Share

"Itu masalahnya Ar, aku merasa jadi beban kalian. Aku merasa jadi orang yang paling lemah. Yang harus dijaga seperti benda lunak yang mudah rusak."

Pov Shilla.

Untuk beberapa hari ke depan aku akan tinggal di apartemen Raisa. Disini aku merasa lebih nyaman. Aku bisa merenungi dan memikirkan baik-baik hakikat hidupku dan segala hal yang telah terjadi.

Tin tong.... Tin tong.......

Baru selesai sholat dhuha suara bel terdengar nyaring dan terus-menerus. Siapa tamu yang memencet bel seperti anak kecil, tak sabaran.

"Astaghfirullah..... " Kupercepat melipat mukena dan segera menuju pintu. "Raisa," panggilku pada tamu yang ternyata pemilik apartemen ini.

Gadis yang masih dengan piyama tidur itu nyelonong masuk. "Oh... Astaga.... gak pernah dalam hidupku pagi-pagi keluar hanya dengan piyama. Kalau bukan karena kembaran gil*mu itu," gerutu Rais dengan

Gadis itu menyodorkan ponselnya yang layarnya berpendar. Nampak nama Ardi sedang melakukan panggilan suara.

"Sejak pagi dia nanyain kamu." Sambung Raisa dengan nada kesal.

"Kamu gak bilang aku disini kan?" Aku panik.

"Kalau aku bilang ngapain aku buru-buru kesini.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status