Beautiful Hurt

Beautiful Hurt

By:  Suzy Wiryanty  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings
24Chapters
13.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Marilyn, si upik abu dalam keluarga, bingung saat menjadi tertuduh sebagai seorang pelakor dalam hubungan sang kakak dengan pacarnya. Padahal ia hanya dijebak oleh sebuah SMS. Ia menjadi orang yang bersalah dalam keadaan yang salah juga. Sementara itu Christian--pacar sang kakak, malah menuduh Marilyn sebagai satu-satunya pemain tunggal dalam skenario ini. Christian mengira Marilyn ingin hidup enak dengan menghalalkan segala cara. Christian yang dendam karena nama baiknya telah tercemar, berencana akan membalas dendam pada Marilyn yang sebenarnya tidak tahu apa-apa. "Pasti kamu sengaja menciptakan kekacauan seperti ini, agar bisa hidup enak dengan menjadi istri orang kaya bukan, setan kecil? Baiklah, saya akan menikahimu. Namun jangan senang dulu. Karena saya akan menjadi mimpi burukmu, karena kamu sudah berani bermain-main denganku." - Christian Diwangkara. "Saya diam, bukan karena saya bersalah. Saya hanya memilih berhenti menjelaskan karena saya menyadari, kalau kalian semua hanya menginginkan kebenaran versi kalian sendiri." - Marilyn Wijaya.

View More
Beautiful Hurt Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Salsa Azlaz
ada sedih lucu haru... best lah pokoknya tidak betele tele
2023-03-17 07:46:22
0
user avatar
Leonyta Capriani Sinaga
sedihhhh. ceritanya selalu bgs
2022-03-15 08:59:22
0
user avatar
Silvia Roza
sedihh... bagus ceritanya...
2022-03-02 19:02:57
1
user avatar
Silvia Roza
hhmmmm.. bagus tapi belum sampe habis. koin nya kumpulin dulu .
2022-02-22 21:53:06
0
user avatar
Kesi Ningsih
ceritanya bagus beut!
2022-02-06 05:02:54
0
default avatar
sekarmayanggani
bengek hidungku baca ceritanya.....hiks.....
2021-12-26 04:09:29
0
user avatar
RF Riani
Selalu yah author ............... Setelah kisah sang anak mari ke kisah ortunya ...............
2021-12-17 09:54:18
0
24 Chapters
Chapter 1
 Namaku Marilyn. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara, yang kesemuanya adalah perempuan. Madeline adalah kakak sulungku. Orang-orang menjulukinya Miss Perfect. Karena menurut orang-orang, kakakku itu sempurna dan maha segala. Maddie, begitu biasanya kakakku disapa, sangat cerdas, teliti dan cekatan dalam segala hal. Ditambah dengan kecantikannya yang bersinar terang bagai cahaya mercusuar, tidak ada satu laki-laki pun yang sanggup menolak pesonanya. Dalam keluarga kami, Maddie adalah seorang ratu. Segala titahnya adalah mutlak dan wajib untuk dilaksanakan.  Maureen adalah adik bungsuku. Kami sekeluarga sepakat menjulukinya Miss Glow In The Dark. Reen, biasanya adikku ini disapa, memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan IQ yang nyaris mendekati sempurna, Reen menonjol di antara gadis-gadis lainnya. Jika para wanita kebanyakan menonjol karena kecantikan ataupun keseksian mereka, Reen berbeda. Adikku ini mempesona dengan kecerdasan dan
Read more
Chapter 2
14 tahun kemudian. "Lyn, coba kamu ambilkan sepatu kakak yang berwarna putih dan blazer hitam yang kamu setrika kemarin. Cepat sedikit ya, Lyn? Chris sebentar lagi akan sampai." Teriakan Maddie sukses memutus lamunan masa kecilku. Saat ini, kakakku tengah sarapan di dapur. Sebentar lagi pacarnya akan menjemput. Makanya Maddie sarapan dengan terburu-buru. Christian Diwangkara, pacar Maddie, memang paling anti jika disuruh menunggu. "Iya, Kak. Sebentar Lyn cari dulu." Aku segera berlari ke lantai atas. Kamar Maddie memang terletak di lantai dua. Aku segera menyambar blazer hitam dari lemari, dan meraih sepatu dari rak. Aku meletakkan blazer di tempat tidur agar mudah terlihat, dan sepatu di samping pintu kamar, agar mudah terlihat. Aku menyelesaikan titah Maddie secepat mungkin, sebelum ia mengomeliku panjang pendek. Setelahnya aku kembali berlari ke dapur. Aku masih harus mencuci peralatan dapur yang kotor. Tin...
Read more
Chapter 3
 Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB tepat, saat aku menghempaskan pinggul di kursi kerjaku. Napasku masih tersengal-sengal dengan bulir-bulir keringat yang masih menempel di dahi. Tidak heran, karena pagi-pagi aku sudah melakukan lari sprint pagi. Aku nyaris saja terlambat. Untuk itu aku berlari kencang saat abang gojek tiba di kantor.  Baru saja bermaksud duduk dan beristirahat, telingaku mendengar suara ribut-ribut di counter sales depan. Sepertinya akan keributan di sana. Aku mempercepat langkah. Ingin mengetahui masalah apa yang sudah melanda pagi-pagi begini.  "Kan sudah bilang berkali-kali, jangan kalian menagih cicilan motor ini ke rumahku. Biar saya saja yang menyetor cicilan ke sini. Kau ini mengerti tidak Bahasa Indonesia hah?"  Kulihat ada seorang bapak-bapak paruh baya yang mengamuk di counter pembayaran kendaraan bermotor. Aku segera menghampiri kerumunan itu. Kulihat mata Mbak Tan
Read more
Chapter 4
Pukul tujuh lewat lima belas menit. Aku mendengar bell rumah berbunyi. Serentak aku melihat ibu berikut Maddie dan Reen berjalan menuju ke ruang tamu. Sepertinya tamu yang merek tunggu-tunggu telah datang. Sembari mencuci peralatan masak, aku melirik Maddie yang tampil sangat cantik dan canggih. Ya, canggih adalah kata yg tepat buat gaya berpakaiannya. Semua didirinya seolah-olah meneriakkan kata mahal. Sementara Reen yang membuntuti Maddie, terlihat manis dan cerdas dibalik kacamata minusnya. Aura kakak dan adikku memang luar biasa. Mereka canggih dan berkelas. Berbeda denganku yang menurut mereka menang tampang hibah dari sononya saja.  Setelah memandangi kakak dan adikku yang rapi, aku memandang diriku sendiri. Aku meninggalkan cucian dan memeriksa tampilanku di wastafel. Aku meringis melihat penampakan rambut acak-acakan dan wajah berminyakku. Aku masih memakai daster batik adem dan rambut di cepol yang sebagian
Read more
Chapter 5
 "Di mana kamu Lyn?" Aku mendengar suara ibu memanggilku, diiringi dengan suara langkah-langkah kakinya yang berderap menuju ke arah dapur. Aku mendorong tubuh Albert, dan berlari ke dapur. Dengan cepat aku memposisikan tubuh di bak cuci piring dengan wajah yang berubah-ubah antara memerah dan memucat. Aku ingin memberi kesan pada ibu, kalau aku masih mencuci piring. Jantung ku masih berdebar-debar hebat mengingat apa yang telah di lakukan Albert di pintu belakang rumahku. Laki-laki itu telah mencuri ciuman pertamaku! "Lyn di sini, Bu. Sedang... sedang mencuci pi—pi piring," jawabku tergagap. Dari sudut mata sekilas aku melihat Albert telah masuk ke toilet belakang. "Ya, sudah. Kamu beres-beres saja di belakang. Tidak usah hilir mudik ke sana ke mari seperti setrikaan. Lagi pula kamu juga belum mandi dan berantakan sekali. Bikin malu Ibu saja." Ibu mengomeliku
Read more
Chapter 6
Tettt... tettt... tett... Bunyi bell terdengar tepat pada saat aku akan memakai sepatu. Hari ini Mbak Tania akan mengajakku ke pembukaan cafe milik temannya. Di kantor cuma Mbak Tania ininlah orang yang benar-bebar tulus ingin berteman denganku. Yang lain-lain cuma baik kalau ada maunya saja. Selebihnya mereka malah lebih suka menggosipkan hal yang tidak-tidak di belakangku. Ceklek! Onde mande, bukan Mbak Tania rupanya. Tetapi Chris, pacar Maddie. Aku menepuk dahiku sendiri, Aku lupa kalau malam ini Maddie akan diundang dinner di rumah calon mertuanya. "Kenapa kamu memukul-mukul dahimu sendiri? Kamu terpesona melihat ketampanan luar biasa saya?" ucap Chris datar. Aku mengerutkan kening. Bagaimana bisa seseorang bermaksud bercanda, tetapi dengan air muka yang datar seperti itu. Tidak sinkron sama sekali. Lagi pula Chris ini biasanya sangat irit dalam berbicara. Rasanya aneh saja melihatnya tiba-tiba m
Read more
Chapter 7
Suasana diruang tamu ini terasa begitu panas. Aku yang baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu bersama Chris, sudah disambut oleh caci maki oleh Maddie. Kakakku itu terus saja menangis histeris, sambil menunjuk-nunjuk wajahku. Memaki-makiku dan Chris tanpa jeda. Aku kebingungan karena menjadi tertuduh, padahal aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Sementara Chris, ia hanya diam seribu bahasa dengan bibir membantuk satu garis lurus. Wajah datarnya tidak menunjukkan reaksi apapun. Wajahnya sedatar tembok. Aku melirik ke arah ibuku. Wajah ibu sudah berubah menjadi ungu saking marahnya. Sedangkan kedua orang tua Chris duduk diam, dan masih tampak shock melihat situasi ini. Dan inilah yang paling aku takutkan. Wajah ayah yang nampak begitu kecewa. Aku tidak takut dimusuhi seluruh dunia, asal jangan ayah! Karena dihidupku hanya ayahlah yang aku punya. Kata Ayah juga ikut membenciku, itu artinya aku tidak diinginkan oleh siapa-siapa lagi bukan? Chr
Read more
Chapter 8
 "Lepas- hemmptt! Aku merasa bibir Chris mulai melahap bibirku ganas. Mengulumnya dan memagutnya dengan buas. Aku terengah-engah ketakutan. Sepertinya Chris sedang frustasi dan ingin melampiaskannya kepadaku. "Buka mulutmu, sayang. Biar saya berikan apa yang sebenarnya sangat kamu inginkan." Aku tergagap. Ini bukan, Chris. Kemarahan sepertinya telah menumpulkan akal sehatnya. Ketika Chris kembali mencoba untuk membuka mulutku, aku bertahan. Aku berusaha menutup mulutnya rapat-rapat di antara air mata ketakutan yang terus berderaian. Tiba-tiba aku merasakan tangannya masuk ke dalam kaos tank topku dan merenggut pakaian dalamku dengan sekali sentak. Karena terkejut aku langsung berteriak. Dan saat itulah Chris memasukkan lidahnya dan membelit lidahku. Aku menangis ketakutan. Namun aku tidak bisa mengeluarkan suara. Chris menutup bibirku dengan bibirnya sendiri. Aku makin ketakutan. Sekujur
Read more
Chapter 9
 Tiba-tiba aku merasakan tubuhku didekap erat dalam dada bidangnya. Samar-samar aku mencium campuran antara aroma tembakau dan parfum yang bersumber dari tubuh kekarnya. Aku mendorong dadanya. Namun Albert tetap mempertahankan dekapannya. Suara langkah-langkah kaki yang terdengar menuju dapur, membuatkan makin kuat mendorong. Albert melepaskanku begitu saja. Aku pun dengan segera melanjutkan kegiatan mencuci piring-piring kotor. Rasanya degup jantungku masih belum berdetak normal. Wajahku juga masih terasa begitu panas. "Ngapain kamu berada di sini, Al?" Ternyata Maddie yang datang. Maddie menjungkitkan alisnya yang rapi ke atas, begitu melihat Albert berduaan denganku di bak cuci piring ini. "Kenapa? Masalah buat kamu?" Albert malah balik bertanya sambil memainkan gelas minumnya. Tampak sekali kalau ia malas menanggapi pertanyaan Maddie alih-alih menjawabnya. "Bukan begitu, Al. Jamu dip
Read more
Chapter 10
Suara pintu yang dibanting terasa begitu menakutkan di telingaku. Tidak lama berselang aku didudukan paksa di sudut ranjang. Aku kadang bingung dengan sikap Chris ini. Kadang dingin kadang panas. Moodnya sudah seperti dispenser saja. "Jelaskan!" Aku menelan salivaku sendiri. Aku bingung mau jujur atau berbohong saja. Karena prediksiku ternyata salah besar. Aku berpikir Chris akan senang karena batal menikah denganku. Tetapi ini kulihat ia seperti orang yang kebakaran jenggot hanya karena aku mau dilamar orang. "Saya menunggu, Lyn. Mau sampai kapan kamu diam?" sentak Chris lagi. Aku berhitung satu sampai sepuluh di dalam hati. Sambil mencoba menenangkan perasaanku sendiri. "Waktu mereka sekeluarga datang ke rumah, saya bahkan sama sekali tidak memperkenalkan diri Kak. Saya cuma membantu menghidangkan makanan dan kue-kue kecil saja. Saya bahkan belum mandi dan berpenampilan seperti
Read more
DMCA.com Protection Status