Setelah makan malam, Amanda dan Aditama sengaja ingin mengajak Raysa untuk mengobrol di ruang tengah. Sementara Anggia lebih memilih untuk beristirahat di kamar.Terlihat kedua paruh baya itu kini sedang terduduk santai di sebuah sofa panjang yang membentang di tengah ruangan. Sedangkan Raysa masih berada di dapur ingin membuatkan minuman hangat untuk keduanya.Kepada pelayan Raysa sempat menanyakan minuman apa yang biasanya disukai oleh kedua mertuanya. Setelah tau, dengan segera ia langsung membuatnya. Lalu dengan membawa nampan, gadis bergaun krem itu berjalan menghampiri keduanya."Pah, Bunda. Ini Raysa buatkan minuman hangat untuk kalian." Dengan satu per satu gadis berambut ikal sebawah bahu itu meletakan tiga cangkir teh hangat di atas meja. Tidak lupa ia juga membawa sepiring kue basah sebagai cemilan dan teman mereka mengobrol."Oh, terimakasih, Sayang. Kamu ini tau aja, kalau Bunda lagi pingin teh hangat," ucap Amanda tersenyum lembut padanya."Iya, Bunda. Tadi Raysa sempat
Di suatu malam, sekitar jam sembilan. Saat itu udara sedikit dingin dan jalan terlihat sepi. Tidak ada terlalu banyak mobil yag melintas.Sebuah mobil putih berjalan sangat cepat. Kedua sejoli tampak bertengkar hebat."Terus mau kamu apa?" tanya Rafael sedikit emosi. Merasa tak terima karena terus disalahkan oleh tunangannya ini."Seharusnya kamu jangan meladeni wanita jalang itu, tapi kamu malah meladeninya!" ucap wanita yang bernama Lucyana itu sewot."Alah ... kamu aja yang terlalu cemburu. Kami hanya saling menyapa, dan kami juga sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi kok!" sergah Rafael. Ekspresinya tidak bisa dibohongi akibat rasa cemburu wanita di sampingnya itu, ia mulai merasa jengah."Oh, ya? Apakah kamu yakin kalau kalian sudah tidak ada rasa lagi?" Lucyana meragukan ucapan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu."Dengar, Lucy! Itu dulu, hanya masa lalu. Kenapa kamu masih mengungkitnya sih? Lagi pula kita ini sudah bertunangan dan sebentar lagi kita juga akan me
Sebelum terjadi ledakan yang cukup keras tadi, ternyata kedua korban itu telah berhasil diselamatkan. Lalu mereka langsung membawa ketiga korban tersebut ke rumah sakit terdekat.Dan untung saja salah satu dari orang-orang yang ikut membantu para korban itu ada yang mengenali Rafael. Sehingga dengan cepat pihak rumah sakit segera menghubungi keluarganya. Setelah mendapat telepon dari rumah sakit, dengan segera orang tua dari Rafael mendatangi rumah sakit tersebut. Begitu sampai di sana, dengan penuh kecemasan, dua orang paruh baya itu berlari mendekati ke ruang resepsionis dan bertanya di mana tempat korban kecelakaan yang baru saja terjadi tadi."Sus, di mana anak saya?" tanya Amanda dengan sangat panik ia menatap seorang perawat yang sedang berjaga di sana."Maaf, Ibu. Anak Anda yang mana, ya?" jawab si suster."Itu, Sus. Yang korban kecelakaan mobil," sambar Aditama. "Oh, yang itu. Karena keadaan mereka yang sangat darurat. Mereka kini sedang berada di ruang operasi yang ada di se
Beberapa minggu kemudian.Di sebuah ruang rawat mewah pasien VVIP. Tepatnya di Rumah Sakit International Singapura, tampaklah sepasang suami istri yang sedang berdebat hebat dengan seorang pemuda tampan yang kini sedang terduduk di atas ranjang pasien. Baik pemuda ataupun pasangan suami istri itu tidak ada yang mau mengalah, mereka mempertahankan egonya masing-masing hingga seperti tidak ada jalan keluar."Pokoknya, Mama gak mau tau. Kamu harus menikah dengan Raysa, titik!" ucap Amanda. Wanita paruh baya itu memberi perintah yang tak bisa terbantahkan pada anak semata wayangnya."Ta-tapi, Mah--" Rafael nama si pemuda itu, ingin membatahnya dan tentu saja ia tidak setuju dengan rencana konyol dari kedua orang tuannya ini."Gila, kenapa aku harus menikah dengan anak seorang pelayan, apa kata orang nanti? Yang ada semua orang pasti akan mencemooh dan merutukiku. Karena tunanganku saja sedang mengalami koma gara-gara aku. Masa aku malah menikah dengan orang lain. Bukankah ini terlalu jaha
Di sebuah rumah yang terlihat sangat mewah dan megah. Tampak dua orang gadis yang sedang terduduk di ruang tamu menunggu sang tuan rumah untuk datang menemuinya. Dua gadis beda usia itu adalah kakak beradik, anak dari Laela Sari mantan pelayan di rumah tersebut.Amanda dan Aditama memang sengaja mengundang dua gadis tersebut untuk datang ke rumah. Karena keduanya ingin membicarakan sesuatu hal yang sangat penting dengan kedua gadis cantik itu."Hay-hay, hallo ... cantik!" sapa Amanda. Dengan senyum sumringah menyambut hangat kedua tamunya."Ya, hallo, Tuan, Nyonya. Eh, Bu Manda," jawab Raysa balas tersenyum ramah sembari bersalaman dengan sepasang suami istri itu.Begitu juga dengan adiknya yang benama Anggia Sari pun melakukan hal yang sama dengannya."Ih, jangan panggil kami Tuan ataupun Nyonya dong! Panggil saya Bunda Manda dan Pak Tama saja, ok!" kata Amanda sembari menjatuhkan bokongnya di atas sofa yang berada tepat di depan kedua gadis tersebut.Sedangkan sang suaminya pun ikut
Di dalam sebuah kamar, seorang gadis duduk terdiam di depan cermin. Di depannya ada banyak peralatan make up yang tergeletak di atas meja. Dua orang perias sibuk memoleskan eye shadaow, blush on dan lipstik di wajah gadis itu. Sedangkan orang yang satunya lagi tampak sibuk membetulkan kebaya pengantin yang dikenakan oleh calon pengantin wanita tersebut.Gadis itu tampak begitu cantik dengan kebaya pengantin berwarna perak yang menjulur panjang di bagian belakang itu, kini melekat indah di tubuh rampingnya.Saking cantiknya, sang penata rias pun takjub memandangi hasil dari mahakaryanya yang paripurna itu terlihat begitu sempurna.Dengan kulitnya yang kuning langsat ciri khas orang Indonesia, bibirnya yang tipis, hidungnya yang mancung tapi mungil. Belum lagi gigi gingsul di sebelah kanan yang menambah kesan cantik wajah gadis tersebut.Hanya dengan polesan sederhana yang terkesan natural, pada dasarnya gadis itu memang sudah cantik. Sehingga sang penata rias pun tidak perlu melakukan b
"Tidak sah! Pernikahan ini tidak sah!" Suara teriakan seorang wanita dengan penuh emosi, terdengar begitu lantang menggema ke seluruh ruang. Membuat semua orang yang berada di sana merasa terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Di mana mereka melihat ada seorang wanita paruh baya sedang berdiri di tengah ruangan."A-amara!" Pekik Aditama dan Amanda merasa syok ketika melihat sang calon besannya itu kini telah datang ke acara pernikahan putranya ini.Begitu juga dengan Rafael yang langsung menoleh dan terbelalak ke arahnya juga. "Ta-tante Amara!" serunya.Sedangkan Raysa dan Anggia yang duduk di belakang sang kakak dengan heran dan kebingungan ikut menoleh ke arah wanita itu juga.Keaadan kini menjadi kacau, kenapa saat ijab kobul sudah selesai. Mama dari tunangan Rafael yang sedang koma itu malah datang ke sana?"Rafael, apa-apaan ini?" Wanita itu melotot tajam ke arah pengantin pria. "Kenapa kamu malah menikah dengan dia?" Teriakan wanita itu begitu menggelegar, sehingga
Wanita yang masih mengenakan kebaya pengantin itu kini tampak berdiri mematung di depan sebuah kamar. Di mana di dalam kamar tersebut ada 4 orang yang sedang berdebat hebat. Karena saking hebatnya mereka terus berdebat hingga seakan tak ada yang mau saling mengalah.Dengan wajah yang menegang, kini ke empat orang itu tengah terduduk di sebuah sofa panjang yang ada di dalam sana."Sungguh aku benar-benar tidak menyangka, kalian sungguh tega! Di saat Lucyana masih terbaring lemah dan tidak berdaya di rumah sakit, Rafael malah memilih untuk menikah dengan wanita lain," ucap Amara merasa sangat marah dan tidak terima anaknya ditinggal nikah oleh kekasihnya ini."Dengarkan penjelasanku dulu, Tante! Aku terpaksa melakukan ini semua juga demi Lucyana," sanggah Rafael. "Apa! Demi Lucyana? Cih, demi Lucyana bagaimana? Jelas-jelas kau telah menghianatinya," cibir Amara merasa muak mendengarnya. "Argh ... bagaimana ini cara ngejelasinnya?" Dengan sedikit kesal, lelaki yang masih mengenakan baj