Share

6 - Tragedi Suara Desahan?

Synda mengalami rasa kantuk yang sangat berat. Kedua kelopak matanya susah untuk dibuka. Namun, tak berarti ia dapat dengan mudah terlelap dan juga bermimpi indah.

Pikiran terus bekerja. Sejumlah hal menyita kepala sehingga menimbulkan rasa pusing. Efek yang tidak bagus bagi dirinya. Synda sudah berupaya tidak mempermasalahkan, tetapi ia tetap saja gagal dalam melakukan.

"Wajahmu pucat. Apa kau kurang tidur?"

Synda langsung mengangkat kepala yang ia letakkan di atas meja makan. Lantas secara cepat mengangguk sembari menatap sosok Aldora Adams. Wanita itu memang selalu bisa memahami apa yang tengah ia alami.

Dari waktu ke waktu dekat dengan kekasih sang kakak, membuat Synda menganggap Aldora sebagai teman baik. Jika ada masalah ia tak akan terbebani untuk menceritakan kepada wanita itu. Aldora akan memberikan solusi dan saran yang banyak cocok baginya.

"Kau benar. Aku kurang tidur. Hanya tiga jam saja, aku benar-benar tidur nyenyak dan untukku masih kurang beristirahat," jawab Synda apa adanya sesuai yang dirasa.

"Lebih baik kau tidur lagi. Jika kau paksakan untuk tetap beraktivitas, pasti tidak bagus."

Synda menggeleng cepat. Lantas, kepalanya diangkat. "Kau jangan bercanda. Aku tidak akan tidur di kamar itu. Kau lupa siapa yang sedang ada di ruangan tidur khususku?"

"Kau juga pasti lupa bahwa jika di rumah ini, aku hanya bisa tidur di kamar itu. Lebih baik aku kembali saja ke apartemen," imbuh Synda dengan nada sedikit kesal, kali ini.

Bukan karena saran yang diberikan oleh Aldora, namun akibat mengingat bagaimana sosok Alexander menciumnya dengan ganas kemarin. Harga diri Synda seakan masih saja tercabik. Ia turut merutuki kebodohannya sendiri yang sudah menikmati cumbuan pria itu. Sungguh, akal sehat yang tak dapat difungsikannya dengan sangat baik.

"Baiklah, aku mengerti. Tapi, aku sangatlah penasaran tentang apa saja yang kalian lakukan berdua semalam. Barret mengaku jika dia mendengar suara desahan di dalam kamar, saat lewat. Aku tidak percaya."

Synda langsung saja melebarkan kedua bola mata. "Apa yang dia dengar? Desahan?"

"Iya, suara desahan. Aku pikir dia salah, tapi kenapa kau membuatku menjadi curiga, ya? Apa yang sudah kalian lakukan semalam."

Synda lekas menggeleng-gelengkan kepala. Bukan menampik. Hanya bentuk reaksnya atas umpatan bagi diri sendiri yang muncul di dalam kepala. Synda juga mengembuskan napas panjang, menampakkan kefrustrasian.

"Ada apa denganmu? Hei, kenapan kau jadi bersikap seperti ini? Kau memeluk tiba-tiba dan meyakinkanku bahwa kalian sud--"

"Kau benar. Kau benar." Synda memotong cepat ucapan Aldora sembari mengeratkan dekapan pada tubuh langsing wanita itu.

"Peristiwa buruk sudah aku alami dengan mantan kekasihku itu. Hahhh. Menyebalkan. Tapi, aku bisa menikmati semua. Aku tidak tahu malu. Merendahkan diriku saja. Haah."

Synda menggeleng-gelengkan kepala dalam gerakan yang lebih cepat. Tentu, ia berniat menghilangkan sensasi menggoda dari bibir Alexander, namun belum mampu untuk sekian kali dilakukan. Masih diingat jelas bagaimana cara pria itu mencumbu dirinya dengan panas dan bergairah semalam. 

"Astaga! Kenapa dia harus memberikan aku ciuman yang seperti itu. Hahhh." Synda pun berseru cukup kencang seraya menutupkan wajah menggunakan kedua tangannya.

"Kalian benar hanya berciuman saja. Tidak adakah hal lain sudah terjadi kemarin?"

Synda merasa terganggu sekaligus juga tak senang akan lontaran pertanyaan kekasih sang kakak. Ia pun melemparkan tatapannya yang kesal ke arah Aldora Adams. Delikannya turut ditambahkan, saat wanita itu tertawa.

"Kau saja yang mengharapkan aku dan dia melakukan hal lebih. Bercinta bukan?" balas Synda dengan nada semakin ketus.

"Aku tidak bermaksud menuduhmu. Maaf, kalau kau merasa tersinggung. Aku harap kau tidak marah."

Synda menggeleng cepat. "Sebenarnya kau tidak salah."

"Aku saja yang sensitif dan serius. Aku hanya tidak suka membicarakan apa pun yang ada kaitan dengan Alex." Synda memperjelas. Mengungkapkan secara jujur isi hatinya.

"Jadi, kau berkata sebenarnya? Kau tidak bermaksud untuk berbohong?"

"Sudah aku bilang kami tidak melaku--"

"Kenapa tidak mau mengakui saja jika kita sudah bercinta, Miss Sydney. Apakah kau malu tidur dengan mantan kekasihmu?"


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status