Share

CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH
CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH
Penulis: Pizza

KEMBALI KE TANAH AIR

"Ladies and gentlemen, selamat datang di surabaya, silakan tetap kenakan sabuk pengaman anda sampai pesawat mendarat dengan sempurna."

Citra terus mengalirkan tatapannya ke punggung buku di pangkuannya. "Terlalu banyak kenangan kenangan yang berusaha ia hapus selama satu tahun terakhir.

Begitu keluar dari pintu kedatangan di bandara internasional Juanda,Citra Nugroho sama sekali tidak mengira akan menjumpai pria yang akan menikahinya sebentar lagi.

Citra berjalan mendekati pria tinggi yang sedang berdiri gagah tidak bergerak sedikit pun, tapi pria itu pasti sudah memberi isyarat karena salah satu dari mobil mobil itu telah berhenti di samping citra dengan pintu terbuka.

"Masuk ke mobil,citra." Suara dingin anggara menyelubungi tubuh Citra dan membuatnya bergeming. Ia merasa kaku dan tidak dapat menggerakan tubuhnya.

Ia seharusnya masuk tanpa ragu, mengikuti keinginan Anggara tanpa ragu karena itulah yang seharusnya di lakukan oleh orang normal.

Ia tidak ingin masuk ke mobil bersama Anggara.

Ia tidak ingin berbagi ruang kecil dan tertutup bersama pria itu.

"Aku mual setelah penerbangan tadi. Aku akan berjalan jalan sebentar di sekitar kota ini sebelum kembali ke hotel." Citra telah memesan kamar hotel kecil di pinggiran kota.

Napas mendesis melewati gigi gigi Anggara. "Masuk ke mobil atau aku sendiri yang akan memasukanmu. Jangan coba permalukan aku di depan umum atau kamu akan menyesalinya."

Dengan kaki yang masih goyah. Citra mengawasi pria itu mengambil tasnya. Sepanjang tahun yang lalu, citra berhasil membuat dirinya yakin bahwa pernikahannya akan menjadi hubungan bisnis yang bagus, tidak sekalipun ia menganggap bahwa ia akan menjadi seorang istri yang nyata untuk Anggara Dobson....di sentuh dan di miliki dengan cara cara yang penuh keakraban untuk bertahan dalam perjanjian ini.

Citra gugup saat anggara duduk di sampingnya. Bersiap siap mengendalikan stir mobil. Memegang kendali. Pria yang tahu apa yang dia inginkan. Dan dengan pasti tahu bagaimana ia menginginkannya, tunangannya bukanlah pria yang bisa diabaikan.

"Jadi, apa yang telah kamu pelajari di jepang?" Tanya anggara, lama setelah mereka mengaspal.

Dengan suara yang terdengar gelisah citra menjawab." Aku sekarang melukis dengan lebih baik."

"Kita berdua sudah tahu itu. Itulah alasan utamamu pergi ke jepang."

"Betul." Citra memang ingin belajar pada pelukis terkenal takashi murakami. "Maksudku, sekarang aku lebih mahir melukis seperti seorang yang profesional."

"Tuan takashi bahkan mendoongku untuk mengirimkan beberapa karyaku ke beberapa galeri." Citra bahkan memberanikan diri mengirimkan lukisannya pada Halim Gunawan, pemilik galeri di Bali yang memiliki jaringan sosial yang sangat baik.

"Kamu tidak pernah menceritakan hal itu setiap kali aku menelepon."

Citra mengangkat bahu, pikirannya melompat kembali pada percakapan percakapan singkat setiap dua kali seminggu itu.

"Aku ingin menunjukan padamu lukisan sesungguhnya. Lukisan itu seharusnya segera tiba....aku sudah mengirimkannya."

Sinar matahari berkilauan menembus rambutnya ketika anggara mengangguk. "Apa kamu akan merindukan jepang?"

"Tidak." Citra memandang keluar jendela. Mereka sedang melintasi pemandangan perkebunan sayur yang menghijau memasuki kota malang. Mereka akan segera tiba di desa brakseng, surga kecil yang mempesona di balik pegunungan Arjuna dan satu satunya tempat yang benar benar di sebutnya "Rumah".

"Aku perlu sebentar meninggalkan tempat ini, tetapi bukan selamanya. Aku kembali untuk menetap.

"Benarkah?"

Menyadari kesinisan dalam nada suara anggara, citra berpaling dari jendela.

"Pertanyaan macam apa itu? Kita akan segera menikah...kecuali jika kamu bermurah hati berubah pikiran?"

Mungkin sebenarnya anggara telah jatuh cinta pada salah seorang wanita wanita yang singgah bergantian ke tempat tidurnya. Tangan citra mengepal saat membayangkan hal itu.

"Aku siap. "Anggara memutar setir mobilnya mengikuti arah jalan yang berbelok ke kanan. "Kamulah yang aku khawatirkan."

"Aku telah berjanji dan telah kembali. Dan aku sudah siap untuk menikah."

Terpukul karena kematian ayahnya yang mendadak dan tragedi penyitaan perkebunan milik Nugroho, anin tidak memiliki pilihan kecuali menjadi istri pria yang dapat melindungi tanah milik keluarganya.

"Andi dan Rosie telah berpisah."

Benaknya tidak dapat memahami kalimat itu.

"Apa? Ku kira beberapa waktu lalu kamu mengatakan Rosie telah mengandung?"

"Gadis itu memang sedang mengandung dan pacarmu itu telah meninggalkannya dua bulan yang lalu."

Wajah citra memucat. "Andi temanku, tidak lebih." Tangan citra mengepal cukup erat untuk siap memukul.

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan?"

"Yang akan aku lakukan?" Citra terenyak memahani pertanyaan anggara yang seakan menjebaknya."

"Kita akan menikah besok. Dan aku ingin itu tidak berubah. Jika kamu ingin mengejar cintamu, sebaiknya kamu mengatakannya sekarang juga kepadaku."

Citra menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan keras.

"Bagaimana mungkin aku membuat keputusan secepat ini."

"Dengan cara yang sama seperti pada saat kamu memutuskan menikah denganku dan memintaku membiayai sekolah melukismu di jepang ."

"Kenapa kamu mengungkit ngungkit hal itu di depanku?" Kamu setuju aku meninggalkan tempat ini selama satu tahun."

Wajah anggara membeku dan sudut rahangnya terlihat mengencang. "Jawab pertanyaanku, kamu mau menikah atau tidak?"

Kenyataannya, citra tidak mempunyai pilihan lainnya. Jika mundur, ia akan kehilangan tanah perkebunan milik orang tuanya. Kenyataanya Anggara tidak pernah menginginkan tanah itu secara khusus. Satu satunya alasan baginya untuk turun tangan dalam proses penyitaan itu adalah karena citra meminta pertolongannya. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa tanah perkebunan itu milik anggara sekarang, bukan miliknya lagi.

Fakta yang tak terbantahkan yang kedua adalah citra juga berutang satu tahun di jepang pada anggara....satu tahun yang begitu di butuhkannya untuk menjadi dewasa. Dan kini memang ia telab dewasa. Meskipun mencintai andi, citra telah membuat janji pada ayahnya pada detik detik ayahnya menghembuskan napas, bahwa ia akan menepati janji itu. Keluarga nugroho akan tetap tinggal di tanah perkebunan itu. "Aku akan menikah denganmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status