Share

Half Wolf
Half Wolf
Penulis: Novia Avianti Sakinah

Maria

Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya.

"Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya.

"Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa.

Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam.

Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika.

Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik.

Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah.

"Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Pak Monga kepala desa setempat.

"Aku tak tau semuanya terjadi begitu cepat," jawabnya merinding bahkan darah segar terus mengalir di tangannya.

Kepala Desa terdiam sejenak, dan segara mengubungi Kerajaan Orion melalui merpati pengirim surat.

Raja Aiden pun menerima pesan itu dan segera mengirim tentaranya untuk menangkap monster itu.

Beberapa saat kemudian pasukan tangguh kiriman dari Kerajaan Orion pun datang.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya salah satu pasukan yang ditugaskan ke Desa Nebula untuk menangkap monster.

"Entahlah," jawab salah satu tentara yang lainnya merasa merinding melihat beberapa mayat yang sudah tewas.

"Bukankah ada monster?" tanya pasukan itu lagi melihat sekitar karena suasana di desa begitu hening.

Tak ada suara apa pun yang terdengar di desa itu. Mayat-mayat itu tergeletak di tanah dengan kondisi yang begitu mengerikan.

Tubuh-tubuh itu disayat-sayat secara kasar sampai kulit tubuh mereka robek menyisakan organ tubuh tercecer di mana-mana.

Langkah para pasukan itu pun terhenti saat melihat seorang gadis menangis tersedu-sedu.

"Siapa dia?" tanya mereka.

Beberapa pasukan mengelengkan kepalanya.

"Biar aku yang ke sana!" seru kepala pasukan itu yang bernama Kriston.

"Sedang apa kamu di tengah-tengah mayat-mayat ini?" tanyanya.

Maria pun menoleh ke arah laki-laki itu dengan air mata yang terus saja berderai.

Kriston melihat seluruh tubuhnya penuh dengan darah segar bahkan tangannya pun berlumuran darah.

"Kamu yang melakukan semua ini?" tanyanya hanya menebaknya walau secara logika tak mungkin.

Maria menganggukan kepalanya.

"Kamu pelakunya?" tanya Kriston lagi tak percaya dengan gadis yang ada dihadapannya.

"A-aku melakukan semua ini jadi Anda bisa menangkapku," jawab Maria mencoba menyerahkan diri beranjak bangun dari tempat.

"Tidak mungkin kamu pelakunya?" Kriston masih tak percaya.

"Aku yang menghabisi mereka dengan tanganku ini aku membunuh warga desa," ungkap Maria menangis.

"Kamu tak terlihat seperti monster!"

Maria menarik baju Kriston sampai laki-laki itu terkejut.

"Aku pelakunya pak, Anda harus menangkapku," ungkapnya.

"Oke, tenanglah." Kriston pun mencoba melepaskan tangan gadis itu.

Maria masih menangis.

"Kita tangkap dia dan serahkan pada Raja Aiden!" seru Kriston memerintahkan pasukannya untuk mendekat.

"Mayat-mayat ini bagaimana?" tanya Royi wakil dari pemimpin pasukan itu.

Kriston terdiam sejenak dan melihat sekitar tak ada yang selamat di desa ini.

"Aku mohon kuburkan dengan layak bersama mayat orang tuaku," ucap Maria mulai berbicara.

"Oke, sebelum menguburkan mereka ... kalian berkeliling cari ke seluruh desa siapa tau ada yang masih hidup," perintah Kriston.

Royi menganggukan kepalanya.

"Sebagian pasukan ikut saya ke Kerajaan Orion dan sebagian lagi di sini untuk membereskan mayat-mayat ini." Kriston memberikan perintah lagi.

Royi dan beberapa pasukan itu pun menganggukan kepalanya dan pasukan yang lainnya pun ikut Kriston ke Kerajaan Orion.

Beberapa kali Kriston menoleh pada Maria yang terus saja menundukan kepalanya.

"Apa benar gadis itu pelakunya?" tanya Kriston bertanya-tanya dalam hatinya.

"Aku benar-benar tak mempercayai ini!"

Dalam perjalanan menuju kerajaan beberapa orang pun muncul mengunakan pakai serba hitam.

"Siapa kalian?" tanya Kriston mencoba melindungi Maria.

"Serahkan gadis itu pada kami," pinta salah satu dari mereka.

"Aku tak tau siapa kalian?"

"Karena itu jangan menghalangi jalanku!" seru Kriston.

Laki-laki yang memakai pakaian serba hitam itu pun langsung menjulurkan pedangnya tepat di leher Kriston.

Kriston pun tersenyum sembari mendorong laki-laki itu sampai jatuh tersungkur.

"Jaga tawanan ini!" seru Kriston pada beberapa anak buahnya.

Para pasukan itu pun langsung menjaga Maria karena orang-orang itu mulai menyerang Kriston.

Pertarungan itu pun tak bisa dihindari lagi dan semua orang-orang itu kalah dengan Kriston.

"Kita harus cepat sampai istana sebelum pada tikus ini kembali!"

***

Beberapa pasukan itu pun menganggukan kepalanya. Mereka pun mempercepat perjalanan mereka sampai membuat Maria jatuh beberapa kali.

"Sialan, mereka tak bisa dikalahkan!" seru salah seorang yang memakai pakaian serba hitam itu.

"Yah, sudah kita ikuti saja mereka sampai kerajaan," jawab pemimpin mereka.

Semua yang berpakaian serba hitam itu pun menganggukan kepalanya.

***

Pak Monga dan dua orang lainnya susah berada di kerajaan karena mereka tak bisa kembali ke desa mereka dan terkejut saat melihat Maria dijadikan tawanan.

"Maria?" tanyanya dalam hati.

Kriston pun langsung membawa Maria kehadapa Raja Aiden.

"Saya tak menemukan monster pembunuh itu tapi, gadis ini mengaku kalau dia pelakunya," lapor Kriston sebagai pemimpin pasukan.

"Gadis ini yang melakukannya?" tanya Raja Aiden ragu.

Raja Aiden pun mendekati Maria yang terus saja menundukkan kepalanya.

"Katakan siapa pelaku yang sebenarnya kamu tak perlu takut?" tanya Aiden pelan.

"Aku pelakunya ... aku yang menghabisi semua warga desa," jawab Maria menangis sejadi-jadinya.

Raja Aiden mengerutkan keningnya dan menoleh pada Kriston.

"Kalau begitu masukan dia ke dalam penjara," perintah Raja Aiden.

Kriston pun menganggukan kepalanya dan mulai menggiring Maria ke dalam penjara.

Tanpa perlawanan Maria pun mengikuti Kriston masuk ke dalam penjara.

"Aku tak tau apa yang kamu sembunyikan akan tetapi, aku harap kamu jujur," ucap Kriston sebelum pergi dari penjara.

Maria masih terdiam karena ia sendiri tak tau apa yang terjadi padanya. Hanya saja begitu ia sadar semua mayat-mayat itu sudah berserakan di depan matanya.

"Aku tak tau apakah semua yang terjadi itu karena aku?" tanya Maria sendiri.

Maria melihat tangannya sendiri penuh dengan darah dan tanpa sadar ia menangis lagi.

Maria hanya mengingat kalau orang tuanya meninggal di rumahnya hanya itu saja.

Seseorang melihat sekitar dan memastikan tak ada orang yang mengikutinya. Secara diam-diam ia pun masuk penjara untuk melihat Maria yang terkurung di sana.

Ia hanya memperhatikan menunggu saat yang tepat untuk bisa berbicara dengannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status