Share

Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan
Dijatuhi Talak Karena Tak Lagi Perawan
Penulis: El Baarish

1. Pengakuan

Deandra 1

.

“What?” tanya Bryan dengan nada terkejut.

Ekspresi Bryan tiba-tiba berubah saat ia mendengar pengakuan dari istri yang baru saja dinikahinya. Perlakuannya yang begitu lembut, tiba-tiba terhenti karena otak lelaki itu mulai mencerna ucapan istrinya.

Bryan sejenak terdiam, menghentikan imajinasi dan semua pikiran indahnya untuk sang istri. Padahal sebentar lagi mereka akan mengarungi bahtera menuju tepian yang indah.

“Maksudnya?” tanya Bryan bingung. Ia mendengar Dee berbicara apa, tapi ia ingin memperjelas karena ini amat penting baginya. Dari jarak dekat ia masih bisa menatap wajah Deandra dan tentu menanti jawabannya. Sementara wajahnya sendiri mulai memerah menahan emosi.

Deandra tersenyum. Senyuman yang begitu cantik dan menggoda. Namun, sayangnya Bryan tak bisa membalas senyuman itu karena masih terhalang jawaban dari Deandra. Yang dipikirkan Bryan adalah, bagaimana bisa istrinya masih tersenyum saat memberikan pengakuan seperti itu.

“I am not a virgin.” Gadis yang dipanggil Dee itu berkata dengan tenang dan jujur. Ia tak ingin ada kebohongan dalam rumah tangga yang akan dibangunnya bersama Bryan sampai nanti.

Namun, yang membuat Bryan menggeleng adalah pengakuan itu terucap seolah tak ada rasa bersalah di wajah gadis itu.

Dee masih tampak tenang, dan bahkan mengusap wajah Bryan dengan lembut seolah pengakuannya tak memberikan sudut pandang buruk bagi sang suami.

“Aku udah nggak perawan,” ulang Dee seraya mengangguk tersenyum, karena melihat wajah Bryan mulai tegang dan menatapnya tanpa lepas.

Deg!

Seketika Bryan menarik diri dari dekat Dee. Ia merapatkan rahangnya dan menatap nanar pada Dee yang masih dalam posisi terlentang.

“Why? Apa masalahnya?” Dee bangun dari tidurnya. Ia mendekat pada Bryan yang terus menjauh darinya.

Dee tak mengerti kenapa suaminya begitu marah hanya karena pengakuan itu, yang menurutnya sudah lumrah.

“Apa masalahnya?” teriak Bryan menggelegar, mengulang pertanyaan istrinya yang membuat mata Dee berkedip karena terkejut. Bahkan langkah itu sedikit mundur karena takut melihat kilatan kemarahan dalam diri Bryan.

Aaaargh!

Tangan kekar Bryan menyapu benda-benda hotel yang ada di nakas. Tangan itu terus mengepal. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu sedang berusaha menahan kemarahannya, terlihat dari urat-urat leher yang mengetat.

Bryan menggeleng. Ia pikir, Dee gadis yang baik meskipun kehidupannya begitu bebas. Ia sering melihatnya menghabiskan waktu di club malam dan tempat karaoke. Setidaknya ia pikir, Dee bukan tipe gadis yang mudah menjual harga dirinya dengan apa pun. Ia pikir Dee sama seperti dirinya, yang juga sering datang ke klub dan tempat karaoke hanya untuk menghilangkan stres akibat urusan pekerjaan.

Ia pikir Dee adalah gadis yang tetap menjaga mahkotanya untuk suaminya kelak.

Nyatanya tidak. Ingin rasanya lelaki itu mengerang kesakitan. Kesakitan dalam dadanya yang harus segera mendapat pelampiasan kemarahan. Namun, ia sadar bahwa hotel bukan tempat yang tepat.

“Ya lumrah kan, Sayang! Sekarang di mana-mana cewek udah nggak perawan. Dan aku salah satunya. Itu hal biasa, come on!”

Dee masih membela diri atas semua hal yang tak layak dibela. Bryan tak habis pikir dengan gadis itu, entah apa sebenarnya yang ia anggap paling berharga dalam dirinya selain keperawanan. Entah bagaimana otak warasnya bekerja.

Banyak gadis di luar sana korban pelecehan yang mati-matian mempertahankan harga dirinya. Dee malah sangat tidak menyayangkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

Dari semua jawaban Dee, ia berpikir bahwa gadis itu bukan terenggut paksa, tapi menyerahkan dengan suka rela. Bryan kembali menggeleng melihat gadis itu.

“Kamu direnggut, atau menyerahkan?” tanya Bryan masih dengan dada yang sesak. Ia hanya ingin memastikan.

“Hei, sebelum menikah dengan kamu, aku pernah pacaran. We are making love, that’s it! Hello, zaman sekarang mana ada pacaran nggak ngapa-ngapain, b u l s h i t!”

Semakin Bryan mendengar jawaban Dee, semakin hatinya terluka. Hidup terkadang tentang harapan, tapi harapan juga bisa mematahkan hati seseorang. Bryan berharap Dee pernah direnggut paksa, dan ia akan mencoba menerima. Namun, Bryan kembali menggeleng.

“Dasar j a l a n g! Otak kamu memang gak waras!” umpat Bryan seraya telunjuknya mengarah pada bola mata Dee.

“Harusnya aku tak menikahimu!” ucap Bryan lagi. Detik itu ia menyesal pernah menyatakan cinta pada gadis yang bahkan tak tau nilai harga diri.

“Aku nyesal nikah sama kamu!” tunjuk Bryan tepat di kedua bola mata Deandra. Kembali ia berteriak marah.

Dee yang melihat perubahan sikap Bryan pun menjadi terpancing emosi. Ia menepis telunjuk Bryan yang mengarah ke dua bola matanya. Apa salahnya dia yang sudah tak perawan. Mereka saling mencintai, dan harusnya bisa menerima kekurangan satu sama lain.

Setidaknya begitu yang ada dalam benak Deandra, dan ia tak ingin dinilai serendah itu hanya karena sebuah masalah yang menurutnya sepele.

“Bukankah kau yang lebih dulu bilang mencintaiku, hah?” Dee membalas teriakan itu.

“Dan bukankah pernikahan dibangun atas dasar cinta?” sentaknya lagi.

“Aku memang udah nggak perawan. Lalu, apa bedanya dengan kau, hah?” teriak Dee lagi. Ia menarik kerah kemeja Bryan yang membuat posisi lelaki itu sedikit bergeser.

“Apa maksudmu?” ketus Bryan. Tatapannya masih menyalak.

“Kamu sering ke club malam, mabuk dan tentu melakukan hal yang sama denganku, kan? Kamu juga tidur dengan perempuan di sana, ngaku!” tantang Dee.

“So, jangan merasa sok suci. Kita sama!” Dee bahkan meludah ke samping, mengejek Bryan yang menurutnya terlalu merasa baik.

Bryan menatap tajam pada istrinya, ia kembali mendekat dan mengulurkan tangan di wajah gadis itu. Lelaki itu mencengkeram wajah Dee hingga membuat gadis itu membalas tatapannya, dan menepis tangannya. Namun, Bryan tetap menekan dengan kuat.

“Dengar ya! Sebejat-bejatnya aku, nggak pernah jajan j a l a n g kayak kamu!”

Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Bryan tak bisa menerima Dee yang dengan enteng mengaku sudah tak perawan.

“Cewek sampah!” umpat Bryan lagi.

Pesta mewah, baju mewah, para tamu dari kalangan pebisnis besar, hotel mewah untuk penginapan. Bryan pikir akan menjadi kenangan termanis dalam hidupnya. Namun, nyatanya malam ini ia dipatahkan oleh ekspektasi sendiri. Malam yang dinantikan bersama Dee hancur dalam hitungan menit.

Namun, Bryan bersyukur karena Dee mengaku sebelum ia menyentuhnya. Akan lebih rumit jika ia sudah menyentuhnya.

Pertengkaran itu berakhir dengan teriakan dan cacian, dan barang-barang yang teracak oleh Bryan. Sementara Dee bahkan tak merasa takut, atau menangis.

“Malam ini kamu tidur di sini!” ucap Bryan melangkah keluar sambil membanting pintu hotel. Meninggalkan Dee yang terduduk di atas ranjang kamar yang berantakan.

Pengantin baru itu terpaksa tidur terpisah. Bryan bergegas untuk check in kamar lain. Sebisa mungkin ia harus meredam amarah dengan tidak melihat wajah Dee. Ia tak ingin masalah menjadi lebih rumit saat ia melihat wajah gadis itu dan terpancing untuk melukainya.

Bryan tak sudi jika harus sekamar dengan Dee. Ia merasa jijik dengan gadis itu karena menikahnya, tapi ia bukan menjadi orang pertama yang meneguk madunya.

Dengan susah ia menajamkan mata di kamar barunya. Memang begitu sulit untuk tertidur dalam keadaan seperti itu. Masalah itu terus saja mengikuti dan menghantui.

“Aku udah nggak perawan,”

Kembali terngiang pengakuan Deandra yang berucap dengan begitu santainya. Bryan tetap bisa mendengar kalimat menyakitkan itu meskipun ia menutup telinganya. Meskipun ia menutup mata, tetap terlihat wajah tenang Dee yang mengakui perbuatannya tanpa merasa bersalah.

Kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya, membuat dadanya sangat sesak. Hingga ia benar-benar tak tahan dan kembali ke kamar Dee.

“Aku nggak bisa. Kita harus pulang dan menyelesaikan malam ini,” Bryan berucap tegas pada Dee.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status