Share

Bab 8. Jangan macam-macam

“Poppy, dari mana saja kau? Sejak tadi Pak Ezra menanyakanmu!”

“Mohon maaf, Pak. Tadi saya memiliki keperluan.”

“Apa itu lebih penting daripada pekerjaanmu?”

Tentu saja! Ingin sekali Poppy membalas Sean. Sayangnya ia tidak mungkin mengatakan tentang kontrak yang diperbaharui kemarin.

“Maaf.”

“Ck! Ya sudah, lebih baik kau segera temui Pak Ezra.”

“Baik.” 

“Sekarang dia akan melakukan apa lagi padaku?” 

Poppy menebak-nebak saat ia baru tiba di depan ruangan Ezra.

Tok! Tok! Tok!

Ezra langsung menegakkan tubuhnya, menatap Poppy dengan senyum penuh arti.

“Dari mana saja kau?” 

“Seperti yang Anda perintahkan sebelumnya, saya baru datang dari apartemen Anda, Pak.”

“Ck! Apa kau yakin sudah membereskan semua ruangan?”

“Sudah, Pak.”

“Kalau begitu sekarang buatkan aku kopi! Sejak tadi tenggorokanku kering karena menunggu pekerjaanmu yang lama.” 

Tidak protes, Poppy langsung mengerjakan perintah Ezra.

“Kalau haus yang tinggal minum. Kenapa harus menungguku?” Poppy melampiaskan kekesalannya dengan menggocek kopi kasar.   

Setelahnya ia mengantarkan kopi tersebut.

“Ini kopi yang Anda minta, Pak.”

“Hemm, sekarang bersihkan kamar mandiku. Aku mencium bau tidak sedap di sana.”

“Baik, Pak.”  

Poppy yang melupakan sarapannya merasa lemas. Sehingga memilih untuk istirahat sebentar.  

“Aku menyuruhmu untuk membersihkannya, bukan duduk santai seperti itu!”

Perempuan itu tersentak karena tiba-tiba Ezra masuk. 

“Mohon maaf, Pak.” 

“Ck! Kau benar-benar. Jika pekerjaanmu seperti ini terus, aku merasa sayang memberikan uangku padamu!”

“Maafkan saya, Pak.” 

Beruntungnya ada Kevin yang tiba-tiba menyusul Ezra untuk menghadiri rapat dadakan. Sehingga Poppy tidak mendapatkan cercaan lebih parah lagi.

“Saat aku kembali, ruangan ini harus sudah bersih!” 

Ezra yang memiliki kemampuan luar biasa bisa dengan cepat menyelesaikan masalah yang terjadi. Sehingga kini ia sudah kembali.

“Aku menyuruhmu untuk bekerja, bukan untuk tidur seperti itu.”

Emosi Ezra memuncak ketika melihat Poppy yang tiduran di lantai.

“Ck! Kau sedang berpura-pura pingsan agar aku khawatir? Itu tidak akan terjadi!”

Ucapannya tidak selaras dengan raut wajahnya saat melihat wajah Poppy yang pucat dengan dipenuhi peluh. 

Pria itu berjongkok lalu mengecek suhu tubuh Poppy yang ternyata panas.

Segera ia menggendong Poppy lalu dibaringkan di ranjang. 

“Panggilkan Dokter Anna sekarang juga!” perintahnya kepada Kevin yang ada di ujung telepon.

Tidak membutuhkan waktu lama, Dokter Anna datang.

“Pastikan dia baik-baik saja!”

“Baik, Pak.”  

Kevin menatap Ezra heran karena pria itu membiarkan seorang wanita tidur di kamar pribadinya. Jangankan tidur, untuk masuk saja Ezra melarangnya! 

“Bagaimana?” 

“Tidak ada masalah yang serius, dia hanya kelelahan dengan perutnya yang kosong.”

Tanpa Ezra sadari, ia bernapas lega.

“Kau boleh pergi.”

“Baik, Pak.” 

“Suruh orang untuk menyiapkan makanan yang bergizi.”

Kevin tersentak ketika tiba-tiba Ezra memberinya perintah.

“Apa yang sedang kau pikirkan? Ayo lakukan perintahku!”

“Baik, Pak.” 

Dengan secepat kilat Kevin keluar dari ruangan. “Aku jadi penasaran dengan perempuan itu,” gumamnya.

Semua rencana yang sudah tersusun rapi tiba-tiba ambyar. Ezra hanya diam menunggu Poppy sadar. 

“Kenapa tidurnya lama sekali?” 

Raut khawatir Ezra langsung berganti begitu melihat Poppy bangun.

“Kau, enak-enakan tidur. Padahal pekerjaan masih banyak!”

Omelan Ezra membuat kepala Poppy berdenyut.

“Maaf, Pak.” 

Poppy berniat turun, tetapi Ezra menahannya.

“Kau habiskan makanannya. Jika tidak, aku akan memberikan banyak hukuman!”  

Perempuan itu membelalak karena makanan yang dihidangkan begitu banyak. Memang ia lapar, tetapi bagaimana bisa makan sebanyak itu muat di perutnya? 

“Aku paling tidak menyukai yang membantah!” Ezra mengancam saat Poppy akan protes.

Tidak memiliki pilihan, dengan terpaksa Poppy memakan semuanya. 

“Untuk hari ini cukup sampai di sini, kau boleh pulang!”

Perempuan itu heran karena jam kerja belum usai. Meski demikian, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan karena memang tubuhnya terasa lelah.

*** 

“Kau datang tepat waktu.” 

Fokus Ezra tetap pada layar laptopnya ketika Poppy masuk apartemennya. Pria itu sedang duduk di ruang tengah.

“Sekarang apa yang harus saya lakukan, Pak?”

“Buatkan sarapan, kau bisa menggunakan semua bahan yang ada di lemari pendingin.”

Tidak protes karena Poppy mulai terbiasa dengan perintah random atasannya.  

“Baik, Pak.” 

Poppy melihat-lihat isi lemari pendingin untuk memutuskan membuat apa pagi ini.

“Akhir-akhir ini makanku rampus, mungkin karena sedang mengkonsumsi vitamin. Jadi buatkan dua porsi.”

“Baik”

“Selesai memasak, siapkan pakaian untukku.”  

Ezra bangkit kemudian masuk kamar. 

Poppy lantas mengikuti Ezra karena sudah selesai masak.

Perempuan itu menyiapkan pakaian.

“Apa kau sudah menyiapkannya?” 

Ezra masuk dengan keadaan hanya menggunakan handuk saja.

“Sudah, Pak.”  

“Kau mau ke mana?” Ezra menahan Poppy yang akan keluar.

“Saya mau keluar, Pak.”

Poppy menunduk, tidak berani melihat Ezra.  

“Bantu aku pakaikan baju.” 

Sontak ia mendongak, tapi kemudian menunduk lagi.

“Tapi—” 

“Tanganku sakit karena kemarin harus menggendong tubuhmu yang berat!”  

Drama yang dilakukan Ezra jelas membuat Poppy tidak berkutik.

“Seharusnya saya dibiarkan saja kemarin.”

“Aku ini masih memiliki hati nurani.”

Perempuan itu diam karena mengerti jika barusan Ezra sedang menyindirnya.   

“Ayo bantu aku.” Tidak membutuhkan waktu lama membuat handuk yang membelit pinggangnya lepas.  

Terang saja Poppy langsung memejamkan mata.

“Aku bukan hantu, Poppy. Kenapa kau tidak mau melihat aku?” 

“Tentu saja! Bagaimana bisa saya melihat Anda yang tidak memakai baju.” 

“Siapa bilang?” 

Bulu-bulu roma Poppy berdiri karena embusan hangat mengenai permukaan kulit wajahnya.

“An-anda jangan macam-macam, Pak.” Poppy gugup setengah mati.

Sementara Ezra menarik satu sudut bibirnya.

“Di sini kita hanya berdua. Siapa yang berani melarangku? Lagi pula kau ini janda sekarang.” 

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status