Share

Lebih dari selamanya
Lebih dari selamanya
Penulis: Alvin NH+

1. Mimpi

~Dia datang dalam mimpi. Bertemu keesokan hari. Berdebar di kemudian hari. Apakah ini namanya jatuh hati meski hanya pertemuan dini~

                                         

                       🥀🥀🥀

Senja memancarkan warnanya di pelupuk langit. Menghias suasana menjadi membukit. Merekam momen yang sudah lama belum bangkit. Berdebar menyaksikan saat ini. Mungkin suatu saat terbiasa memandang seperti ini. 

Gadis yang rambutnya tergerai berkilau. Harum memukau. Meratapi kehidupan demi pendidikan dengan merantau. Sambil mendorong pelan tas koper, ia langkahkan kaki menebar asa dan doa. Melepas ketegangan berupa keikhlasan. Ia siap menjalani hari-hari menjadi seorang Detektif. Menghimpun masalah, melacak, bahkan membuktikan dengan cara yang signifikan. 

Situasi bandara sore itu sangat lengang. Para penumpang pada sibuk dengan kegiatan masing-masing. Maka, ia menyibukkan diri dengan bermain game terfavorit. Game yang tidak akan habis-habisnya menguras tenaga dan lebih parahnya membuang waktu saja. Sesekali ia melirik jam tangannya. Masih kurang dua jam lagi penerbangan akan diberangkatkan. 

Game sungguh menghipnotis semuanya. Rasa candunya berujung kekecewaan. Tanpa sadar, ia bermain game dua jam lebih. Pesawat sudah lepas landas. Ia mematahkan kekesalan sendiri. Berulang kali mengacak-acak rambutnya dengan penuh penyesalan. Keberangkatan pesawat menuju Jakarta hanya bisa dijadwalkan besok pagi. Ia terpaksa tinggal di lobi. 

"Udara sangat dingin." Seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. Ia perlahan menatap pria itu dari atas sampai ke bawah. Pria klasik memakai kaos oblong dilapisi jaket jeans. Mengenakan headset mendengarkan lagu dengan nikmat. Celana juga berbahan jeans. Ia sudah bisa menebak bahwa pria yang di sampingnya adalah mahasiswa. Pria itu merasa terus diawasi maka ia pun berbalik memandangnya. Dengan cekatan, ia mengalihkan pandangan. 

"Jangan melihat aku seperti itu," katanya tersenyum mendengus. 

"Siapa yang melihatmu. Aku dari tadi melihat pemandangan." Pria itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Meluruskan pandangan Gadis itu ke arah mana. Pria itu bisa menangkap Gadis itu melihat nenek dan kakek yang sedang bermanja.

"Kau bohong." Gadis itu merasa skakmat.

"Namamu Amanda kan? Namaku Arjuna." 

Tebakan pria itu benar-benar tidak main. Alangkah baiknya, Amanda lebih bersikap dingin dan pendiam agar Arjuna tidak bertanya melulu. 

"Kau lahir di bulan sabit saat senja tepat pada hari ini." Arjuna sungguh gila. Soal kapan kelahiran Amanda ia juga tahu. 

"Aku bulan purnama saat ada pelangi. Maka dari itu, namaku Arjuna dan namamu Amanda."

Amanda langsung memberinya tatapan yang tajam sebagai peringatan.

"Maaf Arjuna. Tebakanmu salah. Dan aku sama sekali tidak mengenalmu."

"Kau bohong lagi. Padahal kau tidak tau kenapa alasanku datang kesini."

Arjuna melepaskan headsetnya. Memandang lekat wajah Amanda. Wajah yang sepuluh tahun ia dambakan dan sengaja bertemu di saat dia dilahirkan.

"Aku adalah masa lalumu yang tak akan pernah menjadi masa depanmu." 

Amanda menyergah tak maksud apa yang ia katakan. Arjuna mendadak memegang lembut rambutnya dan menepiskan rambutnya ke belakang daun telinga. 

"Kita sama-sama masa lalu. Pergi ke masa depan yang tak akan pernah kau ingat." 

"Aku datang dalam mimpimu hanya mengingatkan. Pergi dari mimpimu untuk melupakan," lanjutnya.

Amanda hanya menekuk alisnya tak mengerti perkataannya. 

"Arjuna, mungkin kau salah orang. Aku sama sekali tidak mengenalmu." Amanda kekeh tidak mempercayai perkataannya. 

"Aku tidak memaksamu mengingatkannya. Cukup aku saja yang mengingat semua itu."

Amanda terdiam terpaku memandangnya. Entah kenapa, perasaan saat berada di dekatnya seperti sudah pernah akrab. Wajahnya pun tak asing. Tapi hati Amanda bersikeras untuk tidak mudah mempercayai laki-laki yang baru dikenalnya. 

Malam makin dekat. Dingin pun amat pekat. Udara berhembus menghebat. Amanda meremas tangannya kedinginan. Musim pancaroba seperti ini merisaukan seluruh penduduk. Pagi dinginnya sempat. Siangnya panas menghebat. Malamnya menggelitik pekat. Arjuna dengan cekatan mengalungkan shallnya ke lehernya. Amanda memandangnya penuh arti. Dingin melekat, hati pun berdebar hebat. Perasaan apa yang ditorehkan ketika Arjuna datang?

Amanda bukanlah tipe yang suka memainkan perasaan lelaki. Tidak mudah menerima cinta lelaki jika ia memang benar-benar mencintainya. Apakah Arjuna termasuk orangnya? 

"Sudah tidur besok ketinggalan pesawat lagi." Arjuna memberi perhatian. Amanda menyandarkan punggungnya ke dada kursi lobi. Mata sudah ia upayakan agar bisa tidur. Tapi Amanda tak bisa membohongi kalau ia mengalami insomnia. 

Suasana sangat sepi. Matanya tidak mengantuk sama sekali. Arjuna merasakan perasaannya. Ia pun terbangun. Melihat mata Amanda yang masih menyala.

"Tidak bisa tidur?" 

Amanda menggelengkan kepala. 

"Aku dongengin."

Arjuna mengatur posisi agar bisa bertatap muka dengannya. Hati Amanda makin berdebar. 

"Aku adalah Arjuna..."

Arjuna menceritakan dongeng kehidupannya. Nama lengkap Arjuna adalah Arjuna Wiratikta. Anak pertama dari tujuh bersaudara. Menempa beban keluarga dan membina adik-adiknya mencapai tujuannya. Arjuna adalah seorang Dokter Spesialis Bedah. Hal yang paling menyakitkan baginya menjadi Dokter ketika salah satu dari keluarganya mengalami kecelakaan tunggal. Ya. Adik pertamanya yang bandelnya minta ampun. Belum memiliki stnk dan sim sudah berani mengendarai motor. Parahnya lagi, enggan memakai helm. 

Terlepas dari itu semua, Arjuna melakukan apapun demi menyembuhkan adik pertamanya. Untungnya, dia tidak diberi hukuman. Cuma diberi surat peringatan. Ia mengalami luka dalam di bagian lutut. Arjuna merasa lega usaha untuk menyembuhkan adiknya berhasil sempurna. Ia siuman dalam beberapa jam setelah dioperasi. 

"Bagaimana dengan dongengku?" 

Amanda tersenyum kemudian.

"Itu bukan dongeng tapi cerita fiktif."

"Bagaimana dengan dongengmu?"

"Tidak ada."

"Ayolah nanti tidak terasa sudah pagi."

"Baiklah. Namaku adalah Amanda."

Amanda menuruti kemauannya. Nama lengkap Amanda adalah Amanda Hanif. Nama belakang Hanif diambil dari singkatan nama orang tuanya, Hamidah dan Nadif. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Ya. Ia hanya memiliki satu adik namanya Arafa. Ia masih duduk di bangku SMA akhir. Dibilang bandel tidak terlalu. Mungkin bandelnya karena ada yang menyakitinya atau menyakiti keluarganya. 

Amanda adalah seorang Detektif. Alasan  terjun ke dunia Detektif karena meneruskan pekerjaan Ayahnya. Ayahnya yang sampai menyandang status tertinggi sebagai hakim tak mematahkan semangatnya mengikuti jejak Ayahnya. Ibunya seorang koki yang sedari kecil memang hobi memasak. Lucunya, saking hobi sekali memasak, ia punya cita-cita ingin segera menikah dengan Nadif. Ia kekeh hanya menerima lamaran dari Nadif. 

Mereka larut dalam alur cerita hingga tak sadar tertidur saling menyender kepala.

Paginya seseorang tiba-tiba menyemprotkan air ke wajahnya sambil terus mengomel. Tak tahan dengan suara cempreng menggelegarnya, Amanda terbangun. Ia kira di depan matanya adalah Arjuna. Ternyata ibunya sendiri.

"Cepat bangun ini sudah jam berapa? Nanti klienmu marah," kata ibu yang terus mengomel.

"Iya, aku mandi," jawab Amanda

Amanda bergegas masuk ke kamar mandi. 

Terlepas dari itu semua, Amanda hanya mimpi bukan kenyataan. Mimpi yang menimbulkan tanda tanya besar baginya. Siapa Arjuna yang sebenarnya? 

                           🌨🌨🌨

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Syam Ani
kurang mantab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status