Share

Bab 2

Anna ketahuan Ratih. Ratih memanggil semua penjaga di rumahnya untuk menangkap Anna. Ia sendiri juga ikut mengejar Anna dengan kaki telanjang. Tak peduli jika kakinya harus kotor atau terluka, sumber hartanya itu tak boleh lepas!

Anna berlari sekuat yang dia bisa untuk keluar. Dia sudah bersiap untuk memanjat jika sudah tiba di gerbang. Namun, sayang sekali Anna tertangkap saat bersiap untuk memanjat.

“Kamu akan tetap disini sampai hari pernikahan kamu tiba,” kata Ratih sambil mendorong Anna.

Anna ditempatkan di gudang bawah tanah tanpa jendela bersama tumpukan barang-barang tak terpakai. Tempat ini memang selalu bersih karena sengaja diisi barang-barang bekas yang masih bisa dijual dengan harga tinggi. Jika Anna bukan sumber investasinya, Ratih tidak akan menempatkan Anna di gudang yang memang rutin dibersihkan ini. 

Apabila ingin ke toilet, penjaga di depan gudang akan mengantar Anna. Untuk makanan, penjaga juga akan membuka pintu sebentar untuk meletakkan makanan dan mengambil piring kosong Anna.

Ransel berisi pakaian dan dokumen, ponsel, serta ATM semua disita oleh Ratih. Anna benar-benar tak punya apa-apa lagi sebagai pegangan. Seandainya masih memaksa untuk kabur, ia tak yakin bisa bertahan di luar sana. Menyadari betapa tak berdaya nya dia, Anna benar-benar frustasi dan hanya bisa menangis.

***

“Non… Ayo saya bantu buat siap-siap, non Anna harus mandi sama dandan yang cantik,” kata bi Imah lembut saat pintu gudang dibuka.

Hari ini adalah hari pernikahan Anna. Gaun yang Anna kenakan cantik sekali, benar-benar sesuai dengan yang ia impikan. Anna kembali menangis.

“Kak Anna, jangan nangis ya kak. Aku bingung kak, nanti hasil riasannya tidak bagus,” ujar juru rias yang sedang mendandaninya. Wanita itu panik sekali melihat Anna tiba-tiba menangis. Sang juru rias kemudian mengambil tisu untuk menghapus air mata Anna dan berusaha membuat Anna tenang.

“Wiidddiiihhh, cantik ya kak pengantin hari ini,” ujar Valencia yang memasuki ruangan dengan angkuh.

“Iya, cantik banget,” sahut Tommy sinis.

“Akhirnya pergi juga kamu dari rumah ini,” lanjut Tommy dengan senyum lebarnya. Terlihat sekali bahwa Tommy amat gembira atas kepergian Anna.

Valencia kemudian berjalan mendekat ke meja rias dimana Anna sedang duduk. Ia mendekatkan wajahnya ke sebelah wajah Anna.

“Mau dilihat dari sudut mana pun, aku jauh lebih cantik daripada kamu. Alex pasti berhasil aku dapatkan hari ini.”

Valencia sudah menyukai Alexander sejak lama, bisa disebut cinta pandangan pertama. Terakhir ke rumah kami, Alex masih berumur 17 tahun. Setelah itu, baik Alex maupun Chandra sudah tak pernah lagi terlihat di rumah mereka. Valencia tentu saja merengek untuk bertemu Alex. Hanya saja, Alex belajar di London setelah itu, ia berkuliah di Oxford dan menetap di Singapura setelah lulus. Alexander tak memiliki waktu untuk ke Indonesia.

Valencia tambah membenci Anna karena Anna lah yang selalu diminta untuk menemani Alex. Valencia berasumsi Alex tak ingin berbincang dengannya karena Anna sudah menceritakan hal buruk tentangnya pada Alex. Sesungguhnya, Anna sendiri tak mengetahui apa alasan Alex enggan berbincang dengan Valencia. Alex selalu menolak ajakan Anna untuk bermain atau sekadar mengobrol bersama kedua kakaknya. Saat ditanya, Alex tak pernah ingin menjawabnya.

“Dulu dia udah ganteng, pasti sekarang tambah ganteng. Memang ya cuma aku yang cocok bersanding sama Alex. Udah ahh, keluar yuk kak. Byeee…”

Setelah mengucapkan itu, Valencia masih sempat memeriksa pakaian dan merapikan rambutnya di cermin. Gadis itu ingin terlihat sempurna di depan Alexander nanti. Tak mungkin Alex tidak menghadiri pernikahan ayah dan teman kecilnya.

Setelah mereka keluar, Anna memiliki tekad baru. Ia bertekad untuk membuat perjanjian dengan Chandra dan Alex. Tentu saja perjanjian itu untuk membuat keluarga ini menderita. Dari dalam hati, ia yakin Chandra dan Alex dapat diajak bekerja sama. Meskipun kenyataan untuk mengabdikan tubuh pada Chandra tidak berubah. Anna merasa itu sudah lebih baik daripada harus melihat senyum bahagia keluarga ini. Padahal Anna juga bagian dari keluarga, tapi mereka tak memiliki rasa sayang terhadapnya. Sekalian saja ia hancurkan.

Segera Anna menghapus sisa-sisa air matanya.

“Kak, ayo cepat riasnya. Tolong bikin yang cantik.”

Sang juru rias hanya mengangguk dan lanjut mendandani Anna. Meski belum pulih dari perasaan kaget usai menyaksikan drama keluarga yang baru saja terjadi, juru rias tetap mencoba untuk kembali fokus.

Pemberkatan pernikahan Anna dan Chandra dilaksanakan di Gereja yang tak begitu jauh dari rumah keluarga Sanjaya. Tidak ada resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga inti. Pernikahan yang sangat tertutup. Begitu turun dari mobil dan berjalan di altar, Anna menyadari bahwa dari pihak keluarga Chandra, Alex tidak hadir. Tidak ada wajah yang ia kenali dari pihak Chandra, kecuali Robert, ajudan Chandra.

“Saya serahkan Anna ke kamu Chandra,” kata Sanjaya sambil menyerahkan tangan Anna ke Chandra.

“Terima kasih,” jawab Chandra datar.

Proses pemberkatan dan tanda tangan surat-surat pernikahan berjalan lancar. Usai mengucap sumpah, Chandra mengecup bibir Anna. Masih besar sekali rasa tidak rela Anna menyerahkan bibirnya pada Chandra.

Sekarang sudah malam, Anna sudah berada di kamar Chandra dengan dua penjaga di depan pintu. Anna yang sudah mandi dengan wewangian, serta memakai baju menggoda itu pun sangat gugup. Entah sudah berapa kali ia mengelilingi kamar luas ini. Kamar ini sungguh membuatnya terpesona. Dinding cat abu-abu, tempat tidur king size mewah, lemari besar, cermin full body, meja dan kursi kecil, televisi, serta kulkas mini. Persis kamar impian Anna. Di rumah keluarga Sanjaya, Anna tak bisa mendekorasi kamarnya. Ia selalu mendapat perabotan bekas Valencia. Sebagai contoh adalah lemari. Jika kakaknya bosan dengan lemari yang ia miliki, ia akan meletakkannya di kamar Anna. Anna tak diizinkan untuk meletakkan lemarinya di gudang karena Valencia ingin lemarinya tetap terawat, hanya agar ia menginginkan lemari itu kembali, ia dapat mengambilnya sesuka hati.

Tak hanya lemari, berlaku untuk seluruh perabotan kamar baik itu meja, kursi, lampu tidur dan lainnya. Anna tak bisa menolak, Ratih dan Sanjaya mengizinkan Valencia melakukan itu.

Anna kembali berdiri depan cermin. Anna tak diizinkan membawa barang-barang pribadinya oleh Ratih, sehingga ia harus mengenakan pakaian yang disediakan oleh asisten rumah tangga Chandra. Anna hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali dengar kasar. Lingerie yang ia pakai sungguh memancing hasrat. Berwarna hitam, pendek serta tembus pandang. Ia ingin mengganti pakaiannya, namun saat membuka lemari, tak ada apapun didalamnya.

Namun Anna tak terlalu memusingkan itu karena ada selimut, ia bisa menutup dirinya dengan itu. Perjanjian, hal ini yang membuat otaknya bekerja keras. Anna berencana untuk membahas perjanjian sebelum malam pertamanya. Akankah perjanjian yang ia tawarkan disetujui oleh Chandra? Anna sudah bertekad harus berhasil.

Tak lama, terdengar suara kaki mendekat ke arah kamarnya. Anna segera berlari ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Saat pintu terbuka, bukan sosok Chandra yang ia lihat.

“Alex? Kenapa kau disini?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status