Share

Pemuas Hasrat Sang Paman
Pemuas Hasrat Sang Paman
Penulis: Nadira Dewy

Bab 0001

"Tolong aku dari Ayah dan ibu tiriku, Paman. Aku akan melakukan semua yang Paman perintahkan. Aku bisa mencuci, pembantu, apapun itu. Aku...."

Bellerien Grecelin bersimpuh di hadapan pria 35 tahun itu. Ia sungguh berharap adik angkat ibunya dapat membantu.

Dia sudah kehilangan harapan setelah mendapati semua kemalangan beberapa hari belakangan.

Setelah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan saudari tirinya, Belle menemukan sang Ibu meregang nyawa karena serangan jantung mendadak. Lalu sekarang, ia tiba-tiba dipaksa menikahi rekan bisnis Ayahnya yang usianya bahkan lebih tua dari Ayahnya sendiri!

"Kenapa aku harus membantumu, bocah?"

Ucapan Gordhon Jelios yang dingin membuat Belle terdiam. Seketika ia sadar betapa gegabahnya dia.

Jelas-jelas, Jelios terkenal sebagai pebisnis kejam tak punya hati. Hubungannya dan sang ibu juga buruk sejak Belle kecil. Tapi, gadis 21 tahun itu memang tak punya pilihan lain.

Ini semua dia lakukan untuk hidupnya! Dia tidak boleh membuat dirinya di jual kepada pria tua yang begitu mata keranjang itu.

Belle perlahan menatap kedua bola mata Jelios yang masih terlihat begitu dingin.

Dia mencengkram kuat kedua lututnya yang digunakan untuk bersimpuh dan kembali bertekad kuat. "Usiaku memang masih bocah di mata paman. Tapi, aku pastikan bahwa aku tidak akan kalah dari orang dewasa. Aku pastikan kalau paman tidak akan kecewa denganku, dan aku juga tidak akan membuat paman merasa rugi!"

Melihat kegigihan Belle, pria itu menghela nafasnya.

Netra Jellios bahkan tak lagi terlihat tajam. Pria itu ingat benar bagaimana sulitnya hidup sang kakak angkat yang tak lain adalah Ibunya Belle.

Dulu, Ibu Belle menikah dan membawa harta yang cukup banyak dari kediaman mereka karena terlalu mencintai pria bodoh itu. Namun, ia justru menderita, bahkan sampai akhir hidupnya. Harta yang sudah habis itu tak membuat suaminya bertahan. Suaminya menyelihkuhi Ibu Belle dan memiliki anak seumuran dengan gadis di hadapannya ini.

Jellios mengusap keningnya. "Hentikan, ucapanmu yang sembarangan itu! Aku memiliki banyak pelayan rumah yang ahli dan andal. Jadi, aku tak mungkin memperkerjakan orang yang menuntut bayaran selangit?" ucapnya.

"Aku tidak akan kalah dari pekerjamu yang lain, Paman!" balas Belle cepat.

Sorot mata gadis cantik itu terlihat begitu tegas dan penuh keyakinan.

"Aku tidak akan berhenti berlutut, aku akan tetap disini, aku tidak akan lelah memohon sampai paman menerimaku!" tambahnya lagi.

Jelios menggelengkan kepalanya.

Bocah di hadapannya sepertinya benar-benar tidak paham penolakan "halus" yang sudah dia berikan. Jadi, mungkin ia harus bermain sedikit kasar.

"Bangunlah!" titah pria itu dengan ekspresi dingin.

"Kau begitu percaya diri dan terus mengatakan hal tidak masuk akal. Aku, adalah pria yang totalitas dalam memeras tenaga pekerjaku. Kalau kau benar-benar memiliki tekad yang bulat, maka biarkanlah aku melihatnya," ucap Jelios tersenyum miring, "Bagaimana jika kita mulai dari kau membersihkan sepatuku?"

Tatapannya begitu menghina.

Belle pun mengepalkan tangannya--menguatkan diri.

Ditariknya nafas dalam, lalu berjalan mendekati Jelios.

Jelios terdiam melihat bagaimana Belle berjalan ke arahnya, lalu bersimpuh dan menyeka sepatunya menggunakan kain baju yang dia kenakan oleh Belle.

Seketika pria itu mengeraskan rahangnya.

Dia benci sekali melihat Belle yang begitu merendahkan harga dirinya begitu saja. Ini berbanding terbalik dengan kakak angkatnya dulu yang tidak mungkin membiarkan orang lain menghinanya selain suami bodohnya itu.

Jelios segera menjauhkan sepatunya. Ia menatap Belle kembali dengan tatapan tajam lalu berkata-kata dengan lantang, "Siapa yang memintamu membersihkan sepatuku menggunakan kain bajumu? Bersihkan sepatuku, menggunakan lidahmu!"

Belle terdiam, dia menatap Jelios dengan tatapan tidak percaya dan jelas dia terkejut sekali.

"Apa?" ulang Belle tak percaya. Ada sedikit kemarahan di matanya.

Melihat itu, Jelios tersenyum miring.

Ia seolah kembali melihat kakak angkatnya dulu.

'Sebentar lagi, gadis ini akan pulang,' batin Jelios dalam hati.

"Kau tak tuli, kan? Jilat sepatuku, sampai debu-debu disana menghilang!"

Ucapan merendahkan kembali dilontarkan Jelios sebagai bagian rencanannya.

Dilihatnya Belle yang mengepalkan tangan.

Gadis itu memejamkan matanya sebentar mencoba untuk menenangkan dirinya, lalu mengambil nafas perlahan-lahan untuk mengurangi rasa sesak di dadanya.

Namun, alih-alih mengamuk dan pergi, gadis itu justru mengambil posisi. Ia menatap sepatu yang digunakan oleh Jelios.

Tubuhnya terlihat sekali gemetar karena merasa terhina. Belle mulai menjulurkan lidahnya dan menyapu sepatu Jelios dengan lidahnya dibarengi dengan tetesan air matanya yang jatuh.

Mata Jelios seketika membelalak.

Pria itu benar-benar tak percaya pemandangan di depannya!

"Hentikan!" hardik Jelios mendorong tubuh Belle untuk menjauh dari sepatunya.

"Aku, enggan kau ada di sini! Aku muak melihat wajahmu!"

Pria itu tidak menyembunyikan kekesalannya, hingga Belle begitu terkejut.

Air matanya tampak semakin jatuh begitu saja mendengar ucapan Jelios.

Gadis itu sebenarnya sudah berusaha sangat keras. Ia sampai menjatuhkan harga dirinya. Tapi, pada akhirnya dia juga masih tidak bisa diterima?

"Jhon!" panggil Jelios tiba-tiba kepada ajudannya yang seketika masuk ke ruangan.

"Iya, Tuan?"

"Bawa dia keluar, pastikan jangan biarkan dia datang lagi. Dia bilang dia bisa seperti pelayan rumah, artinya dia juga sudah bisa berjuang untuk bertahan hidupnya sendiri," tegas Jelios.

Ajudan Jelios itu mengangguk paham. Dia segera berjalan cepat mendekati Belle, lalu memaksa Belle untuk keluar, tapi dia tidak mengunakan cara yang kasar.

Belle seketika sadar situasinya. "Tidak! Paman, aku mohon, aku mohon jangan begini! Aku tidak mau kembali ke rumah itu! Aku tidak ingin menikah dengan orang tua itu, paman! Bantu aku, aku mohon! Paman........" pintanya sembari menangis.

Namun, ia tak punya kuasa dan berakhir diseret ajudan Jelios.

Samar-samar, tangisannya masih terdengar ke ruangan pria itu.

Jelios sontak meremas rambutnya kasar.

"Kak Margareth, lihatlah kebodohanmu! Kau kukuh memilih pria sialan itu, bahkan membuangku seolah aku adalah sampah," gumamnya dalam hati.

Sebenarnya, hati pria itu sangat sakit. Ia berharap kakak angkatnya itu datang dan mengamuk karena memperlakukan sang putri sewenang-wenang. Namun, Margareth sudah mati dan tak mungkin melakukannya.

Tok tok tok!

Bunyi ketukan pintu menyadarkan Jelios dari lamunannya.

"Masuk!" titahnya cepat.

Tak lama, ajudannya pun kembali muncul. "Tuan, sopir sedang mengantar Nona Belle sampai ke rumah dengan selamat."

Jelios mengangguk mendengar laporannya.

Ia memerintahkan beberapa hal sebelum mengisyaratkan ajudannya itu untuk kembali keluar.

Setelahnya, Jelios kembali terdiam. Ia menatap jauh ke arah jendela ruang kerjanya. "Salah siapa kau cepat mati, Kak? Seharusnya, kau hidup lebih lama dan bertanggung jawab dengan jalan hidup yang kau pilih agar putrimu tak menderita."

Kalimatnya terdengar begitu kejam. Siapapun yang mendengar itu pasti akan merinding.

Namun, siapa yang akan mengira bahwa hati pria kejam itu sebenarnya mulai tak tenang memikirkan Belle?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Emma Mahmud
Jalan cerita yang bagus
goodnovel comment avatar
Reyni Noni Saputri
lanjutkan cerita nya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status