Share

Married With My Anti-fan
Married With My Anti-fan
Penulis: Hasmira

Pertemuan Pertama

"Eh, parah ganteng banget!"

"Aku hampir mimisan waktu pertama kali melihatnya!"

"Ternyata lebih ganteng aslinya dari pada di foto atau video."

Langkah seorang wanita muda terhenti saat tak sengaja mendengar pujian berlebihan dari beberapa gadis yang berdiri di dekatnya. Tak jauh dari mereka terdapat kerumunan yang entah di sebabkan oleh apa. Wanita itu mencoba menghampiri gadis-gadis itu untuk bertanya karena penasaran.

"Halo, adik-adik! Boleh saya menanyakan sesuatu?"

Ketiga gadis itu menoleh bersamaan saat mendengar suara seseorang di belakang mereka.

"Ada apa, Kak?" ucap salah satu di antara mereka.

"Itu yang rame-rame ada apa, ya?" tanya wanita itu sambil menunjuk kerumunan di depan mereka.

"Oh, itu Kak, ada Aktor yang datang!" jawab yang lainnya.

"Aktor?" gumam wanita itu pelan.

"Iya kak, ganteng pake banget! Untung tadi aku sempat melihatnya sebelum kerumunan semakin banyak," ucap salah satu di antara mereka yang terdengar sangat excited.

Wanita itu melirik ke arah kerumunan yang semakin lama semakin ramai. Sepertinya Aktor itu memang sangat terkenal karena banyaknya orang-orang yang berkerumun ingin melihatnya.

"Memang itu, Aktor siapa, dek?" tanya wanita itu semakin penasaran.

"Aktor Arzan."

Wanita itu sedikit membulatkan mata mendengar, "Aktor Arzan Galen Pratama?" tanyanya memastikan.

Gadis-gadis itu mengangguk.

Wanita itu segera mendekati kerumunan setelah berterimakasih kepada gadis-gadis tersebut.

Kerumunan yang didominasi kaum hawa tersebut saling berdesakan ingin melihat idola mereka. Wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah sang aktor karena berada di belakang kerumunan. Ia berusaha mencari celah untuk bisa masuk ke dalam kerumunan. Karena tubuhnya tidak terlalu besar, ia bisa menyelip masuk di antara orang-orang sampai berdiri paling depan.

Wanita itu membeku sejenak. Matanya seakan tak berkedip menatap seorang lelaki yang terlihat sangat tampan. Ia terpesona melihatnya. Namun, wanita itu segera tersadar dan memukul kepalanya pelan untuk menyadarkan diri.

"Heh, kamu harus ingat bahwa dia adalah orang yang kamu benci," ucap wanita itu mengingatkan dirinya sendiri.

Wanita itu menurunkan bagian depan topi yang digunakannya agar wajahnya tidak terlalu terekspos.

Sang Aktor tengah melayani penggemar penggemarnya yang meminta foto bersama ataupun tanda tangan. Lelaki itu sungguh tampan bak pangeran kerajaan. Postur tubuhnya yang tinggi tegap, kulitnya putih bersih, mata indah dengan tatapan menghangatkan, serta hidungnya yang mancung. Tak heran jika mereka rela berdesakan demi milihat wajah tampan itu.

"Yang tertib, yah, kalau mau foto atau minta tanda tangan!" ucap lelaki itu mengingatkan.

Wanita itu diam menatap datar Aktor Arzan. Jarak mereka tidak terlalu jauh dan rasanya ia ingin memukul kepala lelaki itu yang terus tersenyum ramah. Baginya senyum itu terlihat memuakkan, palsu dan penuh kebohongan. Tangannya menggenggam erat minuman plastik yang sejak tadi dipegangnya sebagai pelampiasan kekesalannya.

Senyum wanita itu mengembang saat menyadari sesuatu. Matanya menatap minuman dingin rasa coklat yang belum diminum olehnya.

Matanya melirik ke sana kemari untuk mempelajai situasi sekitar. Terdapat beberapa wartawan yang membawa kamera, berada jauh darinya. Kerumunan juga semakin ramai membuatnya lumayan tertutupi. Para penjaga terlihat lengah karena kewalahan menghadapi kerumunan yang semakin ramai. Apalagi beberapa penggemar saling dorong agar bisa mendapat kesempatan berfoto atau tanda tangan idolanya.

Wanita itu membuka tutup minumannya, lalu berjalan mendekati sang aktor.

Aktor Arzan menoleh dan melihat seorang wanita menggunakan topi tersenyum manis ke arahnya.

"Ini hadiah pertemuan pertama kita."

Aktor Arzan mengernyit bingung mendengarnya. Detik selanjutnya, wajah dan bajunya sudah dipenuhi cairan berwarna coklat.

"AAA!!!"

Teriakan histeris yang didominasi kaum hawa terdengar jelas saat melihat kejadian itu. Kerumunan penggemar menjadi kacau. Pelakunya sudah berlari entah kemana.

Arzan masih diam karena syok tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu.

Beberapa laki-laki berbaju hitam dengan tubuh besar berotot segera mengambil posisi membentuk lingkaran mengelilingi lelaki yang harus mereka lindungi. Mereka mendorong kerumunan penggemar yang berdesakan ingin melihat keadaan sang idola. Lelaki itu langsung dibawa menjauh dari kerumunan massa yang semakin agresif dan penasaran. Para wartawan berusaha mengambil gambar sebanyak-banyaknya agar tidak ketinggalan momen penting ini.

"Minggir! Minggir!!! Jangan ada yang mendekat!" teriak salah satu bodyguard yang bertugas menyingkirkan orang-orang yang menghalangi mereka.

***

Seorang wanita muda tengkurap di kasur kesayangannya dengan kedua siku menyangga berat badannya. Tangannya sibuk memasukan Snack ke dalam mulut yang tak henti tertawa. Matanya menatap ke depan layar televisi yang terdapat di depan ranjangnya. Beberapa kali ia berguling karena menertawakan tayangan di tv.

"Haha, mampus kamu!" serunya di sertai kekehan.

Layar televisi menampakan potongan video dan foto seorang lelaki yang dikerubungi orang-orang dan berusah menutupi wajahnya yang terkena cairan berwarna coklat. Meski berusaha menutupi wajahnya, tetap saja ada yang berhasil mengambil gambar orang tersebut yang terlihat jelas kotoran di wajah dan bajunya. Wanita itu dengan senang hati membantu menyebarkan foto tersebut di internet.

"Seneng banget kayaknya. Apa yang lucu?"

Seorang laki-laki masuk ke dalam kamar wanita itu karena melihatnya terus tertawa. Seakan ada yang sangat lucu

"Tuh, di TV ada yang kena karma," ucapnya masih tertawa kecil.

Laki-laki itu menatap TV lalu menggeleng prihatin saat melihat berita infotainment mengenai salah satu aktor sekaligus penyanyi terkenal yang di serang oleh seorang Anti-fan. Ia menghela nafas lelah melihat kelakuan sepupunya yang malah senang melihat penderitaan orang lain.

"Kara, tidak boleh tertawa di atas penderitaan orang lain," nasihat laki-laki itu.

"Tapikan itu lucu, Dito. Lihat deh mukanya cemong kena kotoran," ejek Kara malah tambah tertawa padahal tadi tawanya sudah mulai reda.

Laki-laki bernama Dito itu menggeleng tak percaya, "Memang gila nih anak! Orang kena musibah malah diketawain."

Kara berusaha menghentikan tawanya, "Bukan aku yang mau ketawa, tapi mulutku yang maksa."

"Ngaco kamu!" Dito duduk di ujung kasur wanita itu, "Em... Btw, bukan kamu kan yang melakukan itu?" tanya Dito sedikit ragu.

Kara mengubah posisinya jadi duduk dan menatap Dito kesal, "Heh, jangan fitnah kamu," elaknya tak terima.

Dito menghela nafas lega, "Haa, untung kalau bukan kamu. Aku kira kamu nekat melakukan itu karena tidak suka dengan aktor itu."

"Ya, gak mungkin lah aku seberani itu."

"Bagus kalau begitu."

Kara tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan sepupunya itu. Ia memang tidak menyukai salah satu aktor papan atas dunia hiburan. Bukan tanpa alasan, ia tidak menyukainya karena sifat dan perilaku artis itu yang terlihat sombong, terkenal suka main perempuan, tempramen dan kasar serta suka berkelahi. Sebenarnya Kara tidak pernah melihat semua perilakunya secara langsung tapi salah satu orang yang dikenalnya, katanya pernah menjadi korban pria itu.

"Sebaiknya kamu segera mencari pekerjaan!" pinta Dito sambil menatap wanita yang masih menikmati tayangan infotainment yang belum selesai.

"Iya!" jawabnya patuh. "Kalau sempat, hahaha," lanjut Kara tertawa lebar.

Dito mendorong kepala Kara pelan, "Jangan mentang-mentang orang tua kamu kaya raya, kamu jadi pemalas seperti ini dan malah sibuk mengurusi Artis yang tidak ada hubungannya dengan kamu," nasehat laki-laki itu.

Kara menatap Dito kesal, ia mendorong tubuhnya agar turun dari kasurnya. "Bukan urusan kamu! Sana keluar dari kamarku."

Tanpa perlawanan Dito berdiri dari kasur Kara.

"Aku hanya menasehatimu sebagai sepupu yang baik," ucap Dito sambil melangkah keluar kamar.

"Bodoh amat!" ucap Kara tak peduli.

Kara berbaring di kasurnya setelah laki-laki tadi keluar. Ia menghidupkan ponselnya dan mulai melaksanakan aksi yang biasa ia lakukan. Ia memulai kegiatan stalker-nya dan mencari-cari informasi mengenai Artis yang tidak disukainya itu.

Sebuah notifikasi muncul membuatnya segera menekan notif yang muncul. Senyum smirk terbit di bibirnya saat membaca notif yang muncul.

"Dia mau mengadakan fanmeeting? Sepertinya hadiahku tidak membuatnya kapok." Kara tersenyum lebar memikirkan rencana selanjutnya yang akan ia lakukan.

"Tunggu aku, Arzan Galen Pratama!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status