Share

Mengejar Cinta CEO Dingin
Mengejar Cinta CEO Dingin
Penulis: Rein Azahra

Menjual Kehormatan

"Bagaimana? Apa kau yakin akan melakukan ini?"

Tangan itu menelusuri pipi mulus sang gadis yang tengah gemetar ketakutan.

Baru pertama kali dalam hidupnya Anyelir disentuh oleh seorang pria. Suasana di kamar itu cukup gelap hingga ia tak bisa melihat dengan jelas siapa lelaki yang kini tengah berada di atas tubuhnya.

Sinar temaram ini hanya berasal dari lampu balkon hotel yang menerobos masuk melalui celah gorden. Hanya siluet tubuh pria tegap ini yang bisa ia lihat.

Yang jelas Anyelir sangat ketakutan dengan pengalaman pertamanya ini.

Suasana terasa begitu mencekam bagi Anyelir. Deru nafas lelaki itu memburu dan terasa hangat menerpa wajahnya yang pucat pasi.

"Kalau kau ragu, kau bisa membatalkannya sekarang sebelum terlambat." Suara husky yang membuat tubuh Anyelir makin meremang. Suara yang sudah dikuasai hasrat yang sepertinya sudah sampai di ubun-ubun.

Pria itu sepertinya tengah menatap wajah Anyelir seakan meminta sebuah jawaban darinya.

Anyelir mencoba menelisik wajah itu, tapi semuanya hanya terlihat samar. Hanya terlihat kalung perak berbentuk kupu-kupu yang di pakai pria itu.

"Lakukan," bisik Anyelir pelan hampir tak terdengar. Ia memalingkan wajahnya ke samping menahan tetesan air mata yang mendesak keluar dari kedua pelupuk matanya.

Perlahan namun pasti pria itu memulai aksinya, melucuti semua kain yang menutupi tubuh Anyelir. Gadis belia yang masih berusia delapan belas tahun itu hanya bisa pasrah menyerahkan tubuhnya begitu saja. Pada pria asing yang bahkan wajahnya saja tidak bisa ia lihat.

Jemari dingin itu bergerak menjamah setiap inci tubuhnya hingga berada tepat di bagian tubuhnya yang paling berharga.

"Pelan-pelan!" Dalam gelap Anyelir memohon dengan suara bergetar. Tangannya memegang erat tangan lelaki itu hingga menghentikan pergerakannya sejenak.

"Apa kau takut?" bisiknya lagi, saat Anyelir terdiam dalam gusar.

Sejenak Anyelir terpaku dan mencoba menyingkirkan rasa takut yang menderanya, lalu ia menggeleng pelan setelah berhasil menguasai ketakutannya.

Pria itu mulai mengecup bibirnya dengan perlahan. First kiss-nya telah dicuri seorang pria asing yang tidak ia kenal sama sekali.

Pria itu makin liar memperlakukan dirinya, terdorong oleh hasrat yang menguasai dirinya saat ini.

Tanpa ampun ia mengambil sesuatu yang paling berharga dari diri Anyelir. Terasa sakit hingga Anyelir menahan jeritannya sekuat tenaga. Tubuhnya gemetar hebat dan air mata tak henti keluar dari kedua matanya.

"Kau masih suci?" tanya pria itu sedikit terpana saat merasakan milik Anyelir yang susah ditembus olehnya.

Anyelir tidak ingin menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya dan terus mengeluarkan air bening dari sudut matanya.

Pria itu tampak sedikit ragu, namun untuk berhenti sekarang adalah sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan. Bisa gila nanti kalau ia menghentikan aksinya saat ini.

"Maafkan aku," lirihnya pelan sembari menekan tubuhnya lebih dalam.

Anyelir melenguh keras merasakan tubuhnya seakan benar-benar terbelah.

Malam ini semuanya sudah berakhir. Tak ada lagi yang berharga dari dirinya. Semuanya telah hilang. Kesucian yang telah ia jaga selama ini kini hilang tak berbekas.

Pria itu melakukannya bukan hanya sekali, tapi berkali-kali hingga efek obat dari dalam dirinya benar-benar hilang.

Anyelir merasakan tubuhnya benar-benar hancur dan lemah. Sudah tidak ada lagi air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

Hampir dua jam pria itu menuntaskan hasratnya di tubuh Anyelir. Gadis itu segera menutup tubuhnya dengan selimut, ketika pria itu menyudahi aksinya.

"Terima kasih karena kau sudah menolongku," bisik lelaki itu di telinganya sebelum ia merebahkan badannya di samping Anyelir.

Malam ini adalah malam sial baginya karena harus masuk dalam jebakan seseorang yang membuat dia terpaksa harus menyalurkan hasratnya pada wanita yang kini terbaring tak berdaya di sisinya.

Sebenarnya siapa yang menjebaknya? Rekan bisnisnya kah? Lelaki itu masih belum mempunyai gambaran apapun mengenai hal ini. Yang jelas ia merasa sangat berhutang budi pada wanita di sampingnya ini.

Anyelir masih terdiam dan merasakan seluruh tubuhnya remuk. Ia melirik sebentar pada pria yang saat ini mulai memejamkan matanya dengan tarikan napas yang teratur. Sepertinya pria itu mulai tertidur karena lelah.

Anyelir bangkit dari tidurnya dan memungut bajunya yang berserakan di lantai. Perlahan ia memakai kembali bajunya dan berjalan keluar dari kamar hotel tersebut.

Ia meringis kesakitan saat mencoba melangkahkan kakinya. Bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit tak terbantahkan. Tapi sekuat tenaga ia gerakan kakinya menuju pintu.

Anyelir keluar dari dalam kamar hotel dalam keadaan lusuh. Tak ada lagi sinar kehidupan di matanya. Yang dia ingat hanyalah ibunya yang kini tengah menunggunya di meja operasi.

"Ini uang untukmu." Seorang wanita yang sudah tidak muda lagi memberi Anyelir kantong kresek warna hitam berisi uang imbalan atas jasanya malam ini.

Dia wanita penghubung antara Anyelir dan lelaki yang telah menggagahinya barusan.

"Terima kasih, Bu." Anyelir mengambil kantong kresek itu dengan tangan yang masih sedikit gemetar.

"Cepat selamatkan ibumu, Anye." Wanita mucikari itu menyuruh Anyelir segera pergi dari situ.

Anyelir mengangguk dan melangkah pergi keluar dari hotel dengan tergesa. Ada sebuah nyawa yang harus segera ia selamatkan sekarang.

Sepasang mata memperhatikan transaksi mereka dari jauh. Dia tersenyum menatap punggung Anyelir yang telah berjalan makin jauh meninggalkan hotel itu.

Gadis yang mengintip itu berjalan menghampiri sang mucikari dan memberikan lagi segepok uang dalam amplop coklat padanya.

"Kerja bagus," imbuhnya dengan sebuah seringai puas di wajahnya.

"Terima kasih, Nona." Wanita mucikari itu mengangguk segan, lalu bergegas pergi meninggalkan wanita cantik yang kini menyelinap masuk ke dalam kamar hotel.

Wanita itu menatap lelaki yang tergolek lemah di atas tempat tidur. Seprei putih itu tampak sangat berantakan, menandakan pergulatan mereka begitu hebat tadi.

Lalu, wanita itu mulai melucuti bajunya sendiri dan merebahkan tubuhnya di samping sang pria yang sudah tertidur pulas itu.

"Abimanyu, mulai hari ini kau akan menjadi milikku seutuhnya," bisiknya lembut di telinga sang pria.

Wanita memeluk erat tubuh pria yang ia panggil dengan sebutan Abimanyu. Rencananya malam ini berhasil.

Abimanyu akan mengira ia telah menyerahkan kesuciannya demi melayani hasrat Abimanyu.

"Seprei ini sangat berantakan. Apakah kau puas dengan pelayanan wanita tadi, Abi? Seandainya aku masih suci, aku tidak akan mewakilkan diriku dengan gadis bodoh itu!" gumam wanita itu pelan.

Lelaki itu menggeliat dan membuka matanya perlahan. Wanita itu mengatupkan bibirnya. Apakah Abimanyu mendengar apa yang ia katakan barusan?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kejora
kasihan banget kamu Anyelir. Tapi yakin, Abimanyu tak percaya begitu saja pada perempuan itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status