Hati wanita mana yang tidak hancur ketika melihat suaminya bercumbu dengan perempuan lain? Istri mana yang tidak sakit hati mendapati perselingkuhan sang suami?
"Mas ...." Aku membungkam mulut yang terbuka lebar dengan jemari."Oh, kau sudah datang rupanya."Alex mendorong pinggul perempuan itu dari pangkuannya. Tapi, si perempuan kembali menduduki paha Alex."Hei, pergi dulu dari sini. Dia istriku." Alex mengusap lembut pipi perempuan itu.Perempuan itu hanya berpindah ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Dia menyilangkan kaki jenjangnya sehingga rok mininya terangkat sampai memperlihatkan paha putih mulus tanpa noda.Dengan tidak tahu malunya, perempuan itu menggerutu ketika aku melewati dirinya. "Mengganggu sekali!"Aku mengambil bekal makan siang yang sudah hancur di dalam kantong plastik. Tapi, aku tetap menyerahkannya ke meja kerja suamiku dengan tangan bergetar."Maaf, aku tidak tahu kalau kau datang secepat ini." Alex menutup kancing teratas yang tadinya terbuka."Mas Alex sengaja menyuruhku datang supaya aku bisa melihat yang seperti ini?"Alex melangkah maju mendekatiku. Sementara aku mundur dan menghindari uluran tangan menjijikkan yang baru saja dia gunakan untuk menyentuh tubuh perempuan itu."Jangan salah paham. Dia Imelda, karyawan di sini. Dia tadi hanya membantu memijat bahuku yang terkilir."Siapa orang bodoh yang percaya dengan alasan konyol itu? Memijat anumu baru benar, Mas!"Jangan sentuh aku, Mas!" Aku menampik tangan Alex yang masih berusaha meraihku. Suaraku mulai bergetar dan hampir menangis."Istriku." Alex mengerutkan kening dengan tampang sedih. "Jangan salah paham. Aku sungguh tidak melakukan apa pun dengannya.""Sudah, Mas! Aku tidak buta! Aku bisa melihat semuanya dengan jelas!" Aku memekik sampai membuat Imelda bangun dari tempat duduknya. Dia lalu kembali duduk santai lagi."Jangan memintaku untuk mengantar makan siang lagi!" Aku berbalik pergi tanpa menghiraukan panggilan Alex.Kalau dia mau, bisa saja dia mengejar dan mencegah kepergianku. Akan tetapi, dia hanya mengulurkan tangan sambil memanggil namaku seperti adegan dalam sinetron."Nyonya ... maafkan saya." Aku pun melewati dan mengabaikan Leo yang terlihat sangat merasa bersalah.Sampai di lift, aku segera menyeka air mata yang hampir terjatuh di pipi. Aku menunduk dalam-dalam agar tidak terlihat kamera pengawas di sudut atas ruang kecil ini. Setelah keluar dari gedung, aku langsung memanggil taksi lalu pulang ke apartemen.Kau tanya, hati siapa yang tidak sakit melihat suaminya selingkuh?Tentu saja ... hatiku. Katminah! Hahaha.Sekarang, aku tidak perlu repot-repot membawakan makan siang untuk suami mata keranjang itu lagi!Aku mengagumi diriku sendiri di depan cermin besar di kamar. Seharusnya, aku terbang saja ke Hollywood menjadi seorang aktris. Sandiwaraku sungguh memukau.'Ding'[Dana masuk sebesar Rp 50.000.000,00. Saldo akhir Rp 598.571.450.000,00.]Mataku terbuka lebar. Siapa yang mengirim uang recehan padaku di siang bolong?Tidak mungkin dari pelangganku. Mereka hanya bertransaksi setelah jam dua belas malam.Pesan berikutnya menjawab pertanyaanku.[Jangan marah lagi, Istriku. Mas kirim uang untuk menghibur hatimu. Besok, mas kirim lagi kalau masih kurang.]"Cuma lima puluh juta? Dasar, suami pelit!" Aku terkekeh-kekeh.***Aku membuka mata ketika suara pin pintu ditekan dari luar. Aku sengaja bermalas-malasan dan tidak menyiapkan makan malam untuk Alex. Sekarang, aku sedang pura-pura masih marah padanya.Namun, setelah aku menyambut kedatangannya, aku jadi benar-benar marah. Bagaimana aku tidak marah ketika melihat Imelda ikut masuk ke dalam?Aku hanya memiliki satu butir obat tidur yang tersisa untuk malam ini. Tch, merepotkan sekali tingkah suami mata keranjangku ini!"Mas, bisa-bisanya kau bawa perempuan itu masuk ke tempat tinggal kita!" Aku berteriak keras. Imelda menutup telinga tanpa merasa bersalah sedikit pun."Dengarkan dulu penjelasanku."Alex mencengkeram kedua lenganku. Aku meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Jijik oleh sentuhannya."Ada dokumen yang harus kami selesaikan malam ini juga. Jangan salah paham.""Itu benar, Mbak."Mbak, mbak, kepalamu! Aku tidak sudi memiliki adik segatal dirimu!"Kau bisa ikut duduk bersama kami saat kami menyelesaikan pekerjaan. Sekarang kita makan malam dulu, ya." Alex mengusap-usap rambutku."Terserah! Aku belum masak!" Aku berkacak pinggang."Kau yang masak, Mel.""Siap, Bos! Aku akan masak kesukaan Bos." Suara Imelda mendayu-dayu menjawab Alex. Berbeda ketika bicara denganku.Aku mengikuti permainan mereka. Membiarkan Imelda mengacak-acak dapurku. Lumayan juga punya pembantu dadakan.Imelda tampak terampil menggunakan pisau. Gerakannya lincah ketika memotong daging dan sayuran. Dia juga pintar memasak. Tercium dari aroma nikmat hidangan yang tengah dia persiapkan.Alex yang baru saja mandi bergabung denganku di meja makan. Kami saling diam menunggu Imelda menata meja dan menaruh semua makanan.Mereka berdua mengobrol tentang pekerjaan sambil menyantap makan malam dan terang-terangan mengacuhkanku. Aku pun tidak peduli dengan mereka. Hanya saja, aku sedikit curiga karena mereka berdua sering mencuri-curi pandang ke arahku.Aku makan secukupnya dan hendak kembali ke kamar. Namun, Alex segera meraih lenganku untuk menghentikan langkahku."Istriku, Imelda sudah capek-capek membuat jus mangga. Kenapa tidak diminum?"Sebenarnya aku sudah kenyang. Tapi, karena tidak mau berdebat, aku ambil gelas berisi jus mangga itu dan membawanya ke kamar.Kecurigaanku terbukti benar! Aku mencium aroma jus mangga yang tidak biasa.Salah satu julukanku di tempat kerja adalah anjing pengendus. Aku segera tahu jika Imelda memasukkan sesuatu ke dalam minumanku.Aku tebak, mungkin obat tidur. Mereka berdua pasti ingin bebas bercinta malam ini.Setelah aku membuang seluruh isi jus ke dalam wastafel di kamar mandi dalam, aku langsung pura-pura tidur. Dan benar! Alex dan Imelda mengintip dari pintu tidak lama kemudian."Dia sudah tidur, Bos!""Masa secepat ini reaksinya?""Dicek saja kalau tidak percaya. Itu obat tidur spesial. Reaksinya lebih cepat dari obat tidur biasa."Alex berjalan mendekatiku. Dia menggoyangkan badanku tapi aku bergeming. Dia pun jadi yakin kalau aku telah berkelana di alam mimpi."Ayo, berangkat. Kita tidak punya banyak waktu," ucap Alex.Aku mengerutkan kening. Mau ke mana mereka? Apa mereka ingin bercinta di tempat lain?Rasa penasaran membawa tubuh ini membuntuti mereka. Jika aku menemukan mereka sedang bercinta, aku bisa segera melayangkan gugatan cerai. Tidak lupa aku siapkan kamera untuk mengabadikan perselingkuhan mereka sebagai bukti.Tapi, aku salah besar!Mereka tidak menuju hotel atau tempat yang bisa digunakan untuk bermesra-mesraan. Mereka justru pergi ke gudang terbengkalai di area pegunungan gelap yang membuat bulu tengkukku meremang."Saya turun di sini saja, Pak." Aku membayar taksi lalu mengendap-endap di luar pagar.Alex dan Imelda memasuki gudang bercahaya temaram. Mereka disambut sekelompok orang berpakaian serba hitam yang tampak garang.Satu jam berlalu, mereka berdua tidak juga muncul. Aku sedikit menyesal karena harus mengikuti mereka. Kakiku kesemutan terlalu lama berjongkok. Kulitku pun banyak digigit nyamuk.Namun, sudah terlanjur basah aku menunggu lama. Aku jadi semakin penasaran dengan apa yang suamiku lakukan di tempat ini?Tidak berselang lama, Alex dan Imelda diikuti para wanita yang kulihat di bar malam itu keluar bersamaan. Disusul selusin pria yang tertawa senang.Apakah mereka mengadakan 'pesta' di sana? Uh ... menjijikkan!Tapi, tunggu! Aku mengenali pria besar yang baru saja keluar dari pintu! Aku beberapa kali melihatnya di kelab malam saat bersama Ray.Astaga! Aku menutup mulut rapat-rapat agar tidak berteriak kencang.Pria itu adalah bos mafia Black Devil Scorpion atau biasa disebut BDS! Mengapa suamiku bersama dengannya? Apa yang mereka lakukan? Siapa sebenarnya suamiku?Pertanyaan-pertanyaanku segera disahut oleh ledakan pistol dengan peredam suara. Bos BDS itu menembak Alex yang sedang berjalan ke parkiran! Suamiku sekarang tergeletak di dekat pintu mobilnya!Astaga! Secepat ini aku jadi janda?Tadi malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Gara-gara terkejut, aku sampai tidak sadar ada anak buah BDS yang berjaga tidak jauh dari lokasi persembunyianku.Suara gemerisik dari kakiku yang gemetaran karena kesemutan saat mencoba berdiri, menarik perhatian dua penjaga BDS. Terpaksa aku pergi sebelum melihat ke mana mereka membuang jenazah suamiku.Dua penjaga melintas tidak jauh dariku dengan senter di masing-masing tangan. Cahaya senter itu hampir menyapu area di sekitarku. Namun, aku diselamatkan oleh seekor kucing yang melompat di dekat mereka entah dari mana asalnya. Perlahan aku mengembuskan napas lega.Untung saja, mereka juga sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Aku langsung kabur secepat kilat ketika perhatian mereka teralihkan dan malah bermain-main dengan si kucing lucu.Sampai di rumah, aku segera menghubungi Ray untuk minta izin libur kerja malam ini. Dengan alasan sakit dan susah beranjak dari tempat tidur. Tentu saja, bosku itu marah besar. Awalnya, Ray tidak mengiz
Arion Group merupakan perusahaan multinasional yang cukup terkenal dan bisa dibilang bersih dari berbagai masalah hukum. Tidak pernah ada gosip buruk yang menerpa perusahaan maupun karyawan.Perusahaan milik keluarga suamiku itu sudah ada sejak ayah dari papa mertuaku masih hidup. Dari dulu, Arion Group juga terkenal karena ikut andil dalam pembangunan negara.Biarpun bukan perusahaan nomor satu, banyak pihak, mulai dari pengusaha dan pemerintah yang menghormati keluarga Arion. Dan meski Arion Group sudah mulai membuat cabang di luar negeri, tidak ada tanda-tanda mereka bekerja sama dengan mafia seperti Black Devil Scorpion. Jika melihat prinsip keluarga papa mertua, hanya satu persen kemungkinan mereka menjalin hubungan dengan mafia secara diam-diam. Tidak mungkin papa mertua sudi mencoreng nama baik keluarga hanya demi berbisnis di dunia hitam.Tapi, aku pun tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau mereka saling berhubungan pun, mungkin hanya antara Alex dan kelompok BDS. Kerja s
Tatapan Ray begitu sensual. Dia seolah menelanjangi tubuhku hanya dengan mata coklat gelap itu. Rasa gugup yang baru saja aku rasakan menguap begitu saja."Apa yang harus aku lakukan, Bos?""Mudah. Mulai sekarang, jangan datang ke sini dulu."Aku mengerutkan kening. Tidak paham mengapa dia meminta aku menjauh darinya sampai tidak diizinkan datang. Bukankah aku kupu-kupu favoritnya? Apa dia akan membuangku karena aku memiliki suami yang berhubungan dengan kelompok BDS?Spontan aku mengutuk Alex dalam hati. Mengapa juga dia harus kebanyakan tingkah? Tidak! Seharusnya aku tidak bilang tentang apa yang dilakukan suamiku kepada Ray sejak awal. Tapi, itu juga tidak benar. Aku tidak berani membohongi Ray dan tidak mau menyembunyikan sesuatu darinya."Kenapa, Bos? Apa kau tidak membutuhkan aku lagi?" Akhirnya aku bertanya."Aku selalu butuh kau, Baby. Jangan khawatir, aku akan memberimu bayaran dua kali lipat dari yang biasanya selama kau tidak datang. Setuju?"Mataku langsung berbinar-bina
"Kok, Mas Alex sepertinya meremehkan aku? Jangan begitu, Mas. Biarpun aku hanya lulusan SMK, aku langganan juara satu dari kecil. Lagi pula, aku juga tidak minta posisi tinggi. Cukup menjadi karyawan biasa."Lagi-lagi, Alex berdecih menghina. Sikap Alex sungguh menguji kesabaranku. Ingin sekali aku siram wajahnya dengan kopi. Apa salahnya lulusan SMK? Banyak orang sukses yang bahkan tidak menamatkan sekolah!"Semua karyawan, termasuk karyawan biasa di Arion Group, pernah menempuh pendidikan tinggi. Dengan ijazahmu, kau hanya bisa jadi petugas bersih-bersih.""Tidak masalah. Aku mau, Mas.""Apa kau gila?! Kau sudah menikah denganku. Mau ditaruh di mana mukaku kalau semua karyawan tahu istri direktur yang sebentar lagi jadi presiden direktur mereka jadi tukang bersih-bersih?!"Suara Alex melengking tinggi. Aku pun terkekeh-kekeh geli."Ya, mukamu tetap di kepala, Mas. Mau dipindah ke mana lagi?""Maksudnya bukan secara harafiah! Bicara denganmu cuma bikin capek hati dan pikiran! Hal se
"Kau datang sendiri? Di mana Alex?" sinis mama mertua."Iya, Ma, aku ke sini sendirian. Mas Alex sakit dan sedang istirahat di rumah, Ma."Mama mertua berdecak-decak."Apa yang kau lakukan sebagai istri? Alex itu tidak mudah sakit. Giliran menikah denganmu baru beberapa hari saja sudah jatuh sakit!"Anakmu kemarin malam tertembak, Ma!Ingin aku menjawab seperti itu. Tapi, mama mertua jelas tidak akan percaya ucapanku.Kalaupun percaya, aku tidak bisa mengatakannya. Takut mama mertua akan pingsan mengetahui rahasia anak kebanggaannya."Mas Alex kelelahan bekerja, Ma. Cuma demam biasa saja. Mama tidak perlu khawatir.""Lalu, buat apa kau datang ke sini dan bukannya merawat suamimu?"Lihat, mulut mama mertua saja sampai berkedut-kedut ke atas. Jelas sekali mama mertua sangat tidak menyukaiku.Kenapa? Apa karena aku dari desa? Atau latar belakang pendidikanku? Mungkinkah ... karena parasku?Bukan hal yang aneh mengingat kecantikanku hanya mempan terhadap kaum Adam. Sebaliknya, para wanita
"Hai, Kat!"Alexa baru saja datang dan bergabung ke meja makan. Kecanggungan aneh pun hilang ditelan suara nyaring kembaran Alex itu."Hai, Kak Alexandra.""Ih, jangan panggil aku kakak! Panggil Alexa atau Lexa saja. Aku tidak mau terlihat lebih tua dari kembaran jelekku."Aku tersenyum manis dan mengacungkan ibu jari sebagai tanda setuju. Maksudnya, aku setuju waktu dia bilang kembarannya jelek. Alex memang jelek kelakuannya."Ini masakan darimu, Kat?" "Iya, coba cicipi."Alexa duduk di sebelahku, kemudian mengambil segunung nasi dan lauk. Dia mengingatkanku kepada Alex yang porsi makannya juga banyak."Kau memang mirip sekali dengan mas Alex. Dia juga banyak makan." Aku terkekeh-kekeh canggung karena tidak sengaja mengeluarkan isi hatiku."Jangan mulai, ya, Kat! Aku jadi kehilangan nafsu makan saat mendengar orang membandingkanku dengan si jelek itu. Kami berdua hanya statusnya saja kembar, tapi sebenarnya kami sangat berbeda ... jauuuuh sekali!" Begitu kata Alexa, tetapi dia tetap
"Sebenarnya, aku bisa langsung mengabulkan permintaanmu, Kat, tapi apa Alex sudah mengizinkanmu?""Kalau soal itu ... aku ingin memberi kejutan pada Mas Alex. Selain orang tuaku, aku juga ingin sekali-kali membelikan sesuatu untuk suamiku, Pa."Papa mertua tidak bisa lagi membendung air mata. Diambilnya sapu tangan untuk menyeka matanya yang memerah dan basah."Aku tidak salah menjadikanmu menantu, Kat. Alex beruntung sekali memiliki istri seperti dirimu.""Papa ...."Aku juga sedikit terharu. Papa mertua memiliki sikap yang sangat hangat dan baik sekali kepadaku. Bahkan, orang tuaku sendiri tidak pernah memujiku seperti beliau. Tanpa aku sadari, rasa hormatku kepada papa mertua tumbuh semakin dalam."Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kau mau, Kat."Suara pintu berderit lirih. Aku melirik sekilas ke arahnya, mendapati mama mertua dan Sabrina beranjak pergi. Mereka mungkin muak mendengar kasih sayang papa mertua padaku.Dan aku juga baru ta
"Dari mana saja kau?!" Suara Alex pelan, tetapi penuh penekanan."Ke rumah papa, Mas."Alexa melesat masuk begitu saja. Dia sama sekali tidak peduli kembarannya sedang ingin meledakkan amarah padaku."Buat apa kau ke sini?" tanya Alex kepada Alexa.Pertanyaan pertama belum terjawab dia sudah bertanya lagi, "Kenapa keluar tidak minta izin dulu?" Kali ini ditujukan padaku."Maaf, Mas. Tadi Mas Alex tidur sangat nyenyak. Aku tidak ingin menganggu. Lagi pula, aku niatnya cuma mau memberi makanan untuk keluarga Mas Alex, tapi malah jadi kelamaan ngobrol.""Mau memberi makanan juga kau harusnya minta izin dulu! Kau selalu saja membuatku jengkel!""Maaf, Mas. Aku tadi juga sudah mengirim pesan, tapi Mas Alex tidak menjawab.""Jangan banyak alasan! Kalau belum dapat izinku, kau tidak boleh keluar ke mana-mana!" bentak Alex."Istrimu datang ke rumah, itu hal yang wajar. Tidak perlu marah-marah sampai begitu! Kau tidak suka punya istri yang perhatian kepada