intimnya hampir tidak terlindungi. Pakaian wanita berjejer t
Luhantara mengambil senapan berburu di lemari kaca dan satu kotak peluru. Kemudian mengambil beberapa peralatan panjat tebing yang tergantung di dinding. Dia muak melihat Bernard berusaha menghubungi Mahargo lewat radio komunikasi. "Macan pulau tak bernama, contact," panggil Bernard. "Break, break." Tidak ada jawaban. Terdengar bunyi “zzzz” berisik sekali. "Macan pulau tak bernama apa monitor, ganti?" Sekali lagi terdengar bunyi “zzzz” berisik sekali. Bernard menaruh mik di tempatnya. "Mereka sudah monitor di akhirat," gerutu Luhantara kesal. "Dan kamu tidak berhenti mengganggu ketenangannya." "Sembarangan kali kau bicara," tegur Bernard. "Raka tidak tahu teman kita ada di mana dan bukan berarti sudah mati." "Lalu kau mau katakan apa lagi? Kalau mereka ingin kasih surprise ke aku, ulang tahunku sudah lewat dua jam yang lalu." Luhantara mengeluarkan ponsel satelit dari saku celana dan mengaktifkan layar. Dia buka daftar
Sambil memegang AK-12, Raka bergegas melewati koridor lantai dua. Matanya beredar ke pintu-pintu kamar yang dilewati. Waspada. Pintu bergerak sedikit, maka peluru menghantam.Raka menyandang tiga buah AK-12 hasil sitaan dari mafia yang dibunuhnya. Persiapan untuk pertempuran besar-besaran. Dia tidak menyangka bakal kedatangan musuh yang demikian banyak.Tiba di depan pintu tempat berkumpulnya sandera, Raka berhenti dan membuka pintu lebar-lebar. Dia tercengang. Di dalam ruangan bergeletakan mayat doktor.Tidak ada mayat Profesor Wilson. Dari jumlah korban yang berserakan, tersisa lima doktor yang mungkin masih hidup dan disandera bersama Profesor Wilson. Sial sekali hidup profesor tua itu.Raka terenyuh melihat pembantaian yang terjadi. Apa alasannya sehingga para ilmuwan itu layak mati? Tidak mungkin semua doktor pengkhianat. Di mata mafia kiranya nyawa manusia tidak lebih berharga dari seekor lalat.Raka memungut dua buah senjata yang tergeletak
Nick Junior telah merekayasa cerita yang membuat Kirei dan kawan-kawan terperdaya. Dia memutarbalikkan peristiwa yang terjadi. Sebenarnya Nick Alphonse yang mati terbunuh enam bulan lalu. Dia jadi korban salah target sebuah gang yang mengincar Nick Junior. Nick Junior mempelajari buku harian saudara kembarnya karena dia berniat melakukan ekspansi ke Indonesia yang memiliki pangsa pasar sangat menjanjikan. Dia tahu siapa saja orang yang dekat dengan Nick Alphonse. Dia bahkan berencana untuk menggantikan saudaranya sebagai pemain bola di klub tanah air. Nick Junior mulai mencurigai kehadiran pasukan rahasia ketika beberapa anak buahnya terbunuh dengan peluru tertentu. Selain makhluk jelek itu, ada pemburu lain yang tak kalah sadisnya. Mereka menghabisi anggota mafia satu per satu. Kecurigaan Nick Junior menemui titik terang saat mendapat informasi penting dari Aryati di rumah berasap. Dia sempat percaya kalau yang membunuh anak buahnya adalah pasukan komando. M
Kamar itu terletak di lantai empat, sangat luas dan sangat mewah, dengan interior perpaduan abad pertengahan dan abad modern, terdapat beberapa jendela besar menghadap ke hutan dan Samudera Hindia. Beberapa lukisan kuno naturalisme gotik bernilai seni tinggi terpampang di dinding, pesona dinding bertambah indah dengan lukisan besar berupa potret pemilik kamar bergaya ala Ratu Pantai Selatan, di sebelah lukisan lelaki tua menunggang kuda bertopi cowboy. Perabotan yang sangat berkelas dan antik tertata rapi dan menarik. Kamar mandi berdinding kaca bening dengan bathtub dan shower beratap serta bertirai tipis keemasan. Meja rias berlapiskan emas dengan model unik. Televisi layar datar berukuran besar berpadu serasi di dinding. Di setiap sudut kamar terdapat guci sebagai pot bunga matahari dan bakung emas yang tumbuh tinggi, tampak alami dan segar. Tempat tidur berukuran big dan berlapiskan emas terletak di tengah kamar. Di kasur yang sangat empuk tergolek tubuh
Kirei benar-benar dongkol. Rencananya dia dan Maysha tidur satu kamar. Mereka memilih kamar ujung yang view-nya bagus. Jonan masuk lebih dulu untuk memastikan kamar itu aman. Padahal buat apa diperiksa? Orang-orangnya sudah ditangkap. Ketika Kirei menyusul masuk, tiba-tiba Maysha mengunci pintu dari luar. Tentu saja Kirei gelagapan. Percuma teriak-teriak, Maysha mendadak tuli. Lagi pula kamar itu kedap suara. Akhirnya Jonan kena tumpahan kejengkelan Kirei. "Kamu lagi pakai periksa kamar segala. Cari pembalut bekas?" "Orang-orangnya sudah tidak ada bukan berarti tidak ada ancaman," sahut Jonan santai. "Makanya jadi orang jangan suka iseng." "Kalau Ara memang ingin satu kamar sama Raka," dalih Kirei. Jonan mendengus sinis. "Terus menurutmu aku ingin satu kamar sama kamu? Malahan aku curiga ini settingan biar kamu bisa satu kamar sama aku." "Pede banget sih kamu?"