Setelah menerima hasil tes, Jasmine diarahkan untuk bertemu dengan Andre, Manager Personalia.Wanita itu tak mengetahui kalau ia diperlakukan istimewa dalam tes kerja ini.“Selamat bergabung Nona Jasmine. Saya harap kita dapat bekerjasama, dan Anda dapat mendedikasikan pengalaman dan kemampuan Anda dengan baik.” ucapnya sambil menjabat tangan Jasmine. “Terimakasih pak Andre.” Jasmine menjawab dengan senyum manisnya.Kemudian mereka membicarakan mengenai jumlah gaji yang akan didapat dan fasilitas yang diperoleh. Jasmine sepakat dengan jumlah gaji 12,5 juta ditambah fasilitas kesehatan dan transport. Bagi Jasmine itu sudah lebih dari cukup. Jumlah tersebut lebih besar dari penghasilannya di tempat kerja sebelumnya. "Alhamdulillah ya Allah, aku bisa bernapas lega dengan gaji sebesar itu." Jasmine berucap syukur dalam hati.Namun satu hal yang ia lupakan, karena terlalu senang dengan yang ia dapat, ia lupa memikirkan bagaimana caranya tiap hari harus pulang pergi Malang-Surabaya. Bag
Jasmine yang telah sampai di stasiun, duduk di kursi tunggu peron 2, ia menunggu keretanya datang untuk membawanya pulang, sudah tak sabar rasanya ingin bertemu dengan anaknya. Ingin menceritakan bahwa ia akan bekerja di tempat baru yang keren, dan mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik.Lagi, jika mengingat anaknya senyum simpul terbit dari bibirnya. Ia pun menaiki gerbong 3, seperti tadi pagi, ia memilih duduk di dekat jendela. Pintu kereta pun tertutup, dan pengumuman dari pengeras suara terdengar. Tanda kereta jurusan kota Malang akan segera berangkat. Jasmine kemudian memasang headset dan mendengar musik sambil melihat rintik hujan yang membasahi jendela. Terasa syahdu perjalanan kali ini. Kilas balik pertemuannya dengan Kemal, berputar lagi dipikirannya. Ada rasa hangat serta gelisah di hatinya ketika mengingat pria yang dulu pernah berbagi hidup dengannya. Seolah juga dapat merasakan bisikan hati Kemal, Jasmine merasa ada rasa tenang entah apa, ia hanya yakin sem
“Itu.. aku.. ingin saja. Kangen bekerja dengan suasana perkantoran. Itu keren bukan?” ucap Jasmine, tidak menyebutkan alasan sebenarnya.Ia yakin 100 persen jika Zacky tau, pria itu akan murka dan mengacak-ngacak travel agen itu. Selain karena faktor lingkungan kerja, Jasmine pun sebenarnya ingin mencari penghasilan yang lebih besar. Tak Zico pasti akan membutuhkan banyak biaya kedepannya. Tapi ia tidak mau lagi berbagi kesulitannya dengan Zacky. Ia meyakinkan diri harus bisa tanpa bantuannya lagi.“Ya.. itu keren.” Zacky membuka air mineral botol yang ada padanya dan memberikannya pada Jasmine. “Minumlah..” Jasmine menerima air mineral botol itu dan meminumnya. “Terimakasih..” balasnya.Hal kecil yang biasa Zacky lakukan untuknya kadang membuat Jasmine tak dapat lepas darinya.Maafkan aku sedikit terlambat Jasmine. Aku tau bukan itu alasanmu, jauh-jauh bekerja ke sana. Aku merasa bodoh tak memprediksi ini. Aku minta maaf. Ucap Zacky dalam hatinya.Pria itu rupanya tahu alasan kenap
Ucapan Zico terdengar pilu. Apalagi Jasmine sudah berderai air mata sejak Zico mengenali Zacky sebagai daddy nya.Mbak Murni yang ikut melihat dari depan pintu pun ikut menangis. terharu dengan apa yang ia saksikan. Terharu.Tak ada yang menyangka bahwa Zico memendam kesedihan.Jasmine lupa, anaknya memang membutuhkan sosok ayah dalam perjalanan tumbuh kembangnya. Bahkan ia tak pernah mengetahui jika anaknya suka diejek oleh teman-temannya. Zico tak pernah bercerita soal itu.Zico hanya suka merengek, bertanya kenapa ayahnya tak bersamanya-hanya itu.Seolah terpecut, Jasmine merasa kecolongan dalam hal ini. Ia merasa sudah berusaha maksimal untuk membuat Zico tumbuh bahagia ditengah keterbatasannya.Namun rupanya itu semua tak cukup. Sang anak pasti akan mencari di mana ayahnya.Zacky memeluk Zico dengan pelukan erat, sambil mengelus pelan rambutnya."Tenang sayang, Daddy ada di sini. Tidak boleh ada yang meledek Zico lagi. Nanti daddy marahi teman yang meledek Zico ya. Don't worry.
Dua orang dewasa yang mencoba berkompromi dengan keadaan. Mereka saling dukung satu sama lain, berusaha bersahabat meski sulit.Karena pada akhirnya, persahabatan antara dua orang dewasa berbeda jenis tidak akah pernah berhasil. Salah satu pihak pasti akan memendam perasaan yang tak bisa digapainya. Walau ada juga yang berakhir bahagia menjadi pasangan yang sempurna, tapi tidak semua memiliki keberuntungan yang sama.Jasmine sadar, Zacky memiliki perasaan cinta kepadanya. Cinta yang tak bersyarat hanya untuknya. Tapi jauh di lubuk hatinya, masih tersimpan sebuah nama yang tak bisa terganti. Dialah Kemal Halil Ozdemir, pria yang tela memberinya seorang putra tampan dan cerdas. Jasmine pun sadar ia tak bisa terus menerus hidup dalam bayang-bayang Kemal, sekuat mungkin ia menyingkirkan Kemal dari dalam pikirannya dengan sejuta kebaikan yang Zacky berikan padanya, namun tetap saja tak berhasil. Pria itu masih kuat tertanam dalam hatinya.Iya, mungkin karena Kemal memberikan Zico sebagai k
Pagi hari, Zacky sudah tiba di rumah Jasmine. Berniat mengajak Zico jala-jalan ke museum angkut dan tempat-tempat wisata lain yang ada di kota itu."Besok saja kita pindahannya ya, hari ini aku mau me time dulu dengan Zico." Pinta Zacky. Pria itu ingin menebus waktunya yang hilang bersama dengan anak itu. Jasmine tahu tak ada yang dapat mencegah anaknya untuk pergi bersama Zacky, ia berpikir sejenak.Ada baiknya juga mereka pergi bersama, Jasmine jadi leluasa memiliki waktu untuk survei tempat tinggalnya di Surabaya. Pasalnya wanita itu masih ingin mencari tempat tinggalnya sendiri daripada harus menumpang lagi pada Zacky."Baiklah, aku siapkan barang bawaan Zico dulu ya. Tapi aku akan ke Surabaya sebentar untuk beberapa keperluan kerja." Jasmine memberi alasan yang masuk akal. Agar Zacky tak curiga.Zico tentu bersemangat ketika mengetahui ia akan pergi bersama daddy-nya, namun sedikit kecewa, karena ibunya tak bisa ikut. “Zico baik-baik sama Om daddy ya”Mendengar Jasmine mengucap
“Jasmine..” lirih Kemal.Heru melambatkan laju mobil, hingga mobil itu melewatinya, Kemal hanya melihat dari kaca jendela yang tak diturunkan.Kemal dapat dengan jelas melihat wanita pujaannya, namun Jasmine tak dapat melihat siapa yang ada di dalam mobil sedan itu. Karena Kemal mengunakan mobil yang berbeda, hingga Jasmine tak mengenalinya. Jasmine pun menoleh kearah kaca mobil, mereka seolah saling pandang dalam jarak dekat. Seperti ada perasaan tersengat dalam hati masing-masing, ketika mereka saling berpapasan. Jasmine, untuk sesaat jantungnya berdegup kencang seperti tak biasa. Nafasnya seoleh terbawa angin. Pun dengan Kemal merasakan hal yang sama. Netra indahnya terkunci untuk melihat pada kaca mobil sedan hitam Maserati itu. Entah ada dorongan apa, ia tetap melihatnya, walau sudah melintas. Kemal pun sampai memutar badannya untuk melihat Jasmine lebih lama.Ya Allah.. perasaan apa ini.Jasmine memegang dadanya yang masih berdegub kencang. Kemal kembali menghadap ke depan da
“Nona Jasmine?!” ucap seorang pria yang baru saja keluar dari mobil. Kemudian berjalan ke arahnya.“Anda!” tunjuk Jasmine pada pria tinggi yang mengenakan setelan kerja biru langit dengan dasi berwarna navy bergaris diagonal.“Ya, Saya.” Heru tersenyum hangat. Sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka ketika itu. Benar, pria itu adalah Heru, orang yang diawal pertemuan mereka sempat berdebat karena Jasmine yang hampir tertabrak olehnya.“Mau apa lagi Anda?” Tanya sinis Jasmine pada pria itu.“Anda masih menyimpan dendam rupanya?” Heru terkekeh melihat lirikan sinis Jasmine. “Oke, Saya minta maaf jika begitu. Maaf atas kejadian tempo hari Nona.”“Ya!” dengan mengangkat dagunya Jasmine menjawab singkat.“Oh ayolah Nona, Saya sudah meminta maaf bukan? Saya Heru.” Heru mengulurkan tangannya, memperkenalkan dirinya.Sejenak Jasmine menatap mata Heru dan tangannya bergantian, ragu menerima uluran tangannya. Apa maksud orang ini? berkenalan? Modus!Jasmine tetap tidak menerima uluran t