Tepat jam 00.00 WIB, Mayang terbangun. Dan, dia merasa sangat haus. Tetapi ternyata, Mayang malah lupa membawa segelas air ke dalam kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan Mayang yang selalu minum, disaat dia terbangun pada malam hari.
Dan, karena kebiasaannya itu lah. Mayang selalu membawa air ke dalam kamar disaat dia akan tidur. Agar, saat akan merasakan haus begini, dia dengan mudahnya untuk minum. Tanpa harus pergi ke dapur lebih dulu. Dan mungkin, saat menidurkan Fikry tadi, Mayang malah lupa membawanya ke dalam kamar.Dan, dengan sedikit malas, Mayang harus bangun secara berlahan dari tempat tidur. Agar, pergerakannya tidak membuat anaknya itu terganggu dari tidur nyenyaknya.Ya, setelah Mayang menyuapi Fikry tadi, Mayangpun mengajak anaknya itu, untuk tidur lebih awal dari biasanya. Karena kerjaan yang dia lakukan seharian tadi, membuat tubuh Mayang benar-benar letih. Sehingga saat menidurkan Fikry, tanpa sadar, dia pun ikut tertidur di samping anaknya itu.Saat menuju dapur, Mayang harus melewati ruang tamu yang sedikit gelap. Karena ruangan itu, hanya diterangi oleh lampu dari arah luar saja. Dan, karena sudah terbiasa,Mayang pun tidak merasakan takut sama sekali.Seperti malam ini, dan malam-malam sebelumnya, Mayang selalu merasakan kesunyian. Karena semenjak suaminya meninggal, Mayang lebih memfokuskan dirinya untuk masa depan sang anak. Tanpa ada kepikiran, untuk mencari pengganti Devandi dihatinya. Karena, cintanya sudah dia kubur bersama perginya sang suami tercinta.Dan, menurut Mayang sendiri, malam ini seperti malam biasanya, di mana semua orang sudah tertidur lelap di peraduan mereka masing-masing. Termasuk dengan adiknya, Dinda dan suaminya Arman.Yang, tanpa dia sadari. Saat pertama kali dia keluar dari kamarnya itu, dia sudah diperhatikan oleh seseorang dari arah gelap.Mayang yang tidak mengetahui hal itu, dengan santainya mengambil gelas serta air, dan langsung meminumnya. Karena melihat pergerakan bibir serta tenggorokan Mayang yang naik turun, saat meminum air tersebut. Membuat seseorang yang dari tadi bersembunyi di arah kegelapan malam itu, tersenyum menyerigai.Setelah merasa hausnya hilang, Mayang pun mengisi kembali gelas tadi untuk dibawa kedalam kamar. Agar, saat Fikry juga merasakan haus, dia tidak susah payah lagi untuk mengambilnya ke dapur.Dan saat membalikkan badan, Mayang dibuat terkejut oleh kehadiran seseorang yang berdiri di belakangnya. Untung saja gelas yang ada ditangannya itu, tidak sampai jatuh dan pecah ke lantai."A-arman! Sejak kapan kamu di sini?! Dan mau apa kamu?!" Sentak Mayang yang sedikit takut, dan segera bersingsut ke belakang. Karena terkejut mendapati suami dari adiknya itu, sudah berdiri di belakangnya tadi.Apalagi, mengingat keadaan dan suasana yang sunyi sepi seperti malam ini. Mayang jadi takut, kalau tiba-tiba saja, iparnya itu akan melakukan hal yang tidak baik kepada dirinya. Apalagi, mengingat siapa dia sebenarnya.Sedangkan orang yang ditanya, malah tersenyum. Seperti tidak terjadi apa-apa. Dan dengan santainya, sang adik ipar menjawab pertanyaan Mayang, kakak iparnya itu."Oh, kakak ipar. Tidak usah takut, Santai saja. Aku tidak gigit, kok. Kakak tenang saja, aku baru kok di sini. Dan mau ambil air juga untuk minum. Haus, Nih," jawab Arman yang memperlihatkan gelas kosong ditangannya."Kakak ipar sendiri ngapain malam-malam di dapur sendirian? Kesepian, ya? Hhmm," kelakar Arman, yang tersenyum dan tanpa rasa malu berucap seperti itu, sambil melipatkan kedua tangannya di dada."Tidak, kok!" Ucap Mayang cepat. "Saya, cuma ambil air minum saja!" Sentak Mayang dengan cepat dan ketus.Mayang sangat takut dan tidak nyaman berada diposisi seperti ini. Apa lagi, melihat senyuman yang ada di bibir Arman. Bagi Mayang sendiri, senyuman Arman itu sangatlah menakutkan di matanya."Kalau begitu, saya permisi!" Balas Mayang, yang berlalu pergi dengan cepat dan sangat tergesa-gesa.Melihat tingkah Mayang, Arman pun tersenyum senang. Karena, menurut Arman sendiri, sikap Mayang itu sangatlah lucu. Dan sebelum Mayang benar-benar menjauh, Arman kembali berucap,"Tunggu dulu kakak ipar!"Mendengar dirinya dipanggil, Mayang pun berhenti. Tetapi, dia tidak membalikkan tubuhnya untuk menghadap Arman."Apa?!" Jawab Mayang, dengan dingin."Tidak ada apa-apa, sih. Cuma mau mengingatkan. Kalau tidur, jangan lupa kunci pintu. Karena, orang bisa saja masuk disaat kamu tertidur. Dan satu lagi, saat tertidur, kamu sangatlah cantik." Celetuk Arman, dengan tersenyum lebar. Karena merasa senang, sehingga memperlihatkan giginya yang putih. Sedangkan Mayang, mendengar ucapan adik iparnya itu, membuat bola matanya membulat sempurna.Karena mendengar ucapan dari Arman, Mayangpun langsung berjalan dengan sangat cepat, dan berlari menuju kamarnya. Melihat itu, Arman pun tersenyum senang. Karena, malam ini dia sudah menjahili Mayang sang kakak ipar.☘️☘️☘️Sesampainya di dalam kamar, Mayang cepat-cepat mengunci pintu. Dia sekarang sangat ketakutan setelah mendengar ucapan Arman tadi. Dan, setelah meletakkan air minum tadi di atas nakas, Mayang pun duduk di atas tempat tidur sambil memperhatikan Fikry yang terlelap."Apakah aku lupa, mengunci pintu kamar tadi? Dan, apakah, dia masuk ke kamar ini, saat aku dan Fikry ketiduran? Kalau benar, betapa cerobohnya, aku. Sehingga, laki-laki lain dapat melihat aku tidur." Ucap Mayang menggerutu sendiri, mengingat kecerobohan yang sudah dia lakukan."Ya allah, hamba mohon. Tolong dan lindungilah hamba dan anak hamba, dari orang-orang yang berniat untuk menzolimi hamba," tutur Mayang yang meminta perlindungan kepada Allah. Dan, malam ini Mayang tidak bisa tidur dengan tenang.💦Tepat adzan subuh, Mayang terbangun. Dia merasa baru sebentar dia tertidur, sekarang bangun lagi. Entah jam berapa Mayang bisa tertidur. Seingatnya, tadi malam dia tidak bisa tidur. Karrna dia berjaga-jaga, kalau saja pintu kamarnya, tiba-tiba dibuka oleh seseorang.Setelah melaksanakan dua rakaat, dan sebelum memulai aktifitasnya kembali, Mayang menyempatkan dirinya sebentar, untuk melihat anak lelakinya yang masih tertidur. Dan, setelah memastikan kalau Fikry benar-benar sudah aman, Mayangpun keluar kamar dan menuju ke arah dapur untuk mulai membuat sarapan. Dia teringat ucapan Dinda kemarin, kalau adiknya itu, ingin berangkat lebih awal, dikarenakan akan berangkat keluar kota.Sedangkan untuk sarapan, biasanya Mayang hanya membuat makanan yang ringan-ringan saja. Seperti hari ini, Mayang membuat nasi goreng dan tahu isi. Dan minumannya teh manis hangat serta segelas kopi untuk Arman, adik iparnya itu.Biasanya kalau membuat nasi goreng, Mayang akan membuat lebih, agar dia dan anaknya bisa kebagian juga. Itupun tanpa sepengetahuan Dinda adiknya. Karena, Dinda sendiri tidak bisa mencek-nya, sebab Dinda tidak ada waktu saat pagi hari. Karena, dia harus pergi mengajar. Sedangkan Arman suaminya, bekerja di perusahaan dia sendiri.Biasanya, Dinda yang duluan pergi mengajar, barulah setengah jam kemudian suaminya pergi untuk bekerja. Seperti saat ini, setelah sarapan, Dinda buru-buru berangkat. Katanya, ada urusan penting. Sedangkan suaminya, setelah sarapan langsung menuju kamarnya. Sementara, Mayang sendiri membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor.Saat asiknya mencuci piring, tiba-tiba Mayang dikejutkan oleh suara seseorang."Apa tidurmu nyenyak tadi malam kakak ipar?" Tanya Arman sambil tersenyum.Mendengar suara Arman, Mayang pun berbalik. Dan menampaki, kalau dia sudah berdiri di belakang Mayang, dengan hanya berjarak semeter saja. dan tidak lupa senyuman yang selalu menghiasi di bibir Arman.Melihat Arman, membuat Mayang benar-benar jengkel. Apalagi melihat senyuman di wajahnya, membuat Mayang sangat muak."Mau apa kamu di sini?!" Sentak Mayang ketus dengan menajamkan matanya kepada Arman."Seperti semalam, aku mau ambil minum, nih." Balas Arman yang memperlihatkan gelas di tangannya."Di meja sana, kan ada air! Kenapa kamu susah-susah ambil di sini?!" Tanya Mayang dengan sinis."Tidak apa-apa. Lagi ingin saja, ambil di sini. Sekalian lihat wajah galak, kamu. Cantik!" Kelakar Arman dengan terkekeh."Kamu!""Sudahlah. Aku cuma bercanda, kakak ipar," balas Arman. "Bagaimana semalam, apa kamu tidur dengan nyenyak?" Tanya Arman lagi, yang mengulangi kembali pertanyaannya tadi.Mendengar pertanyaan, Arman. Membuat Mayang memasang wajah marah."Apa kamu semalam, masuk ke kamarku?!" Tanya Mayang tegas kepada adik iparnya itu.Pertanyaan Mayang tidak dijawab oleh Arman. Dia cuma tersenyum memandang wajah Mayang, yang sedang marah. Baginya, wajah Mayang yang sedang marah, sangatlah lucu dan menggemaskan.Melihat Arman yang hanya tersenyum tanpa mau menjawab, membuat Mayang makin murka dan meradang."Jawab Arman! Apa kamu masuk,diam-diam ke kamarku semalam?!" Bentak Mayang lagi, dengan intonasi yang sedikit tinggi. "Menurutmu, apa aku masuk ke kamarmu?" Tanya Arman pula. Bukannya menjawab, Arman malah bertanya balik ke kakak iparnya itu. Sehingga, membuat Mayang makin meradang."Kamu memang brengsek, Arman!""Dari dulu hingga sekarang, kamu benar-benar brengsek! Aku membencimu!" Bentak Mayang, yang meluapkan semua emosinya."Tapi aku tetap cinta!"Hening"Kalian sedang apa?!" Bersambung"Tapi aku tetap cinta!" Balas Arman cepat.Hening"Aku cinta padamu, Mayang!""Aku jatuh CINTA, pada pandangan pertama denganmu! Saat aku melihatmu, Otak dan pikiranku membeku! Di mana, hanya ada KAMU! KAMU! Dan KAMU!""Ingat! Sampai kapan pun, dan di mana pun kamu berada, aku akan tetap menjadi Bayangan Hitam buatmu! Dan, aku akan selalu mengikutimu!""Kamu, akan menyesali atas keputusanmu hari ini!""Dan, ingat! Aku akan menghancurkan, orang-orang yang ada di sekelilingmu! Sama seperti kamu, yang menghancurkan dan memporak-porandakan hati dan perasaanku saat ini!""Ingat, itu, Mayang!"Seketika, kata-kata yang terdengar olehnya beberapa tahun yang lalu, kini kembali terngiang-ngiang di pikiran dan otak Mayang. Membuat tubuhnya sedikit ambruk dan menggigil. Sehingga, laki-laki yang berdiri di hadapannya itu, tersenyum senang. Sambil menyerigai, Arman bertanya kepada Mayang,"Apa yang kamu pikirkan, kakak ipar? Apa, kamu mengingat sesuatu? Hhmm," tanya Arman dengan santainya.Mendenga
Mendengar dentuman yang begitu keras, Mayang langsung berbalik dan melihat ke arah jalan. Dan, betapa terkejutnya Mayang, saat melihat putranya sudah tersungkur ke tanah dengan tubuh bersimbah darah. "Fikryyyyyyyyyy!!!" Mayang berlari seperti orang kesetanan memanggil nama anak lelakinya itu. Dan, segera merangkul tubuh kecil yang sudah tak berdaya itu. Mayang meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian, untuk menolong putranya. Dengan cepat mereka membawa Fikry ke rumah sakit, dengan menggunakan sepeda motor yang di bonceng oleh tetangga. Dan, Mayang menggendong tubuh mungil Fikry, yang sudah bersimbah darah, yang sudah tidak sadarkan diri.Sesampainya di rumah sakit, Mayang langsung menuju UGD untuk memeriksa keadaan anaknya. Setelah memasuki ruangan tersebut, perawat mempersilahkan Mayang untuk menunggu di luar. Sedangkan dokter dan perawat tersebut sibuk memeriksa tubuh Fikry. Saat ini, penampilan Mayang sunggung sangat memprihatinkan. Mata yang sembab
POV DindaHati dan perasaanku saat ini benar-benar hancur. Bagaimana tidak, laki-laki yang namanya, selama ini aku sebut dalam setiap doaku, sudah resmi menjadi milik orang lain. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, dia menjadi kakak iparku sendiri. Kalian, mungkin, tidak akan tahu rasa sakitnya seperti apa? Kami sangat dekat, tetapi, tak bisa aku sentuh. Tak bisa aku raih. Apa lagi, memilikinya. Kenapa?! Kenapa kamu lebih memilih dirinya?! Kenapa kamu lebih memilih, menjadi kakak iparku?! Kenapa kamu tak memilih aku?! Kenapa?!Harusnya, aku yang ada di sampingmu! Harusnya, aku yang tersenyum bersamamu! Harusnya, aku yang bersanding bersamamu! Harusnya, aku yang menggenggam jemarimu!Harusnya, aku yang jadi istrimu! Aku!! Bukan, Dia!Tapi, kenapa kamu malah memilih kakakku?! Kenapa? Kenapa, DEVANDI NARENDRA?!Bukankah, aku yang pertama kali mengenalmu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang berbicara kepadamu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang menikmati senyum hangatmu,Dan,A
POV Dinda 2Saat memasuki toko kue Cempaka, mata ini disuguhi oleh beraneka ragam macam kue. Mulai dari kue tart, bolu, brownies, cake dan yang lainnya. Mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran yang besar, yang pasti harganya juga bervariasi.Bagi orang berduit, mungkin mereka tinggal ambil kue yang mana mereka inginkan, tanpa harus melihat harga. Sedangkan kami, yang hanya berekonomi rendah. Ya, harus pikir-pikir dulu, kue mana yang cocok untuk di kantong.Dan, pada saat lagi asik melihat harga brownies, yang hendak mau aku beli. Tiba-tiba saja, ada seseorang yang memanggil aku dari belakang. "Anak Ayam, kamu sedang apa di sini?"Mendengar panggilan seperti itu. Aku merasa, kalau yang memanggil aku adalah... Dan, saat aku berbalik, ternyata benar kalau dia adalah Pak Dosen jutek itu, hhmm."Eh! Pak Dosen. Ini, aku mau beli brownies, he," ucapku sambil nyengir. "Bapak sendiri lagi apa disini?" Tanyaku balik kepada Pak Devan, yang sudah berdiri di hadapanku."Ya, sama dengan kamu
FlashBackBeberapa tahun sebelumnya,Sore itu, Dinda baru saja selesai mengikuti pelajaran. Tiba-tiba henphonenya berbunyi, setelah dilihat ternyata tertulis 'my sister'. "Assalamu'alaikum. Ya kak," ucap Dinda saat menjawab telepon dari kakaknya."Apa?! Di rumah sakit mana?!" Tanya Dinda yang berteriak karena terkejut mendengar penuturan kakaknya didalam telpon, hingga air mata Dinda menetes keluar. "Iya. Iya, kak. Aku akan segera kesana secepatnya. Tunggu, aku, kak!" Tutur Dinda yang mulai panik dan langsung mematikan teleponnya."Ada apa, Din? Kok, kamu tiba-tiba menangis, setelah menerima telepon," tanya Rani sahabatnya, yang terkejut melihat Dinda yang sudah berurai air mata."Ran, tolong antar aku ke rumah sakit Sekar Asih. Kakak aku kecelakaan, Ran! Dia ditabrak mobil!" Sentak Dinda yang menangis sambil memegang tangan sahabatnya itu."Astagfirullah! Yang sabar ya, Din. Tapi, keadaan kak Mayang, tidak apa-apa kan?" Tanya Rani yang juga terkejut mendengar berita yang disampaika
Setelah kepergian dosennya itu, Dinda tersenyum-senyum sendiri. Membuat Mayang jadi penasaran. Sehingga Mayang bertanya kepada adiknya itu,"Perasaan dari tadi kakak lihat, kamu tersenyum terus menerus, Dinda? Apalagi, semenjak mengantarkan dosen kamu itu. Apa kamu menyukainya? Hhmm," tanya Mayang kepada adiknya itu."Apa'an sih kak, tidak ada, kok. Siapa, juga yang suka sama dosen killer seperti itu. Sudah killer, dingin lagi kayak kulkas dua pintu," celetuk Dinda yang mencoba menutupi perasaannya kepada kakaknya sendiri."Ah, yang benar. Tapi kok, mukanya jadi merah begitu. Hhmm," sindir Mayang, sambil menggoda adiknya itu, dengan menaik turunkan alisnya."Apa'an sih, kak. Tidak ada waktu, untuk mengurus hal begituan. Mendingan, aku mengurus kakakku yang cantik ini, biar cepat sembuh," timpal Dinda lagi, sambil memeluk tubuh Mayang.Mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik, Mayang jadi terharu."Doain kakak ya, biar cepat sembuh. Biar kakak bisa kerja lagi. Agar kamu tidak pus
POV MayangUmurku waktu itu, baru memasuki 14 tahun. Tapi, takdir sudah memaksaku, untuk menjadi tulang punggung dan kepala keluarga. Kepergian kedua orang tuaku, membuat aku, harus dewasa diumur yang masih muda.Sebagai seorang kakak, aku harus bertanggung jawab, atas kehidupan adikku, Dinda. Dan, demi kebutuhan dan kehidupan kami berdua, aku harus mengorbankan masa kecilku untuk mencari sesuap nasi.Ya, waktu itu, aku, harus rela berhenti sekolah untuk bekerja. dikarenakan juga, tidak ada biaya. Ayah dan ibuku tidak meninggalkan harta warisan atau barang berharga, apapun. Karena, kami memang bukan dari kalangan orang berada. Tetapi, beliau masih meninggalkan sepetak rumah. Walaupun, rumah itu, sudah tak layak huni.Dan, demi memenuhi isi perut kami, akupun bekerja jadi tukang cuci piring, disalah satu warung bakso. Meski, diupahi tidak seberapa, tetapi, alhamdulilah bisa membuat kami untuk makan.Seminggu aku bekerja di warung bakso, kejadian buruk hampir mengenaiku. Malam itu, aku
Pov Mayang (2)"Kamu telah mencuri hati, saya!" Sentak Pak Arman dengan tegas."Hah?!" Ucapku syok.Aku, yang mendengar penuturan dari Pak Arman, yang begitu tiba-tiba, malah menjadi syok dan terkejut."Maksud Bapak, apa, ya? Saya kurang mengerti?" Ucapku yang tidak paham atas ucapan beliau yang begitu tiba-tiba itu."Baiklah. Saya, akan ulangi ucapan saya sekali lagi. Tapi tolong, dengarkan baik-baik. Saya, suka sama kamu, Mayang. Kamu mau, jadi kekasih, saya?" Ucap Pak Arman to the poin."Apa?! Bapak lagi bercanda sama, saya, ya?" Tanyaku lagi dengan tersenyum canggung."Apa, saya kelihatan bercanda?!" Tanya Pak Arman dengan serius melihat ke arah mata ini.Mendengar ucapan Pak Arman, aku pun menggeleng cepat, "tidak, Pak.""Saya serius, Mayang. Kalau saya, benar-benar suka sama, kamu. Dan saya, ingin mengenal kamu lebih dekat." Pak Arman yang menjelaskan maksud dari ucapannya itu."Tapi, apa Bapak tidak salah, suka sama saya? Saya, cuma wanita rendahan lho, yang menjadi bawahan da