21Ayunda dan Vera terus saja menggoda Keyla yang membuat Keyla jadi malu sendiri dan salah tingkah. “Gimana rasanya malam pertama? Enak, nggak? Mau coba, dong,” celetuk Vera tanpa filter. Ia emang paling blak blakan di sini. Keyla melotot bersamaan dengan Ayunda mendengar celetukan Vera yang asal. “Enak nggak enak juga bukan urusan kamu!! Mending kamu diam deh!!” titahnya yang merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan mereka sejak tadi. Bikin sakit kepala aja. “Tau tuh Vera suka asal kalau ngomong, jadi ikutan pengin deh.” Keyla memutar bola matanya malas. Tidak Vera, tidak Ayunda sama saja. Sama sama gesrek otaknya, minta dicuci pakai air garam kali.“Dahlah, mending aku masuk ke kelas aja. Lama lama di sini bisa botak kepala gue!!” ***“Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang? Kamu pikir kamu menikah dengan saya, kamu bisa hidup seenak kamu?’’ sentak Erlan yang berdiri di dekat sofa dengan tangan yang melipat di dadanya, menahan amarah. Keyla menghentikan langkahnya, de
Brak!!Seorang gadis telonjak kaget karena dosennya tiba tiba saja menggebrak meja di depan teman temannya dan ia sangat malu. Dia adalah Keyla Sherina Razela, seorang mahasiswi yang datang terlambat dan kena amuk dosennya. “Kamu tahu kalau sekarang jam berapa? Dan kamu tahu apa arti sebuah kedisiplinan?” tanyanya. “Saya tahu, pak. Maka dari itu saya minta maaf,” cicitnya takut. Padahal, ia hanya terlambat tiga menit saja tapi tidak ada toleransi baginya. Dosennya yang satu ini memang terkenal killer dan menyebalkan. Banyak mahasiswa yang takut padanya, meski begitu tetap saja banyak dari kalangan dosen wanita maupun mahasiswi yang mengidolakannya dan menginginkan menjadi istrinya. Erlan Dallin Harrison, seorang dosen yang terkenal killer dan sekaligus CEO di sebuah perusahaan terbesar di Indonesia bahkan Asia. Dosen muda yang menyandang status duda beranak dua yang selalu mencari perhatian kaum hawa. Tampan, kaya dan memiliki jabatan membuat siapa saja jatuh hati dan berusaha u
“Apa, pak? Mengasuh anak, bapak?” tanya Keyla memastikan. Yang benar saja, kenapa hukumannya keluar dari jalur kampus. “Iya, saya mau kamu menjadi pengasuh anak kembar saya. Tenang saja, nanti kalau mereka mau sama kamu, saya akan kasih kamu bonus dan juga saya akan bayar gajinya yang sesuai sama seperti pekerja lainnya atau bahkan lebih dari itu.” “Tapi kan saya juga bekerja, pak. Mana mungkin saya resign dari pekerjaan saya,” ucap Keyla. Mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang itu sudah meskipun yang punya gelar sarjana sekalipun kalau tidak ada orang dalam di belakangnya. Ia bisa saja menjadi pengasuh anak kembar dosennya, tapi kan pastinya tidak akan lama. Apalagi anak kembar dosennya sudah lumayan besar. “Ya tinggal resign saja kalau begitu, apa susahnya?” Apa susahnya dia bilang? Mungkin karena ia terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki nama besar yang sangat berpengaruh dan tidak pernah hidup susah makanya dia berkata seperti itu. Berbeda banding dengan dirinya yang
Keesokan harinya, Keyla berpamitan kepada ibunya yang masih berada di rumah sakit untuk bekerja. Iya, dirinya akan bekerja tapi bukan di tempatnya dulu, melainkan di rumah dosen kilernya yang katanya disuruh untuk mengasuh anak kembarnya. Keyla memesan ojek untuk menuju ke rumah dosennya. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Keyla sampai juga ke tempat tujuan. Keyla menatap kagum ke daerah perumahan dosennya yang dipenuhi gedung gedung mewah. Tak heran sih karena perumahan itu khusus untuk orang-orang kaya. “Ini kan rumahnya?” tanyanya pada diri sendiri dan memastikan jika alamatnya itu benar. Ia pun mengambil kertas yang ada di dalam tasnya yang bertuliskan alamat lengkap rumah dosennya. “Iya kok beneran, coba deh aku tanya ke penjaga rumahnya.” Ia pun mendekati gerbang rumah yang ia yakini jika itu adalah rumah dosennya. “Permisi!!” “Iya ada apa, neng? Ada yang bisa saya, bantu?” tanya seorang pria setengah baya yang memakai baju satpam. Ia yakin jika itu adalah penjaga rumah
Seorang gadis nampak muram karena tidak ada perubahan sama sekali pada ibunya, padahal sudah lama ibunya terbaring lemah di rumah sakit yang mengakibatkan dirinya harus bolak balik dari rumah, kampus, tempat kerja dan ke rumah sakit. “Ya Allah kenapa hidup aku susah sekali sih? Apa dosa hamba yang membuat hidup hamba susah? Hamba tau semua orang juga punya ujian masing masing, hamba tau hamba salah. Hamba tidak kuat ya Allah dengan cobaan yang bertubi tub8,” keluh Keyla yang merasa sangat lelah dan hidupnya susah. Ia hanya manusia biasa yang punya rasa capek dan putus asa. Keyla sedang ada di titik terendah dalam kehidupannya, di mana ibunya yang selalu memberikan semangat dan wejangan untuknya jatuh sakit tak berdaya. ***“Kakak,” panggil Vina dengan senyum lebarnya kepada Keyla yang baru saja datang ke rumah mereka. Saat ini ini, mereka sudah ada di depan rumahnya untuk menantu kedatangan Keyla bersama dengan ayah mereka. “Kenapa tidak datang nanti sore, saja?” sentak Erlan mena
“Papa, Vina mau punya mama sama kaya temen temen Vian di sekolah,” ucap Vina merengek, anak kecil itu suka sedih karena tidak pernah melihat mamanya yang wajahnya saja ia tidak tahu. “Iya pa, di sekolah banyak yang dijemput sama mamanya dan diantar mamanya juga. Kenapa kita tidak, pa?” sambung Vino yang mempunyai keinginan tak jauh dari kembarannya. Erlan tertegun mendengar pertanyaan seperti itu, selama ini memang mereka tidak pernah bertanya dan ia juga tidak pernah memberitahu keberadaan mama kandungnya di mana. Hal semacam inilah yang sebenarnya dari awal sudah ia hindari, ia memang sudah memprediksi akan pertanyaan seperti ini. Karena anak kembarnya yang semakin hari semakin tumbuh besar dan mengerti. “Kenapa diam, pa? Kita kan cuma nanya sama papa? Apa benar kalau mama tidak sayang sama kita, makanya sejak lahir tidak ada di sini?”tanya Vina polos, membuat ia tak tega dan tak kuasa menahan air matanya yang mengembun. Ia tidak mungkin menangis di hadapan anaknya, bukan karena
Nampak di kembar senang setelah mendapatkan hadiah dari Keyla. "Makasih banyak ya kak, kakak memang terbaik deh," puji Vina yang membuat Keyla hanya bisa tersenyum tipis saja. "Iya, cocok jadi mama," sambung Vino menyahut, Keyla meringis mendengar kata cocok menjadi mama. Apa apaan coba? ia saja masih mahasiswa dan masih mempunyai mimpi banyak, belum ada kepikiran untuk menikah muda dan punya anak. Kendati demikian, ia tetap diam saja. Hanya menganggap mereka bercanda saja. "Kak?" "Iya," jawab Keyla menatap wajah Vina yang tiba tiba saja sendu. ia bingung, dan was was takut sang anak nangis dan yang disalahkan dirinya oleh bapaknya nanti. "Ada apa, ya?" tanyanya dengan nada lembut. "Kakak mau ya jadi mama, kita?" cicit keduanya kompak yang membuat mata Keyla melebar. Ia membekap mulutnya, kenapa anak sekecil mereka bertanya hal yang demikian. Emangnya mama mereka ke mana saja? tidak mungkin kan kalau Erlan hamil sendiri dan bisa melahirkan anak kembar seimut dan sepintar mereka
"Mama mama ..." lirih seorang gadis kecil dengan mata terpejam memanggil mamanya. Erlan menepuk pelan punggung putrinya pelan dengan perasaan sesak. Ia tidak bisa membayangkan kepedihan yang dirasakan oleh putrinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Jangankan kasih sayang, melihat saja tidak pernah. "Maafin papa, nak," bisiknya pelan. Ia akan melakukan apa saja untuk anaknya. Percayalah jika di luar ia dingin, maka tidak jika ia berada di rumah bersama keluarganya, maka ia akan hangat dan penuh kasih sayang. Dulu waktu ia masih bersama dengan ibu dari anak anaknya juga, ia adalah sosok lelaki yang ceria dan murah senyum tidak seperti sekarang yang sudah seperti tembok saja, datar dan dingin seperti kutub utara. "Semoga kalian bahagia selalu, nak." Erlan memeluk kedua anaknya. jika anak anak sedang sakit, ia memang tidur di kamar anaknya karena tidak tega meninggalkan kedua anak kembarnya dalam kondisi sakit meski hanya satu malam saja. ***Keesokan harinya,