Share

3

"Lepaskan aku brengsek!" makinya kesal, saat melihat siapa orang yang telah menariknya paksa.

"Sstt ...! Jangan berontak, Sayang!" pinta sesosok lelaki yang sedang memeluknya erat dari belakang. Menahan kedua tangannya yang hendak membuka paksa pintu mobil.

"Lepasin aku, Setan!" hardik Sarah semakin murka. Kedua kakinya menendang-nendang ke sembarang arah, begitupula dengan tubuhnya yang berontak, berusaha melepaskan pelukan lelaki itu, dimana ia kenali aromanya karena aroma itulah yang setiap malam menemani tidurnya saat mereka masih menjadi sepasang suami istri.

"Sstt ... kok mulutmu makin kasar sekarang, Sayang!" tegur Aditya kesal, karena Sarah terus saja berontak. "bukankah sudah aku bilang, kalau aku gak suka kalau kamu sudah ngomong kasar gitu! Karena bikin aku bergairah, tau gak!" omelnya dengan wajah merah padam menahan hasrat untuk menyerang mantan istrinya membabi buta.

"An jing! Se tan! Ib lis! Jangan sentuh aku, Setan! Aku gak sudi!" pekik Sarah dengan suara keras, yang segera dibungkam Aditya dengan tangan besar berbulu miliknya. Sementara tangan yang satunya serta kedua kakinya memeluk erat tubuh Sarah, hingga wanita itu tidak bisa bergerak sedikitpun.

"Mmmm ...!" Sarah berusaha berteriak, namun bekapan di mulutnya menutup akses tersebut. Dirinya benar-benar jijik jika harus disentuh sang mantan suami kembali.

Aditya segera menciumi leher bagian belakang milik Sarah, ingin memancing hasrat sang mantan istri agar mengikuti kemauannya. Sementara Sarah yang mendapatkan perlakuan seperti itu, lantas tergugu sembari kembali berontak, dirinya benar-benar tidak sudi mendapatkan sentuhan menjijikkan dari mantan suaminya.

"Sebaiknya kamu menyerah saja, Sayang. Bukankah kita nantinya akan sama-sama merasakan nikmatnya saling menyatukan diri, seperti yang biasanya kita lakukan sewaktu masih berumah tangga. Jadi jangan berontak terus, ya! Anggap saja ini sebagai salam perpisahan, karena setelah ini Mama akan menyuruhku kuliah ke London. Namun sebelum itu, aku ingin kembali mengulang rasa indah itu denganmu!" Aditya merayu sembari mulai menjalankan tangannya yang sedang memegangi tubuh Sarah, menuju ke arah area-area yang menjadi kelemahan wanita itu.

Sarah berusaha mati-matian menjaga kewarasannya saat mendapatkan sentuhan memabukkan itu. Dirinya lantas segera berpikir cepat, bagaimana caranya melarikan diri dari kungkungan mantan suami sakit jiwa di belakangnya itu. Meskipun kini intinya ikut basah saat disentuh sedemikian rupa, karena mau bagaimanapun dirinya tahu bagaimana rasanya saat menyatu dengan mantan suaminya.

"Mau, ya?" rayu Aditya kembali saat dirinya melihat sang mantan istri berhenti berontak, juga saat mendengar napas wanita itu mulai terdengar berburu.

Sarah segera menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan lelaki itu.

Aditya tersenyum semringah, iapun segera melepaskan bekapan tangannya pada mulut wanita itu. Dimana kini Sarah berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah akibat lamanya mulutnya berada dalam bekapan tangan lelaki itu.

"Lepaskan belitan kakimu dulu!" Sarah memohon, setelah napasnya kembali teratur.

"Oh, ok! Dimana kita akan melakukannya? Apa di mobil saja?" Aditya kembali merayu, karena dirinya benar-benar merindukan kehangatan sang mantan istri yang selalu sukses membuatnya terbuai.

"Terlalu sempit, Mas Adit," tukas Sarah saat lelaki itu akhirnya menuruti permintaannya. Belitan itupun terlepas, namun Aditya masih duduk di belakang Sarah.

Aditya lantas menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan yang dilontarkan oleh sang mantan terindah. "Benar juga, ya! Kalau begitu, di hotel saja! Kebetulan aku nginap di hotel SBHBB. Besok baru check out. Nanti kamu aku antar pulang besok pagi, sekalian aku check out, Sayang."

Sarah kembali mengangguk, dirinya lantas bernapas lega saat Aditya kini duduk dengan benar di sampingnya. Ia bahkan segera memanfaatkan keadaan, membuka pintu mobil saat kendaraan melambat. Namun pinggangnya telah lebih dulu diraih Aditya, menariknya masuk kembali ke dalam mobil sambil berseru, "Kunci semua pintu lalu tutup gordennya, Mang!"

Mang Supri, sang sopir segera mengerjakan perintah tuannya, membuat Sarah menjerit dan berontak. "GAK! BUKA PINTUNYA, MANG SUPRI! BUKA!"

Aditya yang kesal, menariknya kuat hingga bagian belakang kepalanya membentur kaca mobil, ia meringis, memegangi bagian yang sakit. Namun belum cukup sampai disitu, Aditya justru menurunkan paksa celana Sarah disusul miliknya, lalu tanpa aba-aba menyatukan tubuh mereka.

"TIDAK!" Sarah menjerit kencang bersamaan dengan lelehan air mata yang jatuh membasahi pipi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status