Share

4. Suami Mata Keranjang

"Aku sudah sampai di depan. Cepat bersiap dan segera turun." Suara dari seberang telepon penuh dengan penekanan.

Seorang kurir bertopi yang enggan menampakkan wajah, mengantar mantel hitam panjang dan sepatu dengan warna senada. Aku bergegas ganti baju lalu turun ke parkiran.

"Cepat masuk! Kenapa lama sekali?" Di dalam mobil sport hitam mewah, Ray, pemilik suara yang meneleponku tadi, bersungut-sungut kesal.

Ray selalu saja begitu. Selalu terburu-buru menghadapi sesuatu. Karena itu, dia sangat membutuhkanku.

Berbeda darinya, aku memiliki pembawaan tenang dan pandai mengontrol emosi. Aku juga satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Ray jika dia mulai mengamuk.

"Suamiku baru tidur," jawabku santai.

"Cih, suami ...." Ray menginjak pedal gas dengan kuat.

"Kenapa? Kau cemburu, Bos?"

"Ya, aku cemburu! Ingat, ya, meski sudah menikah, kau tetap milikku. Pokoknya, aku yang harus selalu menjadi prioritas!"

"Siap, Bos!"

Aku terkekeh melihat reaksi Ray yang kesal dan masih menggerutu. Wajah garangnya jadi semakin mempesona. Dia satu-satunya pria yang tidak bisa aku miliki sebagai suami, namun tetap terlihat tampan dan bersinar.

***

Alex membangunkanku pukul enam pagi. Aku yang masih mengantuk karena baru pulang dua jam lalu, malas untuk menanggapi. Tapi, dia cerewet sekali. Rasanya, ingin kubungkam mulutnya dengan kaos kaki.

"Perempuan mana yang belum bangun jam segini?! Cepat bangun!" Alex menggoyang tubuhku dengan kasar.

"Kepalaku agak pusing, Mas."

Biarkan aku tidur beberapa jam lagi, sialan!

"Tch, aku mau berangkat ke kantor. Kau tidak menyiapkan sarapan untukku?"

Sudah tiga hari aku menikah dengan Alex. Dan setiap malam aku diam-diam memasukkan obat tidur ke dalam minumannya.

Aku berangkat kerja setelah Alex benar-benar terlelap dan baru pulang sampai jam empat pagi. Dia tidak tahu betapa lelahnya aku mencari rezeki.

Kami sekarang sudah tinggal di apartemen hadiah dari papa mertua. Hari ini menjadi awal dari kehidupan rumah tanggaku yang sebenarnya.

Aku menyeret badanku ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Isi dalam kulkas besar dua pintu penuh dengan bahan makanan. Sayur, daging, ikan, dan semua jenis minuman tersedia. Lalu, apa yang harus aku buat untuknya? Aku tidak bisa memasak!

Untungnya, Alex masih ada di kamar mandi. Aku bergegas menghubungi seseorang untuk mengantar makanan.

Tidak sampai lima menit, kurir pengantar makanan datang. Cepat-cepat aku tata di meja makan.

"Mas, sudah selesai belum mandinya? Jangan banyak-banyak pakai sabun!" Aku terkekeh dari balik pintu kamar mandi.

Lucunya, Alex yang memiliki banyak wanita dan katanya tidak bernafsu dengan perempuan desa itu, semalam berusaha keras untuk mendapatkan malam pertama denganku. Dia langsung ketiduran setelah hampir berhasil menciumku.

Maaf, Mas. Itu memang kewajibanku sebagai istri, tapi aku tidak mau hamil dulu, apalagi denganmu. Lagi pula, mana bisa aku melakukannya dengan orang yang tidak aku cinta!

Alex keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Badan dan rambutnya masih sedikit basah. Dia hanya melilitkan handuk kecil di bawah perut.

Mungkin dia sengaja agar aku bisa melihat. Memang badannya cukup bagus, tapi aku tidak bernafsu padanya.

Biarpun begitu, aku harus terlihat malu-malu untuk menghibur hatinya. "A-aku ke meja makan dulu, Mas."

Alex meraih pergelangan tanganku. Kemudian, menarikku sampai berada dalam pelukannya. Bau sabun begitu kentara oleh indra penciumanku.

Aku bisa mendengar irama jantung Alex berdetak cepat. Suara napasnya mendesah di telingaku. Apa dia ingin melakukan 'itu' sekarang?

Gawat! Obat tidur spesialku hanya bisa digunakan sehari sekali. Dan tidak mungkin aku menjejalkan ke mulutnya saat ini juga!

Alex menarik kepalaku sampai menempel di dadanya yang lembab. Tangannya membelai rambutku dengan lembut.

Getaran suara Alex terdengar jelas ketika dia berkata, "Maaf, ya, semalam aku ketiduran. Kau pasti kecewa, bukan? Nanti malam aku akan memuaskanmu."

Tidak! Aku justru senang.

"Aku tahu Mas Alex lebih suka wanita-wanita itu daripada aku. Aku cuma wanita desa yang tidak bisa membangkitkan gairah suamiku. Justru aku yang seharusnya minta maaf."

Alex kembali membelai rambutku yang ikal sebahu. Diciumnya pucuk kepalaku.

"Maafkan aku. Sebenarnya aku juga tidak pernah tidur dengan mereka. Aku hanya ingin mengetesmu."

Aku mendongak ke arahnya. Tetapi Alex kembali mendesakku ke dada kekarnya agar aku tidak bisa memperhatikan wajahnya yang merona. Meski aku sudah terlanjur melihat itu.

Apa lagi trik yang ingin dimainkan Alex? Pura-pura jadi suami baik supaya bisa mengambil milikku yang berharga?

Dasar, suami mata keranjang! Aku tidak mau ketularan penyakit kelamin, tahu! Kau pasti pernah melakukan itu dengan para wanita itu. Aku pun tidak sudi mencicipi bekas mereka!

"Aku ingin memastikan apa kau pantas bersanding denganku. Banyak wanita yang menginginkan suami tampanmu ini. Banyak juga yang kurang ajar menggodaku sampai berbuat nekat. Aku perlu tahu kalau kau bukan perempuan yang gegabah menilai sesuatu."

Cih, lagakmu, Mas ... Mas!

"Maksud Mas Alex apa?"

"Kalau kemarin kau marah-marah sampai mempermalukanku dan dirimu sendiri di depan umum, aku pasti sudah minta papa supaya diizinkan bercerai denganmu. Tapi, aku salah menilaimu. Sekarang kita mulai lagi semuanya dari awal, ya?"

"Iya."

Tidak mau! Najis!

"Ya sudah, sekarang kita sarapan bersama. Nanti jam dua belas, tolong bawakan makan siang ke kantorku. Aku ingin menikmati masakan istriku."

"Dengan senang hati, Mas." Aku tersenyum manis.

Merepotkan saja kau ini, Mas!

***

Aku baru tahu, ternyata perusahaan Arion Group sangat besar. Gedungnya saja menjulang tinggi sampai kepalaku sakit ketika mendongak mencari ujungnya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang resepsionis manis.

"Saya mau bertemu dengan Pak Alexander Arion, Mbak."

"Sudah ada janji temu dengan Pak Alex?"

"Sudah, Mbak. Ini saya disuruh mengantar makan siang untuk Pak Alex."

Resepsionis manis itu pasti mengira aku pembantu. Sebab, penampilanku memang sederhana. Alas kaki pun hanya mengenakan sandal karet biasa yang dibelikan ibu dari pasar.

"Mbak bisa langsung naik ke lantai lima puluh. Nanti, di sana ada sekretaris Pak Alex. Saya akan bilang kepada beliau. Silakan naik." Wanita itu menunjuk lift dengan sopan menggunakan kedua tangan.

"Terima kasih, Mbak."

Seperti kata mbak resepsionis tadi, aku disambut oleh Leo, sekretaris Alex. Pria berkacamata itu tampak gugup oleh kedatanganku.

Leo tentu tahu aku adalah istri Alex. Hanya orang-orang penting saja yang diundang ke pesta pernikahan kami waktu itu.

"N-nyonya, mencari Pak Alex?"

Jelas, bukan? Masa aku mau mencari bapakmu?!

"Iya, dia ada di ruangannya, bukan?"

Dari gelagat Leo yang sedikit-sedikit melirik ke arah pintu ruangan Alex, dia seperti menyembunyikan sesuatu.

"Itu ... Nyonya bisa menunggu dulu di sini." Leo mengarahkanku ke sofa yang tidak jauh dari ruangan Alex.

"Suamiku sedang sibuk, ya?"

Leo semakin resah dan kesulitan menjawab pertanyaaan sederhana itu. Aku justru semakin penasaran, apa yang sedang dilakukan Alex di balik pintu?

"Aku masuk sekarang saja. Cuma mau mengantar makan siang untuk suamiku sebentar."

Leo memegang lenganku, kemudian cepat-cepat melepasnya. "Maaf, Nyonya. Tunggu sebentar lagi, ya?"

"Apa aku tidak boleh masuk ke ruangan kerja suamiku sendiri?"

Leo tidak menjawab dan justru menghalangi pintu. Dia sangat ketakutan sambil menunduk. Butiran keringat mengalir dari keningnya di ruangan dingin ini.

"Minggir." Aku tidak segan lagi mengeluarkan nada suara dingin yang tidak pernah aku tunjukkan ke orang-orang di sekitarku.

Karena tidak mau menuruti, aku mendorong badan Leo sampai dia menyingkir dari depan pintu. Aku langsung membuka pintu itu sebelum Leo kembali mencegahku.

Mataku terbuka sempurna. Tas berisi makanan terlepas dari genggamanku. Menimbulkan suara gaduh yang menarik perhatian seorang pria yang sedang memangku wanita dengan sangat mesra.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Siapa yang saling pangku itu??? Bapaknya Alex ya???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status