Share

DC 05

Joe menghubungi Marsha , dia meminta gadis itu untuk segera menyerahkan data diri dengan alasan data karyawan perusahaan. Sebenarnya Joe tidak yakin dengan permintaan Albert, apalagi ini tidak sesuai dengan perjanjian. Tetapi sulit untuk menolak Albert, dia masih ingin hidup.

Berbeda dengan Marsha yang dibuat bingung, dia segera mengirim email dengan data diri dan file lainnya. Marsha pikir data diri atau file lainnya akan diserahkan saat dia datang untuk interview. Tetapi kali ini Joe memintanya untuk mengirim lewat email. Marsha hanya berfikir positif, mungkin dengan email mempermudah Joe untuk membuat data karyawan baru.

Marsha segera mengemasi barang-barang yang akan dia bawa untuk ke Jakarta. Tidak terlalu banyak, hanya membawa baju untuk bekerja dan juga baju santai. Serta beberapa perlengkapan lain dan juga laptop. Marsha tersenyum dan menghembuskan nafas berat. Sejak mengetahui respon orangtuanya Marsha sedikit merasakan sakit hati. Namun dia hanya bisa memendam perasaan itu.

"Oke, semoga kerjaan kali ini bisa bikin mereka tidak membenciku," Ujar Marsha berharap.

Malam menunjukkan pukul 23.15 , Marsha pun mendapatkan pesan baru dari Joe. Pada pesan itu tertulis , agar Marsha datang ke hotel saat mereka bertemu. Mereka akan berangkat ke Jakarta bersama. Marsha merebahkan tubuhnya diatas ranjang, pikirannya tertuju pada laki-laki yang dia sukai.

"Aku bakal kangen sama kamu," Ujar Marsha sembari memejamkan mata dan tertidur.

••••••••••

Hari pun sudah pagi, Marsha sudah siap dengan setelan simpel. Dia sedikit memoles make up pada wajahnya, agar tidak terlalu pucat dan kelihatan lebih segar. Ia mendorong koper keluar dari kamarnya. Terlihat sepi dalam rumahnya karena orang tuanya belum bangun, begitupun dengan Andreas.

Untuk kali ini, Marsha tidak memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Marsha kembali mendapat pesan dari Joe, dia meminta Marsha untuk segera datang ke hotel. Marsha melangkah mendekati kamar kedua orang tuanya, terlihat Margareth dan Admaja yang masih tertidur pulas.

"Ma—pa—" panggil Marsha pada mereka yang masih tidur.

"Ma—pa—bangun, Marsha mau pamit," Ujarnya kembali sembari menepuk lengan Margareth dan Admaja.

Margareth menggeliatkan tubuhnya, dia sangat terganggu karena dibangunkan.

"Ngapain kamu ganggu tidur saya!" Bentak Margareth , kesal karena dibangunkan.

"Marsha mau pamit ma, Marsha harus berangkat ke Jakarta," Ujarnya menunduk.

"Apa sih berisik sekali," Ujar Admaja yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Ya udah sana berangkat," Kata Margareth tidak perduli.

Admaja yang baru terbangun seperti tidak mendengar ucapan Marsha saat dia pamit.

"Berangkat kemana?" Tanyanya pada Marsha.

"Marsha hari ini ke Jakarta pa, Marsha ijin pamit."

Admaja mengangguk-anggukan kepalanya, dia lupa jika anak perempuannya semalam meminta ijin untuk kerja di Jakarta.

"Oh ya sudah, hati-hati dijalan," Ujarnya dan kembali merebahkan diri.

Marsha tersenyum kecut, dia kecewa dengan respon orang tuanya yang seakan tidak perduli dirinya pergi. "Ya sudah pa, ma. Marsha pergi dulu," Ujarnya kemudian keluar dari kamar orang tuanya.

Marsha berjalan keluar dari rumahnya. Dia sudah memesan Taxi online sebelumnya. Mobil pun melaju menuju hotel, Marsha pun melihat kearah jalanan. Pikirannya berkecamuk, untuk saat ini Marsha merasa ragu untuk bekerja di Jakarta.

"Kenapa aku mendadak jadi tidak yakin begini ya," Ujarnya dalam hati.

Marsha menggelengkan kepalanya untuk membuang pikiran negatifnya. Dia memantapkan lagi keputusannya. Dia yakin tidak akan terjadi apa-apa dengan dirinya.

•••••••••

Marsha telah sampai di hotel tempat Joe dan Albert menginap. Ia menghubungi Joe dan memberitahu Joe jika dirinya telah sampai di hotel. Marsha masuk kedalam lobi hotel, dia duduk pada kursi yang tersedia di lobi dan menunggu kedatangan Joe.

Marsha berkali-kali mengecek handphonenya. Dia ingin sekali mengirim pesan pada Arion , namun di jam segini dia yakin jika Arion belum bangun dari tidurnya. Karena ini masih cukup pagi untuk dia bangun.

Joe datang bersama Albert dibelakangnya. Marsha berdiri dan tersenyum pada kedua laki-laki itu. Joe membalas senyuman Marsha berbeda dengan Albert yang hanya cuek namun memberi tatapan tajam yang membuat Marsha tidak nyaman.

"Sudah siap untuk berangkat Marsha?" Tanya Joe tersenyum pada Marsha.

Marsha menganggu dan membalas senyum Joe. "Saya sudah siap pak," Ujarnya pada Joe.

"Jangan panggil saya pak, panggil saja dengan sebutan nama," Pinta Joe pada Marsha.

Marsha tersenyum kikuk, namun dia mengiyakan permintaan Joe.

Albert masih menatap gadis cantik yang sedang berbincang dengan asisten pribadinya itu. Dia salah fokus pada bibir pink milik gadis itu. Ah jika saja gadis itu adalah kekasihnya mungkin Albert akan segera mencium dan melumat bibir gadis itu.

"Mobil yang menjemput sudah siap?" Tanya Albert yang berdiri dibelakang Joe.

Joe mengecek handphonenya, "mobilnya sudah siap tuan. Mobilnya sudah menunggu didepan hotel," Ujar Joe menatap Albert.

"Jika seperti itu, ayo berangkat. Jangan membuang waktu," Kata Albert dan berjalan meninggalkan Joe serta Marsha.

Joe mengajak Marsha untuk segera menyusul Albert. Marsha pun dengan sigap menarik kopernya dan berjalan mengikuti Joe. Albert sudah masuk kedalam mobil yang disediakan untuk mengantarkannya ke bandara. Sedangkan Joe membantu Marsha memasukkan koper kedalam bagasi.

"Semua sudah kan?" Tanya Joe memastikan.

Marsha mengangguk, "sudah semua."

"Ayo masuk, jangan buat bos kita marah, " Ajak Joe dan masuk kedalam mobil.

Joe berada di kursi penumpang yang ada didepan. Sedangkan Marsha berada dibelakang disamping Albert. Sejak perjalanan , Albert sering curi pandang kearah Marsha. Hal itu pun disadari oleh Marsha sendiri. Sedikit risih namun Marsha bersikap seolah dia tidak memperhatikan Albert yang curi-curi pandang terhadapnya.

Mobil pun sampai di bandara. Marsha sempat bingung, pasalnya dia tidak memiliki paspor. Bagaimana bisa dia menaiki pesawat menuju Jakarta.

"Maaf sebelumnya , apa kita ke Jakarta menggunakan pesawat?" Tanya Marsha pada Joe dan juga Albert.

Joe mengangguk dan tersenyum. "Kamu tenang saja, saya sudah buatkan kamu paspor," Ujarnya

Marsha menghela nafas lega. Dia lega karena Joe sudah membuatkannya paspor. Tetapi dia juga bingung, bagaimana bisa Joe secepat itu membuat paspor.

Mereka memasuki pesawat yang akan take off dalam 5 menit. Marsha baru pertama kali menaiki pesawat sedikit norak. Albert yang melihat tingkah Marsha pun hanya tersenyum gemas. Sedangkan Joe menggelengkan kepalanya melihat Marsha yang masih terkagum melihat isi pesawat.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di Jakarta. Albert memilih untuk pergi ke restoran yang ada di bandara untuk mengisi perutnya. Diikuti oleh Joe dan Marsha mereka akhirnya makan untuk mengisi tenaga.

"Penerbangan selanjutnya tinggal 10 menit lagi tuan, sebaiknya kita bersiap," Ujar Joe pada Albert.

Albert mengangguk dan kembali fokus pada kopi yang dia pesan.

"Penerbangan?" Tanya Marsha Joe , pasalnya bukannya mereka sudah sampai di Jakarta mengapa ada penerbangan lagi.

"Ya, saya belum memberitahumu sebelumnya. Jadi saya akan memberitahu sekarang. Tuan Albert memintaku untuk menempatkan mu di perusahaan pusat yang ada di Amerika. Jadi kita akan terbang kesana hari ini," Kata Joe menjelaskan.

"Apa!? Tapi ini diluar kesepakatan," Ujar Marsha Panik dan tidak terima karena Albert mengubah penempatannya.

"Semua sudah saya putuskan. Mau tidak mau kamu harus menuruti ini, karena jika kamu menolak kamu akan kehilangan kesempatan untuk bekerja," Ujar Albert santai.

Marsha masih shock, tapi dia tidak mampu menjawab ucapan Albert. Namun dia juga tidak ingin pergi ke Amerika, itu terlalu jauh untuknya. Marsha menghela nafas pasrah, firasatnya tadi pagi ternyata benar.

Sedangkan Albert yang melihat Marsha panik dan pasrah, dia tersenyum misterius dan menatap tajam gadis itu.

"Selamat datang di dunia Albert tuan putri," Ujar Albert dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status