Share

Part 4 - Malam Pertama

Sesampainya di mansion, Aletta tertegun melihat tempat yang akan ia tinggali. Mansion peninggalan nenek Aaron ternyata sangatlah besar dan juga mewah. Mansion itu benar-benar terlihat seperti istana, kurang lebih seperti mansion yang ditempati oleh Anggi dan juga Ernest, sama-sama bergaya khas Eropa membuat Aletta sedikit tahu tentang selera desain keluarga Matteo.

"Kita akan tinggal di sini, Aaron?" suara Aletta terdengar memelan saat mengucapkan nama pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya di mata hukum dan juga agama.

"Iya, hanya kita berdua. Nggak ada anggota keluarga lain, cuma ada pelayan, pengawal, dan juga supir," Aaron berjalan terlebih dahulu membuat Aletta mengintilnya di belakang.

"Kenapa kita harus tinggal terpisah dari Mama dan Papa? Bukannya akan lebih nyaman tinggal satu atap sama orang tua? Apalagi sekarang....... kamu lagi nggak sehat."

"Bagi kamu nyaman, tapi enggak bagi saya. Tinggal terpisah dari mereka akan membuat saya merasa lebih tenang. Lagi pula mereka juga akan tetap sibuk dengan pekerjaan, mereka jarang berada di mansion."

Mereka berdua kini memasuki mansion tersebut, Aletta terus mengedarkan pandangannya sembari mengikuti langkah kaki Aaron yang mulai membawanya menaiki undakan tangga.

"Besok aku harus pergi ke rumahku buat ngambil barang-barang, apa boleh?" tanya Aletta setelah mereka sudah berada di lantai dua.

"Barang-barang apa?"

"Baju dan perlengkapan pribadiku, aku tidak langsung membawanya hari ini."

"Nggak perlu, semua kebutuhan kamu udah saya siapin. Kamu nggak perlu ambil baju-baju kamu yang lama, dan rumah yang kamu maksud udah kosong."

Mata Aletta sedikit melebar, "Kosong? Maksudnya?"

"Rumah kamu itu nggak akan ditempati lagi sama Ibu kamu, setelah keluar dari rumah sakit dia akan tinggal di rumah yang udah disediakan sama Papa. Kamu bisa temuin Ibu kamu di sana."

Aaron membuka pintu kamarnya dan segera menarik tangan Aletta agar masuk bersamanya. Aletta meremas gaun malam berwarna merah yang ia kenakan, ia menatap ranjang yang di atasnya terdapat kelopak bunga mawar membentuk hati. Ranjang itu dihias layaknya ranjang untuk pengantin baru.

Aletta mulai memikirkan tentang apa yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri di malam pertama. Aletta merasa belum siap menyerahkan kesuciannya kepada Aaron, dia merasa takut bahkan hanya dengan membayangkannya.

"Aletta? Apa kamu memang selalu melamun?" tanya Aaron membuat Aletta tersadar.

"Maaf," ucap Aletta kemudian berusaha untuk menepis rasa takutnya.

Aletta mencoba untuk memberanikan diri, dia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tidak boleh merasa takut kepada suaminya sendiri.

"Saya mau mandi, walk in closet kamu ada di sebelah sana. Kamu bisa ganti baju kamu, semua yang ada di dalam walk in closet itu punya kamu," ucap Aaron sambil membuka kancing kemejanya satu persatu membuat dada bidang dan pahatan di perutnya terlihat.

Aletta segera mengalihkan pandangannya membuat Aaron tersenyum kecil. Aaron melepaskan kemejanya dan meletakkannya di dalam keranjang pakaian kotor. Ia segera mendekat kepada Aletta dan menarik pinggang gadis itu hingga sang empu tersentak kaget.

Tangan Aletta reflek menahan dada telanjang Aaron agar tubuh mereka tidak terlalu menempel. Namun pipinya langsung terasa memanas karena tangannya menyentuh dada bidang Aaron secara langsung tanpa terhalang oleh apapun.

"Saya yakin kamu nggak bisa lepasin gaun ini sendiri."

Tangan Aaron bergerak meraba punggung Aletta membuat gadis itu harus menahan nafasnya. Aaron menurunkan resleting gaun yang dipakai oleh Aletta secara perlahan kemudian melepaskan tangannya dan menjauh dari gadis itu.

"Kamu bisa mandi setelah saya," Aaron segera masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Aletta yang kini kembali bisa bernafas lega.

Aletta buru-buru masuk ke dalam walk in closet yang Aaron maksud. Ia tertegun saat melihat ada begitu banyak pakaian dan barang-barang wanita pada umumnya di dalam lemari, dan semua barang-barang itu berasal dari merek ternama. Deretan tas, sepatu dan perhiasan berjejer rapi, walk in closet itu bagaikan surga bagi kebanyakan wanita. Namun sayangnya Aletta sama sekali tidak merasa bahagia, ia tahu bahwa apa yang diberikan untuknya saat ini adalah harga dari tubuh dan cinta yang harus ia berikan kepada Aaron.

Aletta membuka satu lemari dan menemukan banyak sekali gaun tidur yang semuanya sangat terbuka membuat ia menghela nafas panjang. Siap tidak siap, ia harus memberikan seluruh yang ia miliki jika Aaron memintanya. Aletta merasa bahwa dia tidak mungkin bisa menolak Aaron yang telah menjadi suaminya.

Ia memilih salah satu gaun berwarna hitam yang sedikit lebih tertutup dari yang lainnya. Ia segera memakai gaun itu dan keluar dari walk in closet. Gadis itu membuka satu persatu lagi meja rias dan mendapati beberapa skincare serta make-up di dalamnya. Ternyata Aaron memang benar-benar telah menyiapkan semua yang dia perlukan.

Aletta mulai membersihkan riasan wajahnya lalu melepaskan beberapa jepitan di rambutnya. Aletta duduk di depan meja rias hingga akhirnya Aaron keluar hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

Aaron berjalan menghampiri Aletta dan memegang kedua pundak gadis itu dari belakang. Dapat Aletta hirup aroma tubuh Aaron yang bergitu menyegarkan.

"Kamu mau mandi?" tanya Aaron dengan tangan yang mengusap-usap pelan punggung Aletta.

Gadis itu menganggukkan kepalanya pelan kemudian berdiri dari duduknya dan berbalik membuat mereka berdua kini berdiri berhadapan dengan jarak yang teramat dekat. Aaron memeluk pinggang kecil Aletta, pria itu tersenyum kecil melihat wajah gugup gadis di depannya.

Tanpa mengatakan apapun, Aaron langsung mengangkat tubuh Aletta dengan sangat mudah dan mendudukkannya di atas meja rias.

Aletta tersentak kaget dibuatnya, sedangkan Aaron hanya terkekeh kecil merasa senang melihat betapa gugupnya Aletta menandakan bahwa gadis itu masih sangat polos dan tidak tahu apa-apa dalam hal itu.

Aaron menatap manik mata Aletta dan menarik tangan gadis itu untuk memeluk lehernya.

"Sepertinya kamu bisa mandi besok pagi," bisik Aaron tepat di telinga Aletta membuat tubuh Aletta terasa meremang.

Cup.

Satu kecupan singkat mendarat di bibir Aletta, mata gadis itu sedikit melotot karena seumur hidupnya belum pernah ada yang mencium bibirnya sehingga ia merasa begitu terkejut.

"Maaf Aletta, tapi saya nggak bisa nunggu sampai kamu siap. Kamu tau waktu saya singkat kan?"

Aletta menelan salivanya susah payah lalu menggigit bibir bawahnya.

"Jangan seperti itu, kamu menggoda saya?"

Aletta mengernyit, "Ma-maksudnya?"

Tatapan Aaron masih betah dingin, pria itu menarik tengkuk Aletta dan mulai melu*mat bibir manis gadis polos yang sekarang telah menjadi miliknya. Aletta sontak mencengkram erat pundak Aaron saat pria itu memperdalam ciumannya dengan tangan yang bergerak menyentuh area-area sensitifnya.

Air mata Aletta menetes tanpa diminta, hatinya terasa perih karena malam ini dia harus kehilangan sesuatu yang selama ini ia jaga untuk seorang pria yang bahkan tidak ia cintai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status