Share

DC 06

Setelah lamanya perjalanan, kini mereka tiba pada tempat tujuan. Mobil melaju membelah kota California. Lamanya perjalanan membuat ketiga orang itu memilih untuk tidur didalam mobil. 1 jam sudah mereka menempuh perjalanan menggunakan mobil. Kini mereka sampai pada tempat tinggal Albert. 

"Uh lelah sekali badanku," ujar Joe mendudukkan diri dan menyenderkan tubuhnya pada sofa. 

"Maaf, ini ada dimana?" Tanya Marsha pada Joe yang baru saja memejamkan matanya. Sedangkan Albert , pria itu sudah masuk kedalam kamarnya. 

Joe membuka matanya dan duduk dengan normal, "ini rumah tuan Albert. Ah kau pasti bingung akan tinggal dimana. Apalagi aku yakin kamu belum menukarkan uangmu menjadi dolar," ujar Joe tepat pada sasaran kegelisahan Marsha. 

Marsha menunduk, hari ini seperti hari kesialan untuknya. Belum lagi kartu teleponnya yang tidak dapat digunakan di Negara Amerika membuatnya menghela nafas lelah. Dia tidak bisa menghubungi anggota keluarganya, untuk memberi kabar jika dia telah sampai pada tempat tujuan. 

"Aku akan bicara pada tuan Albert. Mungkin dia bisa memberimu tumpangan untuk sementara, sampai kamu bisa menyewa tempat tinggal disini," ujar Joe , dan kembali lagi pria itu menyandarkan tubuhnya pada sofa. 

"A—aku tidak enak jika satu atap dengan seorang pria," ujar Marsha ragu. 

"Lalu kamu mau tinggal dimana? Aku yakin sekalipun kamu mempunyai uang sekarang pasti tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal disini. Sewa tempat disini cukup mahal," kata Joe , pria itu sama sekali tidak memikirkan bagaimana nasibnya jika satu atap dengan Albert yang selalu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. "Tenang saja, aku akan berbicara padanya setelah ini. Lebih baik kamu duduk dan istirahat kan tubuh kamu," ujarnya lagi. 

Albert keluar dari kamarnya, pria itu tampak lebih segar setelah mandi. Kini dia memakai pakaian santai dan berjalan menuju ruang tamu. Dia melihat asisten pribadinya itu rebahan di sofa dengan tangan yang dia tumpangkan diatas dahi. Selain itu, dia melihat gadis yang terlihat lelah menatap kearahnya. 

"Bersihkan tubuhmu Joe, dan pesankan makanan sebelum kamu mandi," suruh Albert pada Joe yang masih tiduran di atas sofa. 

Dengan berat hati Joe bangun dan duduk menatap Albert yang juga menatapnya, "tidak bisakah anda membiarkanku istirahat sebentar tuan Albert. Come on, I'm so tired," gerutu Joe kesal pada Albert.

"Kau membantah Joe?" Tanya Albert menatap tajam pria dihadapannya kini. 

"Baik akan saya pesankan. Jadi jangan menatap ku seolah aku santapan empuk untuk kau berikan pada harimaumu," ujar Joe mengalah dan segera membuka aplikasi untuk memesan makanan. 

"Marsha, kau mau makan apa?" Tanya Joe pada Marsha yang diam sedari tadi. 

"Eh, aku kan tidak punya uang dolar. Bagaimana bisa aku membeli makanan," ujar gadis itu bingung. 

Joe tertawa pelan, "lihatlah bos, gadismu ini takut tidak bisa membeli makanan untuk malam ini," ujarnya pada Albert. 

"Tenanglah, saya yang membelikan mu makanan. Pesan saja apa yang ingin kamu makan," ujar Albert menatap Marsha.  

Marsha menelan ludahnya kasar, dia sendiri tidak tau apa yang dia inginkan. Dia tidak tau makanan apa saja yang tersedia di California, " aku tidak tau makanan orang Amerika. Jadi aku menurut saja padamu tuan Joe," ujarnya. 

Joe terkekeh geli dengan jawaban Marsha, namun dia mengangguk dengan permintaan gadis itu,"kau sendiri ingin makan apa bos?" Tanya Joe melirik Albert yang sibuk dengan ponselnya. 

"Pizza dan cola," ujar Albert singkat. 

"Jika seperti itu, aku akan membeli pizza saja. Kamu mau kan Marsha?" Tanya Joe menatap Marsha yang tampak tidak bersemangat. 

"Terserah padamu Joe," ujar Marsha pasrah. 

••••••••••

Ketiga orang itu sibuk menikmati makanannya, mereka semua tampak lebih segar setelah mandi dengan air hangat. Marsha yang awalnya tidak semangat sama sekali , kini tampak jika gadis itu lebih segar daripada tadi yang terlihat kucel dan lesu. 

Sesekali Albert menatap gadis yang sedang memakan pizza keju itu, dia tidak mengalihkan pandangannya sejak gadis itu selesai membersihkan diri. Dengan pakaian sederhana, membuat seorang Albert semakin tertarik. 

"Ah, bos. Sepertinya kau harus memberikan tumpangan sementara untukku dan juga Marsha ," ujar Joe memecah keheningan. Marsha menatap Albert takut, dia takut jika Albert tidak memberikannya tumpangan. 

"Kamu memiliki apartemen sendiri, untuk apa kamu menumpang di rumahku," ujar Albert tidak setuju. 

"Aku terlalu lelah untuk berkendara ke apartemen ku, lebih baik aku menumpang disini sampai besok," kata Joe santai dan kembali melahap pizza yang ada ditangannya. 

"Baiklah, tapi kau tidur di sofa." 

Joe melotot, "kenapa begitu. Di rumah ini banyak kamar , mengapa aku harus tidur di sofa," ujarnya tidak terima. 

"Jika tidak mau ya sudah, silahkan kamu pulang ke apartemen mu." 

"Ini tidak adil," kesal Joe pada Albert. 

"Aku tidak perduli," ujar Albert santai pada joe, "dan kamu Marsha, kamarmu di sebelah kamarku.  Kamu bisa beristirahat setelah makan," ujarnya pada Marsha. 

Marsha menelan pizza yang ada dalam mulutnya, ucapan Albert membuat Marsha tidak enak. Bersebelahan dengan kamar pria itu bukan hal yang baik, dia takut. Tetapi dia hanya menumpang, jadi dia hanya menurut ucapan Albert. " Baik tuan," ujarnya pada Albert. 

••••••••••

Marsha mengamati kamar yang dia tempati saat ini, sangat besar dan mewah menurutnya. Ranjang Queen size serta beberapa perabotan yang dia pikir sangat mahal membuatnya terkagum. Dalam sudut kamar itu terdapat pintu, tetapi pintu itu tidak dapat dibuka. Marsha pikir itu adalah pintu kamar mandi, ternyata. Bukan. Tetapi gadis itu tidak mau berpikir panjang. Dia memilih untuk merebahkan diri dan menarik selimut. 

Sedangkan Albert, dia tersenyum menatap layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV.  Dalam kamar yang digunakan Marsha, pria itu sudah memasang CCTV. Dan pintu yang gadis itu coba buka adalah pintu penghubung. Albert sengaja melakukan itu untuk memantau apa yang dilakukan gadis itu. Bahkan dia juga memasang Sadap suara untuk mengetahui apa yang gadis itu bicarakan. 

"Manis sekali kau gadis kecil," ujar Albert menatap layar monitor yang menampilkan wajah tenang Marsha dalam keadaan tidur. 

Albert tidak bergerak sama sekali, dia tetap fokus pada layar yang memperlihatkan seorang gadis yang sedang tidur. Dia berfikir liar dengan gadis itu, jika saja gadis itu tertidur disampingnya mungkin pria ini tidak akan membiarkan gadis itu tidur dengan nyenyak. 

Dengan langkah perlahan Albert membuka pintu penghubung untuk memasuki kamar Marsha, dia mengeluarkan smirk ketika dia mendekat kearah gadis yang sedang tertidur itu. Dia jongkok dan menyamakan tingginya dengan ranjang tempat gadis itu tidur. Dia memandang lembut wajah gadis itu dan mengelus pipi chubby gadis itu. 

"Akan aku pastikan kamu akan segera menjadi milikku. Tidak akan ada orang lain yang bisa memilikimu , " ujar Albert kemudian mencium kening gadis itu. 

Marsha merasakan ada seseorang yang mengelus rambutnya dan juga pipinya, namun dia menolak untuk membuka mata. Dia hanya berfikir jika itu hanya perasaanya saja. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status