Share

bab 3

Semua tidak seperti yang Pak Kades harapkan, ternyata masih ada warga yang menolak kehadiran mereka di sana.

Malah ada salah satu Rt yang menolak tegas, beliau sampai mendatangi rumah Pak Edi. Karena berpikir kalau Pak Edi turut andil membuat warga untuk menyetujuinya.

“Saya bisa jelaskan, Pak,” ucap Pak Edi.

“Mau menjelaskan apa? Sudah jelas-jelas tadi saya melihat Mang Edi setuju, bahkan warga terpaksa untuk setuju,” jawab Pak Rt dengan raut wajah tidak suka.

“Sepertinya, Bapak salah paham,” ujar Pak Edi. Dia kembali mencoba menjelaskan inti masalahnya.

Namun, Pak Rt masih tetap pada pendiriannya. Dia masih yakin bahwa Pak Edi andil besar dalam keputusan warga yang setuju dengan kegiatan KKN di sana.

Nilam yang mendengar keributan dari depan rumah, langsung menghampiri asal suara itu. Dia terkejut saat melihat Pak Rt berada di sana bersama suaminya dan terlihat sedang bersitegang.

“ada apa Ayah?” tanya Nilam seraya menghampiri keduanya.

Pak Edi menoleh saat mendengar suara istrinya, begitu juga dengan Pak Rt.

“Ini, Bu, Pak Rt. Menuduh Ayah yang menghasut warga agar setuju dengan kegiatan mahasiswa yang datang,” jawab Pak Edi.

“Saya tidak menuduh, Mang Edi jangan salah paham,” ujar Pak Rt. Dirinya tidak suka dengan ucapan yang barusan Pak Edi lontarkan.

“Lebih baik, kita bicarakan di dalam saja Pak,” pinta Nilam. Merasa tidak enak jika membicarakan hal itu di pelataran rumah.

“Tidak usah, karena saya sudah selesai bicaranya,” jawab Pak Rt.

Pak Edi yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala, dia sungguh tidak habis pikir mengapa dirinya yang disalahkan padahal warga setuju setelah mendengar penjelasan Pak Kades.

Pak Rt langsung pergi begitu saja, tanpa sengaja Inez berpapasan dengannya. Namun, saat di sapa sama sekali tidak di tanggapi olehnya. Hingga membuat Inez heran.

“Kenapa Pak Rt menyalahkan Ayah?” tanya Nilam.

“Ayah juga bingung Bu,” jawab Pak Edi. Dia merasa bingung mengapa Pak Rt bisa menuduhnya seperti itu.

Inez yang baru kembali dari warung segera menghampiri keduanya seraya berkata. “Pak Rt, kenapa aku sapa malahan cuek saja,”

“Sudah tidak usah di hiraukan Neng, lebih baik kita masuk,” ajak Nilam kepada putrinya itu.

Mereka segera melangkah masuk ke dalam rumah, karena hari sudah menjelang sore.

Keesokan paginya, Pak Rt, yang tidak suka dengan kehadiran Anak-anak muda itu. Sengaja mengumpulkan warga untuk berdemo di rumah Pak Kades.

“Apa kalian ingin Anak-anak kita terbawa oleh gaya orang kota? Saya pribadi tidak ingin hal itu terjadi,” ungkapnya.

Warga yang hadir mulai berbisik, mereka tentu saja mulai terhasut oleh Kata-kata Pak Rt. Mereka tidak ingin jika pengaruh kota mempengaruhi Anak-anak mereka serta warga di desa.

Pak Rt yang berhasil meyakinkan warga, memutuskan untuk datang ke rumah Pak Kades untuk menyuarakan penolakan. Terhadap kegiatan mahasiswa yang tadi pagi datang ke desanya.

Mereka mulai menyuarakan penolakan hingga membuat seluruh kampung menjadi ramai, sebagian warga yang tidak ikut merasa bingung saat melihat itu.

Di halaman rumah Pak Kades sudah banyak warga berkumpul, mereka mulai berteriak menolak tentang adanya kegiatan KKN di sana. Melihat suasana yang sudah sangat ramai membuat Pak Kades segera mengambil tindakan tegas.

“Ada apa ini Bapak-bapak?” tanya Pak Kades. Dirinya kaget melihat warga yang datang sambil berteriak lantang menolak kegiatan yang akan di lakukan mahasiswa di sana.

“Kami minta, Pak Kades, segera meminta mereka untuk kembali ke kota. Karena kami semua menolak kehadiran mereka disini,” seru salah seorang warga.

“Tenang, semuanya bisa kita bicarakan Baik-baik. Lebih baik kita bicara dengan kepada dingin bukan dengan emosi seperti ini,” pinta Pak Kades yang berusaha menenangkan warga.

“Tidak perlu Pak, kami hanya perlu jawaban dari Pak Kades,” ucap Pak Rt.

Suasana semakin memanas bahkan membuat Pak Kades hampir kesulitan untuk mengontrol keadaan, Tapi dia berusaha untuk meyakinkan kembali bahwa kegiatan KKN tidak akan mempengaruhi apapun sekaligus mematahkan ketakutan warga.

“Bagaimana Pak Kades bisa seyakin itu?” geram Pak Rt, “mereka baru saja datang, tapi Pak Kades sudah sangat percaya bahkan merasa sangat yakin.”

Sejak tadi Pak Kades berusaha bersikap santai menghadapi penolakan sebagian warga, tetapi saat Kata-kata itu keluar dari Pak Rt membuat dia kehilangan kesabaran.

“Maksud, Pak Rt apa?” tanya Pak Kades.

“Pak Kades tentu sudah tahu, maksud saya dan warga yang ada di sini. Kami mau kalau mereka segera pergi dari desa kita,” jawab Pak Rt dengan suara lantang.

“Apa Bapak tidak malu? Bukannya memberi contoh dan jadi panutan untuk warga, justru malah membuat kegaduhan seperti ini,” kata Pak Kades. Dia tersenyum melihat tingkah Pak Rt yang justru memprovokasi warga bukanya mengayomi, dia sudah tahu sejak awal dirinya tidak di sukai oleh Pak Rt.

Pak Rt langsung diam seribu bahasa, ucapan yang keluar dari Pak Kades mampu membuatnya tidak bisa Berkata-kata. Kini sebagian warga yang ikut menolak kegiatan KKN mulai berbisik saat mendengar ucapan yang ditunjukkan Pak Kades kepada Pak Rt.

Merasa malu membuat Pak Rt langsung pergi dari sana, bahkan dia tidak memperdulikan warga yang tadi datang bersamanya. Untuk kedua kalinya Pak Kades meyakinkan warga bahwa semuanya akan Baik-baik saja dan tidak akan ada yang berubah di sana.

Akhirnya warga yang tadinya menolak kini berbalik setuju, tidak lupa mereka meminta maaf karena telah terhasut oleh Kata-kata dari Pak Rt mengenai kegiatan KKN yang bisa membawa pengaruh bagi desa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status