Area dewasa mohon bijak dalam membaca. Bunga, seorang gadis dan juga anak tunggal. Ayahnya meminta gadis itu untuk menikah dengan putra dari Sahabatnya dikarenakan hal ini merupakan wasiat dari sang Kakek Sang Kakek telah berjanji kepada sahabatnya untuk menikahkan anak mereka, dengan demikian mereka bisa berbesanan. Namun sayangnya, istri mereka melahirkan bayi laki-laki semua. Akhirnya mereka mengubah kesepakatan itu, cucu merekalah yang akan mereka jodohkan kelak. Karena rasa sayang kepada sang Ayah, Bunga pun setuju untuk memenuhi wasiat yang telah disampaikan tersebut. Gadis itu bersedia menikah dengan Alvaro. Setelah menikah dia baru mengetahui bahwa suaminya adalah CEO di tempatnya bekerja. Selama ini dia tak pernah mengetahui siapa CEO dari perusahaan tempatnya bekerja. Dia pun tak pernah mau tahu. Gadis itu bekerja di sebuah kantor cabang dari perusahaan besar. Setelah menikah, Bunga mendapatkan promosi ke kantor pusat. Disanalah mereka bertemu dan Bunga baru mengetahui, siapa suaminya itu. Alvaro yang menganggap pernikahan itu sakral pun mulai berusaha untuk mendekati Bunga dan mengambil hatinya. Bahkan Alvaro berusaha agar cepat mendapatkan keturunan, agar ia bisa mengikat Bunga untuk tetap bersama dengannya. Bisakah Alvaro mempertahankan cintanya untuk Bunga? Apakah Bunga akhirnya bisa mencintai Alvaro dengan sepenuh hati?
View MoreMenjelang makan siang, Alvaro kembali keluar. “Bunga, kemari,” panggil Alvaro. Bunga segera beranjak, mendatangi ruangan Alvaro. Bunga langsung menutup pintu ketika memasuki ruang kantor Alvaro. “Ya, Pak?” tanya Bunga dengan serius kepada Alvaro. “Bunga, nanti setelah makan siang, aku ada janji pertemuan dengan perusahaan rekanan kita. Aku tidak bisa menghindar dari meeting ini, sedangkan aku perlu file yang ada di dalam kamar di rumah Kakek Bram. Aku lupa mengambilnya kemarin,” ujar Alvaro. Alvaro menyesalkan keteledorannya kemarin. “Apa aku harus mengambilnya?” tanya Bunga. Alvaro mengangguk. Ada banyak sekali barang pribadiku disana. Hanya aku yang membawa kunci lacinya. Kau bisa meminta supir mengantarkanmu.” Sebenarnya Alvaro juga tak ingin Bunga pergi sendirian keluar kantor karena perintahnya. “Baiklah, kalau begitu aku akan berangkat pada jam makan siang nanti,” jawab Bunga. Alvaro meng
Bunga berjalan keluar kamar mandi lebih dulu. Dia menuju walk in closet dan memilihkan baju yang harus dikenakan oleh Alvaro. Sementara Alvaro? Dia masih tersenyum-senyum, meski hanya menatap Bunga .“Ini celana dan jasnya, ini kemeja, ini dasi ... Eh, jangan, lebih cocok yang ini.” Bunga sibuk sendiri. Ketika dia melirik lagi pada Alvaro, matanya langsung membelalak.“Al! Apa kau sekarang tak lagi punya malu?” Alvaroberdiri di belakangnya tanpa busana.“Tidak, kenapa harus malu. Bukankah kau juga suka,” jawab Alvarosambil melilitkan tangannya ke pinggang Bunga .“Hah, aku suka? Kapan aku mengatakan itu?” Bunga menggaruk kepalanya. Rambutnya yang basah terurai berantakan. Tapi Alvarojustru menjadi suka. Dia membenamkan hidung mancungnya di belakang kepala Bunga .Merasakan seluruh organ tubuh Alvaromenempel pada dirinya yang masih mengenakan bathrobe, Bunga mendadak malu. Terlebih ketika bagian khusus itu bereaksi.“Al, please. Kenapa?” tanya Bunga tertahan. Perasaannya campur ad
Segugup apa Bunga menerima ciuman Alvaro, segugup itu pula yang dirasakan oleh Alvaro. Rasa malu otomatis membuat Bunga agak surut, ketika batinnya mempertanyakan kesiapan diri sendiri.Alvaro merasakan istrinya sedikit mundur. Alvarosendiri tentu tak ingin mundur sama sekali, otaknya terpacu adrenalin. Alvaromengambil alih, dia bangkit dan merebahkan Bunga.“Bolehkah?” desahnya pelan. Pertanyaannya tentu membuat pipi Bunga merona. Setengah rasa di hati Bunga justru sedikit protes pada pertanyaan itu. ‘Kenapa dia harus bertanya?’Bunga hanya bisa mengangguk pelan, khawatir suaranya akan terdengar aneh kalau dia berusaha menjawab. Mungkin Alvarobisa merasakan suara jantung Bunga, saking debarannya bertalu-talu karena gugup.Melihat Bunga memejamkan matanya, Alvaro memulai kembali aksinya. Kali ini ciuman lembut di bibir Bunga berubah ritme menjadi lebih cepat dan menuntut. Bunga berusaha mengikutinya. Dia memagut tubuh Alvaroyang sudah berada di atasnya.Bunga mencengkram punggung Alva
Alvaro sebenarnya tidak tahu jawaban apa yang harus dikemukakannya pada Bunga. Bagaimana tidak? Dia sendiri tak tahu pasti siapa perempuan paruh baya yang datang ke kantornya tadi siang. Dia hanya tahu sebatas yang dikatakan oleh perempuan itu.“Dia tidak pernah datang sebelumnya. Tapi entah mengapa, ada perasaan kalau aku mengenal Sarah, suaranya juga terasa akrab di telingaku,” jawab Alvaro.Bunga tentu saja tidak mencurigai apapun. Sarah jauh lebih tua dari mereka. Mungkin justru seusia Joana, ibu Bunga. Satu hal yang mengusik Bunga sebenarnya ekspresi Alvaro yang aneh ketika memperhatikan Sarah.“Lantas, apa yang membuatmu tadi datang ke rumah Kakek?” tanya Bunga lagi.“Ah, aku sampai lupa. Aku membawa barang dari rumah Kakek, tapi masih di garasi. Aku akan menurunkannya nanti,” jawab Alvaro.Bunga hanya mengangguk, dia memang tak tahu apa isi dari kotak yang dimaksud Alvaro. Tapi mungkin barang-barang yang diperlukannya.Ketika melihat Bunga mengantuk Alvaro memintanya untuk pind
Sudah gelap ketika mobil Alvaro memasuki pagar mansion. Alvaro langsung menuju garasi mobil. Mobil Bunga sudah terparkir di dalam garasi itu. “Syukurlah, Bunga sudah sampai di rumah,” gumam Alvaro.Alvaro turun dari mobil, tak lupa mengambil bungkusan berisi makanan yang ditaruhnya di jok samping kemudi. Memasuki rumah, Alvaro mencium bau masakan. Bau itu cukup lezat dan menggugah selera.Alvaro langsung berjalan ke dapur. Dia melihat Bunga sedang mengaduk panci yang bertengger di atas kompor. Langkah Alvaro terhenti, dia memandang pada Bunga. Sesekali gadis itu menatap layar telepon genggamnya dan mencari bumbu yang harus dimasukkannya. Dia kemudian tersenyum setelah memasukkan bumbu tersebut, seolah sudah mencapai prestasi tertentu.“Aku harap kali ini tidak membuatmu terkejut lagi,” sapa Alvaro. Tetap saja, walaupun Alvaro sudah berusaha menyapa dengan suara lembut, namun wajah Bunga tetap menegang seketika.“Apa kau sebenarnya ketakutan setiap kali sendiri disini?” tanya Alvaro. P
Alvaro masuk ke kamarnya di rumah yang sekarang hanya ditinggali oleh Kakek Bram. Tentu saja bersama beberapa orang pelayan yang menyediakan kebutuhan orang tua itu. Dia orang asisten rumah tangga, seorang tukang kebun, seorang supir, dan dua orang satpam yang menjaga di pintu masuk rumah.Kamar Alvaro yang ada di rumah itu adalah kamar yang dia tinggali sebelum menikah dengan Bunga. Alvaro memang sudah memiliki mansion yang dipersiapkannya untuk tempat tinggal setelah menikah, namun sebelum menikah dia masih tinggal di rumah Kakek Bram.Alvaro masuk ke kamar bujangannya itu. Kamar itu sekarang tampak rapi, bahkan jauh lebih rapi dibandingkan ketika dia tinggal di tempat itu dulu. Tentu saja demikian, kakek Bram yang meminta pembantu membersihkannya secara berkala.Kakek Bram memang tidak pernah mengizinkan siapapun untuk mengganggu semua isi di dalam kamar, kecuali hanya untuk membersihkannya dari debu yang kadang hinggap tak tahu waktu.Alvaro duduk di tempat tidur tersebut. Dia men
Alvaro merasa tidak tenang. Banyak hal terlintas di dalam kepalanya. Bagaimana mungkin dia merasa begitu mengenal wanita paruh baya yang tadi datang ke kantornya. “Sarah, Sarah, Sarah, rasanya aku tidak mengenal nama itu. Tapi, mengapa wajahnya, suaranya, semuanya terasa akrab,” gumam Alvaro.Tujuan satu-satunya Alvaro adalah ke rumah kakeknya. Dia harus bertanya tentang semua itu. Selain pertanyaan mengenai wanita bernama Sarah, Alvaro juga ingin tahu lebih lanjut mengenai mimpi-mimpi yang mengganggunya, mimpi buruk yang datang padanya malam tadi.Memasuki gerbang pagar rumah besar milik kakeknya, Alvaro tersenyum kecil. Rumah itu adalah tempat Alvaro menghabiskan masa kecilnya. Alvaro langsung parkir di depan pintu utama. Dia kemudian masuk ke dalam rumah.“Mungkin kakek sedang berada di ruang baca,” ujar Alvaro. Dia tahu persis dimana sang kakek menghabiskan waktu setiap hari.Dugaan Alvaro benar, ketika memasuki ruang baca, Bram memang sedang duduk disana. “Kakek,” sapa Alvaro.Or
Alvaro memang sedikit terkejut menyaksikan Bunga masuk seperti orang ketakutan. “Ada apa? Kamu terlihat seperti sedang dikejar harimau.” Alvaro berdiri dari kursi kerjanya.“Mereka datang, tapi tidak bersedia diantar ke ruang meeting, Pak,” ungkap Bunga. Bunga tahu kalau informasi yang dibawanya mungkin akan berisiko dimarahi Alvaro. Bunga tahu dari Leo kalau Alvaro tidak suka ada orang lain mengacaukan jadwalnya.‘Mereka menolak? Sombong sekali,’ batin Alvaro. Saat itu juga sebenarnya Alvaro ingin membatalkan kerjasama dengan agensi model yang sudah membuat perjanjian dengannya kemarin. Tapi rasanya itu akan merugikan perusahaan. Di perjanjian kemarin jelas tertulis kalau ada pembatalan, maka tidak akan ada pengembalian pembayaran, dan Alvaro kemarin sudah setuju.“Apa yang sebenarnya mereka inginkan?” tanya Alvaro.“Jadi, apakah aku harus membujuk mereka ke ruang meeting atau membiarkan mereka masuk, Pak?” tanya Bunga.“Panggil mereka,
“Leo ... Oh, kamu sudah disini rupanya,” ujar Alvaro, wajahnya langsung beralih pada Bunga. Bunga mendadak meringis. Dia sudah mendapat bocoran kalau Alvaro akan meminta pengaturan jadwal ulang hari ini.“Ya, Pak,” jawab Bunga. Alvaro ingin sekali tersenyum. Wajah cantik Bunga itu tampak sangat menggemaskan untuk Alvaro. Tapi, Alvaro tetap menjaga wajah dinginnya selama di kantor, itu atas permintaan Bunga sendiri.“Tolong atur ulang jadwalku. Tadi agensi model itu meminta pertemuan mendadak, apa mau mereka sebenarnya, baru juga menjalin kontrak,” gerutu Alvaro. Sebenarnya, tentu ada banyak perusahaan agensi model yang bisa menangani permintaan ambasador oleh perusahaan Alvaro, tapi mereka terlanjur membuat perjanjian.Alvaro hanya tidak suka diributkan dengan urusan-urusan tidak penting seperti itu. “Lain kali, kalau mereka membutuhkan sesuatu lagi, suruh mereka langsung ke manajer pemasaran saja,” pinta Alvaro pada Leo. Leo langsung mengangguk, dia memang tahu kalau Alvaro tidak beg
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.